WAKIL Rektor Tashkent State University of Oriental Studies Uzbekistan, Omonov Qudratilla, berharap kerja sama antara Uzbekistan dan Indonesia kian meningkat, terutama dalam hal pengembangan bahasa kedua negara. Bagi Tashkent State University pengembangan bahasa Indonesia harus digencarkan karena minat mahasiswa terhadap bahasa Indonesia terus meningkat.
"Sejak 2004, mulai ada pengajaran bahasa Indonesia di Tashkent State Unjvetsity ini. Bahkan, pada 2011, kami membuka pusat budaya dan bahasa Indonesia di kampus ini, dan hingga kini pusat bahasa Indonesia di kampus kami terus aktif," papar Qudratilla saat menyambut rombongan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang dipimpin Mendikdasmen Abdul Mu'ti, serta didampingi Dubes RI untuk Uzbekistan Siti Ruhaini Dzuhayatin, Kepala Badan Bahasa Hafidz Muksin, dan jurnalis Media Indonesia Abdul Kohar, di Tashkent, Rabu (5/11).
Saat ini, Qudratilla melanjutkan, bahasa Indonesia diajarkan di bidang filologi, pariwisata, ekonomi, dan jurnalistik. Jumlah mahasiswa yang mempelajari bahasa Indonesia di salah satu kampus terkemuka di Uzbekistan itu ada 86 orang. Angka itu menunjukkan peningkatan, terutama sejak menjalin kerja sama dengan Universitas Islam Malang (Unisma). Sebelumnya, jumlah peminat mahasiswa asal Uzbekistan untuk mempelajari bahasa Indonesia masih di kampus yang didirikan sejak 1918 itu berada di kisaran belasan orang.
Ia menegaskan, pihaknya siap untuk terus mengembangkan bahasa Indonesia di kampus tersebut, karena minat yang makin meningkat dari waktu ke waktu. Kini, bahasa Indonesia bukan sekadar sebagai pengajaran, melainkan juga sudah didalami secara akademik. Hal itu terbukti, salah satunya, ada mahasiswa di Tashkent State University yang menulis disertasi yang berjudul Politika, Cerita Rakyat Indonesia.
Karena itulah, Tashkent State University sangat berharap pemerintah Indonesia melalui KBRI Uzbekistan dan Kemendikdasmen agar ada upaya kerja sama dalam meningkatkan pelatihan, meningkatkan infrastruktur, akses fasilitas online, serta kerja sama dengan universitas di Indonesia. Mereka juga berharap agar pihaknya bisa menghadirkan pakar kurikulum bahasa Indonesia, ada pengakuan sertifikat bahasa Indonesia di Uzbekistan.
Selain itu, perlunya diselenggarakan pengalaman mengajar ke Indonesia bagi para dosen Uzbekistan, serta melakukan penelitian ilmiah bersama dengan pihak peneliti Indonesia.
Saat menanggapi hal itu, Mendikdasmen Abdul Mu'ti menyatakan siap membantu mewujudkan pengenalan bahasa Indonesia secara lebih masih untuk kedua negara. Abdul Mu'ti menyatakan KBRI Uzbekistan dan Badan Bahasa akan memfasilitasi berbagai usulan terkait dengan pengembangan bahasa Indonesia di Tashkent State University.
Kepala Badan Bahasa Hafidz Muksin yang ikut mendampingi Mendikdasmen menyatakan pihaknya siap mendukung penuh berbagai upaya pengembangan bahasa Indonesia di seluruh dunia. "Badan Bahasa terus meningkatkan komitmen dukungan bagi para pemelajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di berbagai negara, termasuk Uzbekistan," kata Hafidz.
Data Badan Bahasa menunjukkan jumlah pemelajar bahasa Indonesia di Uzbekistan dari tahun 2017 hingga 2025 sudah sebanyak 1.422 orang. Program pengembangan bahasa Indonesia di Uzbekistan dilaksanakan di tiga lembaga, yaitu Tashkent State University of Oriental Studies, Uzbekistan State World Languages University, dan Samarkand State Institute of Foreign Languages.
MENYANYI RASA SAYANGE DAN MIRASANTIKA
Dalam kunjungannya ke Tashkent Sate University tersebut, Abdul Mu'ti beserta rombongan disambut oleh mahasiswa Uzbekistan di Tashkent State Umiversity yang mengambil jurusan bahasa Indonesia. Mendikdasmen dan rombongan mendengar testimoni dan penjelasan dari mahasiswa dan dosen di kampus berusia 107 tahun tersebut.
Ada dua mahasiswa yang menyampaikan testimoni mereka, dua alumnus Tashkent State University, dan satu warga Uzbekistan yang bekerja di KBRI, serta satu lagi alumnus yang di tahun 2025 ini memenangi Festival Bahasa Indonesia Handai (lomba bertutur dengan berbahasa Indonesia untuk orang asing) sebagai juara yang memberikan testimoni melalui video.
Mereka merasa bangga bisa berbahasa Indonesia. Mereka menganggap bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan sarana menyambung hati untuk perdamaian sesama manusia serta membentuk peradaban. Mereka semua mampu menyampaikan testimoni menggunakan bahasa Indonesia dengan sangat fasih.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti sempat bertanya kepada mahasiswa, "Ada yang bisa menyanyikan lagu Indonesia? Ada yang tahu lagu dangdut?"
Dijawab salah satu dari mereka, "Bisa Pak. Lagunya Mirasntika," kata mahasiswa semester III bahasa Indonesia itu disambut tepuk tangan dan tertawa di ruang kuliah.
Lalu, diputarlah dari papan interaktif di ruang kuliah itu lagu Mirasantika karya Rhoma Irama tersebut dalam format karaoke menggunakan teks. Dulu aku suka padamu, dulu aku memang suka...yaa...yaa..yaa.. hingga setengah lagu diiringi tepuk tangan riuh dan tawa renyah semuanya.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti pun mengajak seluruh isi ruangan untuk tidak hanya menyanyi Mirasantika, tapi juga lagu Rasa Sayange dengan lirik yang dimodifikasi. "Lagunya begini ya: Rasa sayange..rasa sayang-sayange, Indonesia-Uzbek rasa sayang sayange...," ajak Abdul Mu'ti.
Seisi ruangan pun ikut menyanyikan Rasa Sayange sembari memberikan ketukan lewat tepukan tangan secara berirama. Lagu daerah Maluku itu diulang-ulang hingga enam kali.

4 hours ago
2
















































