(DOK KEMENDUKBANGGA/BKKBN)
MENTERI Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, untuk mendorong program Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) menjadi bagian dari kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, termasuk pesantren.
Dalam kunjungan yang berlangsung Kamis (6/11/2025), kegiatan Menteri Wihaji difokuskan di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam. Di pondok pesantren ini Menteri menyosialisasikan dan sekaligus meresmikan Sekolah Siaga Kependudukan (SSK), peletakan batu pertama renovasi gedung Assalaam Medicare dan Ruang Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R), serta ceramah umum.
Dalam upaya mempersiapkan generasi emas 2045, keterlibatan penduduk khususnya terkait isu kependudukan harus dimulai sejak dini. Untuk itu, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN mengambil langkah solutif dengan menelurkan program strategis Sekolah Siaga Kependudukan, dihadirkan sebagai kegiatan ekstrakulikuler yang diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan formal, khususnya sejak jenjang sekolah dasar.
SSK dimulai dari pendidikan dasar karena jenjang pendidikan ini menjadi fondasi strategis dalam pembentukan karakter, pengetahuan, dan sikap kependudukan anak usia dini. Untuk itu, perlu ada upaya strategis, terencana, dan masif serta dukungan pemerintah daerah untuk menyukseskan penyelenggaraan Sekolah Siaga Kependudukan di sekolah.
Melalui SSK, siswa diperkenalkan dengan berbagai isu kependudukan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Penanaman nilai-nilai dasar kehidupan keluarga sejak dini menjadi bekal kuat dalam membentuk generasi yang berkarakter, peduli, dan bertanggungjawab.
Terkait kehadiran PIK-R di sektor pendidikan formal, Kemendukbangga/BKKBN menilainya sangat penting karena bisa menjadi wadah bagi program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR). Program ini dikelola dari, oleh dan untuk remaja, yang didalamnya antara lain memuat pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi.
PIK-R bisa menjadi tempat untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi, merencanakan masa depan, dan memperoleh pengetahuan tentang hidup sehat bagi anak usia remaja.
Agar keberadaannya efektif, komunikasi dan konsultasi dalam PIK-R dikembangkan dengan pendekatan teman sebaya. Entitas ini juga menjadi basis pengembangan isi pesan dari program besar GenRe (Generasi Berencana) Kemendukbangga/BKKBN.
STUNTING, NARKOBA
Dalam kesempatan itu, Menteri Wihaji mengatakan, GenRe yang beranggotakan anak usia 10-24 tahun merupakan salah satu program yang keberadaannya di antaranya diarahkan untuk mencegah lahirnya generasi stunting.
Hal ini termuat dalam salah satu slogan Three Zero GenRe. Yakni, hindari pernikahan dini; hindari napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya); serta hindari seks pranikah. "Kemendukbangga/BKKBN merekomendasikan usia nikah bagi perempuan 21 tahun (dan pria 25 tahun)," jelas Menteri.
Mengutip data Badan Narkotika Nasional (BNN) 2024, Menteri Wihaji juga memaparkan tentang jumlah total penyalahgunaan narkoba di Indonesia yang mencapai 3.337.911 jiwa, dan 24,1% atau 804.437 jiwa di antaranya adalah remaja. "Napza, seks bebas, pernikahan dini adalah tiga hal yang menjadi isu penting, karena memengaruhi generasi masa depan kita," tandas Menteri Wihaji.
Sementara itu, Direktur Pondok Pesantren Modern Islam, Drs. Uripto M. Yunus, M.Ed, menyampaikan bahwa pesantren yang dipimpinnya menjadi pilot project ataupun pionir pondok pesantren yang menghadirkan Sekolah Siaga Kependudukan ke dalam materi pembelajaran. (H-1)

3 hours ago
2















































