Donald Trump Kejar Nobel Perdamaian 2025, Obsesi dan Rivalitas dengan Obama

1 week ago 10
Donald Trump Kejar Nobel Perdamaian 2025, Obsesi dan Rivalitas dengan Obama Presiden AS Donald Trump(White House)

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi sorotan menjelang pengumuman pemenang Nobel Perdamaian 2025. Selama dua periode kepemimpinannya, Trump kerap menunjukkan obsesi besar terhadap penghargaan bergengsi tersebut, meski hingga kini impiannya belum juga terwujud.

Dorongan Trump untuk memenangkan Nobel tidak hanya soal pengakuan internasional, tetapi juga didorong rivalitas lamanya dengan Barack Obama. Diketahui, Obama menerima Nobel Perdamaian pada 2009, hanya sembilan bulan setelah menjabat.

“Kalau nama saya Obama, saya pasti sudah dapat Nobel dalam 10 detik,” ujar Trump sinis dalam kampanye Oktober 2024.

Kampanye Perdamaian yang Sarat Klaim

Menjelang pengumuman Nobel, Trump semakin gencar mengampanyekan peran dirinya sebagai “pembawa damai dunia.” Ia mengklaim telah berperan dalam mengakhiri tujuh konflik global, termasuk antara India dan Pakistan, Kosovo dan Serbia, serta Mesir dan Ethiopia.

Namun, banyak dari klaim tersebut dinilai tidak akurat atau dilebih-lebihkan. Bahkan, Trump pernah memerintahkan serangan militer ke Iran pada Juni lalu, salah satu negara yang justru ia sebut sebagai penerima manfaat dari upayanya membawa perdamaian.

Ironisnya, dua perang besar yang pernah ia janjikan akan segera diakhiri, konflik di Gaza dan Ukraina, masih berlangsung hingga kini. Meski diplomasi Trump terhadap gencatan senjata Israel dan Hamas mencapai puncaknya menjelang pengumuman Nobel, para pengamat menilai langkah itu terlalu terlambat untuk memengaruhi keputusan komite Nobel Norwegia.

Dukungan Politik dan Rivalitas Pribadi

Sejumlah pemimpin dunia diketahui telah menominasikan Trump untuk penghargaan tersebut. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta kelompok advokasi Israel untuk pembebasan sandera di Gaza termasuk di antara pendukungnya. Pakistan dan beberapa negara Afrika juga memberikan nominasi serupa sebagai bentuk penghormatan terhadap upaya diplomasi Trump.

Namun di balik kampanye global itu, rivalitas dengan Obama tampak menjadi motivasi pribadi yang kuat. Profesor hubungan internasional dari American University, Garret Martin, menilai bahwa sejak awal karier politiknya, Trump selalu berupaya “melampaui segala capaian Obama, termasuk dalam urusan penghargaan internasional.”

Trump sendiri sempat bercanda soal peluangnya. “Apakah saya akan dapat Nobel? Tentu tidak. Mereka pasti memberikannya kepada orang yang tidak melakukan apa pun,” ujarnya dalam pidato di hadapan perwira militer AS pada September lalu. Namun, ia kemudian menambahkan dengan nada serius, “Itu akan menjadi penghinaan besar bagi negara kita. Saya tidak menginginkannya untuk diri saya, tapi untuk Amerika.”

Terlepas dari ambisinya, publik masih menunggu apakah obsesi Donald Trump terhadap Nobel Perdamaian akhirnya akan membuahkan hasil. Atau kembali menjadi episode lain dalam perjalanan politiknya yang penuh kontroversi. (AFP/Z-2)

Read Entire Article
Global Food