Ekonom UGM Peringatkan Dampak Buruk Tarif Impor Trump bagi Indonesia

1 week ago 17
Update Info Live Sekarang Jitu Terbaik

KEBIJAKAN tarif impor baru sebesar 32% terhadap produk asal Indonesia yang dikeluarkan oleh Amerika akan membawa dampak ekonomi bagi Indonesia. Hal tersebut telah tampak dari jatuhnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika pada Selasa (8/4).

Ekonom Universitas Gadjah Mada, Muhammad Edhie Purnawan, menyebutkan kebijakan tarif impor baru ini berpotensi membawa dampak buruk bagi perekonomian Indonesia.

Dengan adanya tambahan tarif ini, total beban tarif bagi produk Indonesia bisa mencapai 37%. Kondisi ini akan berpengaruh besar terutama pada ekspor seperti elektronik, alas kaki, dan pakaian, yang berkontribusi besar pada ekspor ke AS pada 2024 dengan surplus US$16,84 miliar.

“Dampak kepada perekonomian Indonesia adalah terjadinya penurunan ekspor karena barang Indonesia menjadi lebih mahal dan mengurangi daya saing,” papar dia dalam siaran pers, Selasa (8/4).

Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini menambahkan sektor padat karya, seperti tekstil dan alas kaki juga berisiko terdampak. Tidak hanya itu, tingkat kemiskinan dapat meningkat dengan prediksi dampak yang serupa di Vietnam selama perang dagang AS-China pada tahun 2019.

“Penurunan pendapatan ekspor juga bisa menyebabkan depresiasi rupiah, naiknya inflasi, dan melemahnya neraca fiskal, hingga menurunkan penerimaan pajak,” imbuhnya.

Kendati begitu, Edhie Purnawan mengatakan bahwa tarif impor baru ini juga membuka peluang meningkatkan pangsa pasar di AS untuk pakaian dan alas kaki. Sebab, tarif Indonesia (32%) lebih rendah dibandingkan Vietnam (46%) dan Kamboja (49%).

Selain itu, kebijakan tarif impor baru ini juga membuka peluang menarik relokasi investasi dari negara lain yang terkena dampak tarif besar seperti China.

Lebih lanjut ia menekankan bahwa Indonesia perlu cermat membaca keadaaan dan mencari peluang pasar global yang sedang mengalami volatilitas besar, dengan S&P 500 turun 10,53%, Dow Jones 9,26%, dan Nasdaq 11,44% antara 2-4 April 2025, serta kerugian pasar AS sebesar sekitar US$5-6,6 triliun.

Pasar Eropa, seperti FTSE 100 turun 6,43% dan DAX 6,40%, juga terkena dampak, sementara pasar Asia menunjukkan respons mixed dengan Nikkei 225 turun 5,44%. Volatilitas ini bisa menekan perekonomian Indonesia melalui penurunan permintaan global dan meningkatnya ketidakpastian.

Di sisi lain, Edhie Purnawan mengutip The Economist, kebijakan tarif tidak hanya akan merugikan ekonomi global, tetapi perekonomian AS sendiri. Konsumen AS akan membayar lebih mahal, serta produsen AS akan menurun daya saing kompetitifnya. Misalnya, saham Nike sudah turun 7% akibat tarif untuk Vietnam.

Dari sisi akademik, lanjut Edhie Purnawan, tarif ini bisa dilihat sebagai langkah AS untuk mengubah payoff matrix dalam game perdagangan bilateral, memaksa Indonesia untuk menyesuaikan strategi ekspornya. Indonesia perlu mencari ekuilibrium baru (Nash equilibrium) dengan diversifikasi pasar dan terutama dengan diplomasi ekonomi tingkat tinggi untuk mengoptimalkan benefits di tengah perubahan yang begitu cepat.

“Jadi, meski tarif AS ini sesungguhnya dirancang untuk menghasilkan pendapatan dan me-leverage negosiasi, dan dengan dampak inflasi minimal jika disertai penyesuaian nilai mata uang). Namun, bagi Indonesia, dampak langsungnya kemungkinan negatif, dengan penurunan ekspor yang signifikan,” terang dia. (AT/E-4)

Read Entire Article
Global Food