
SELAMA tiga hari, Benteng Ujung Pandang menjadi episentrum perdebatan dan perlawanan atas pembungkaman pers.
Festival Media (Fesmed) 2025 yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Jumat hingga Minggu (12-14/9) malam, berhasil menyatukan ratusan jurnalis, akademisi, aktivis, dan perwakilan komunitas sipil dari berbagai penjuru Indonesia dalam satu misi, menyelamatkan demokrasi yang "sakit".
Dalam pidato pembukaan yang berapi-api, Ketua AJI Indonesia, Nany Afrida, menegaskan bahwa pilihan menggelar Fesmed di Makassar adalah sebuah pernyataan politik.
"Ini bukan acara seremonial, tapi momentum untuk melawan penyakit berbahaya dalam demokrasi, pembungkaman pers," tegas Nany di hadapan peserta yang memadati Gedung E Benteng Ujung Pandang.
Nany menyoroti dua krisis utama yang menghantui dunia jurnalisme: kekerasan sistematis dan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Lebih dari 1.300 jurnalis telah kehilangan pekerjaan, sementara yang masih bertahan menghadapi intimidasi, kriminalisasi, perampasan alat peliputan, hingga kekerasan fisik.
"Ketika satu jurnalis di-PHK, satu mata rakyat ditutup. Ketika satu media dimatikan, satu telinga rakyat ditulikan. Dan ketika pers mati, semua rakyat menjadi buta," seru Nany, menggambarkan betapa kritisnya situasi yang dihadapi.
Tiga hari berikutnya diisi dengan puluhan diskusi, pameran, lokakarya, dan pemutaran film yang mengangkat berbagai isu kebebasan pers.
Para peserta tidak hanya berdebat tentang tantangan jurnalisme modern, tetapi juga merumuskan strategi melawan pembungkaman yang kian sophisticated.
Dalam penutupan yang penuh semangat, Minggu (14/9) malam, Nany Afrida menyampaikan apresiasi atas keberhasilan penyelenggaraan Fesmed 2025.
"Alhamdulillah setelah tiga hari, acara Fesmed selesai tanpa halangan yang berarti. Semoga ini bukan hanya kumpul-kumpul, tetapi menciptakan pemahaman baru tentang peran media," ujarnya.
Momen paling dinantikan hadir ketika Nany mengumumkan estafet penyelenggaraan Fesmed berikutnya. "Saya menyatakan bahwa teman-teman AJI Kota Batam dan Kota Tanjungpinang menjadi tuan rumah selanjutnya!" serunya, disambut gemuruh tepuk tangan peserta.
Pengumuman ini sekaligus menandai resmi berakhirnya Fesmed 2025 di Makassar. Tongkat estafet perjuangan jurnalisme independen kini beralih ke Kepulauan Riau, dengan harapan dapat melanjutkan semangat kolaborasi dan perlawanan terhadap pembungkaman pers.
Ketua Panitia Fesmed 2025, Syahrul Ramadhan, menutup acara dengan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya festival ini.
"Tahun ini kami membangun Fesmed dengan semangat inklusif dan kolaborasi. Terima kasih untuk semua yang telah memeriahkan acara ini," ujarnya.
Sebagai warisan dari Fesmed 2025, AJI mengingatkan bahwa melindungi jurnalis sama dengan melindungi demokrasi. Pesan ini akan terus bergaung hingga pertemuan berikutnya di tanah Melayu. (H-2)