Dua Guru Besar Teknologi Pangan IPB University Raih PATPI Award 2025

1 week ago 9
Dua Guru Besar Teknologi Pangan IPB University Raih PATPI Award 2025 Dua Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University, Prof Eko Hari Purnomo dan Prof C Hanny Wijaya berhasil meraih penghargaan dari Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) tahun 2025.(MI/Dok IPB University)

DUA Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University, Prof Eko Hari Purnomo dan Prof C Hanny Wijaya berhasil meraih penghargaan dari Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) tahun 2025. Prestasi dari ajang PATPI Award 2025 ini diterima pada (30/9) lalu di Samarinda, Kalimantan Timur.

Prof Eko Hari Purnomo terpilih sebagai pemenang Terbaik I kategori Academic Achievement, sedangkan Prof Hanny Wijaya menjadi pemenang Terbaik I kategori Invensi dan Inovasi. 

PATPI Award diberikan kepada insan akademik yang menunjukkan dedikasi tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pangan di Indonesia.

"Saya memandang penghargaan ini sebagai bentuk pengakuan atas kerja kolektif, bukan semata capaian pribadi. Academic achievement ini merupakan hasil kerja bersama para mahasiswa, kolega, dan mitra industri atau usaha," kata Prof Eko.

Ia menambahkan, di antara aspek penilaian mencakup kinerja publikasi serta kontribusi terhadap dunia usaha dan industri. Menurutnya, aspek penilaian ini tidak dapat dicapai tanpa dukungan banyak pihak. 

"Harapannya, penghargaan ini bukan menjadi puncak, melainkan titik awal untuk berkontribusi lebih luas dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian di bidang pangan. Penghargaan ini juga bisa mendorong yang lebih muda bahwa hal-hal seperti ini bukan suatu yang mustahil dicapai," tuturnya.

Prof Hanny Wijaya turut berbahagia atas penghargaan yang diterimanya di dalam negeri, setelah sebelumnya banyak memperoleh pengakuan internasional. 

"Saya merasa lebih percaya diri dan termotivasi karena adanya penghargaan dari PATPI ini membuat saya merasa diterima di rumah sendiri," ungkapnya.

Dalam ajang ini, Prof Hanny mengajukan beberapa karya inovatif seperti Cajuput Candy, Quick Tempe, dan pewarna alami suji pandan. 

Ia mengakui bahwa proses inovasi tidak mudah karena menuntut penerimaan publik terhadap hasil invensi yang merupakan hasil jerih payah penelitian dari berbagai pihak hingga menjadi suatu yang siap diproduksi

"Kalau invensi bisa dilakukan dilakukan secara secara, tetapi untuk menjadi inovasi perlu peran pihak lain. Inovasi baru baru berarti ketika karya kita benar-benar dimanfaatkan masyarakat, dan itu perlu perjuangan panjang. Saya merasa bangga karena produk-produk inovasi yang saya dan tim buat sudah ada yang dihilirisasi dan bahkan cukup sukses dalam komersialisasinya," kata Prof Hanny.

Sebagai inovator, Prof Hany merasa bangga ketika hasil karyanya berhasil masuk pasar dan diterima dengan baik oleh masyarakat konsumen. Menurutnya, pasar adalah evaluator paling jujur dari hasil invensi yang menjadi inovasi, karena umumnya  konsumen bersedia membayar jika produk tersebut memang bermanfaat.

"Penerimaan yang membuat saya lebih bersemangat berinovasi. Oh ternyata hasil karya kita bisa diterima, bukan hanya jadi tumpukan publikasi, atau sekadar paten, atau bahan naik pangkat," pungkas Prof Hanny. (Z-1)

Read Entire Article
Global Food