Gangguan irama jantung atau aritmia kini menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus kematian jantung mendadak.(Freepik)
Gangguan irama jantung atau aritmia kini menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus kematian jantung mendadak (Sudden Cardiac Death/SCD) di dunia. Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Agung Fabian Chandranegara, dalam konferensi media di Jakarta, Kamis (6/11/2025).
Aritmia adalah gangguan sistem listrik jantung yang membuat detaknya terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini bisa bersifat sementara maupun kronis dan berpotensi menimbulkan komplikasi berat seperti gagal jantung hingga kematian mendadak.
Meski dulu lebih sering menyerang lansia, kini kasus aritmia banyak ditemukan pada usia muda akibat gaya hidup tidak sehat, seperti stres tinggi, kurang tidur, dan konsumsi kafein berlebih.
Menurut dr. Agung, 10-15% dari seluruh kematian global disebabkan oleh henti jantung mendadak. Sekitar 63% di antaranya terjadi akibat Sudden Arrhythmic Death Syndrome (SADS).
“Aritmia bisa terjadi pada siapa saja, termasuk usia muda,” ujar Agung kepada awak media.
Data menunjukkan, angka mortalitas akibat henti jantung mendadak pada 2022 mencapai 3,51 per 100.000 orang, dengan pria memiliki risiko dua kali lebih tinggi dibanding perempuan. Setelah menurun pada periode 1999-2018, tren ini kembali meningkat sejak 2018 dengan pertumbuhan tahunan 7,07%.
Apakah Kopi Menyebabkan Aritmia?
Perubahan gaya hidup modern turut meningkatkan risiko gangguan irama jantung. Stres, kurang tidur, serta konsumsi kafein dan gula berlebih dapat memperburuk kondisi jantung.
Namun, Agung menegaskan bahwa kopi tidak secara langsung menyebabkan aritmia.
“Kopi sebenarnya tidak menyebabkan aritmia, tetapi dapat mencetuskan serangan pada orang yang sudah memiliki gangguan irama jantung,” jelasnya.
Selain itu, tekanan darah tinggi, kolesterol, dan gula darah tidak terkontrol juga menjadi faktor risiko penting. Karena itu, pola hidup sehat dan deteksi dini merupakan kunci utama pencegahan.
Cara Deteksi Dini Aritmia Secara Mandiri
Masyarakat dapat melakukan pemeriksaan denyut nadi sendiri sebagai langkah sederhana untuk mendeteksi aritmia sejak dini. Pemeriksaan ini bisa dilakukan kapan saja, baik saat istirahat maupun setelah aktivitas ringan.
“Yang diperhatikan bukan hanya cepat atau lambatnya denyut nadi, tapi apakah iramanya teratur. Jika terasa ada denyut yang meloncat atau tidak stabil, itu bisa menjadi tanda aritmia,” terang dr. Agung.
Langkah Memeriksa Denyut Nadi:
Letakkan jari telunjuk dan jari tengah di pergelangan tangan atau leher.
Hitung denyut nadi selama 30 detik.
Kalikan hasilnya dengan 2 untuk mendapatkan jumlah denyut per menit.
Denyut normal berkisar antara 60–100 detak per menit. Bila terasa tidak teratur, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter jantung.
Selain pemeriksaan manual, kini tersedia smartwatch dan alat pemantau detak jantung digital yang dapat mendeteksi gangguan irama jantung secara real-time. Teknologi ini bisa membantu masyarakat mengenali tanda awal aritmia lebih cepat.
Kesimpulan
Aritmia bukan lagi penyakit orang tua. Gaya hidup modern membuat usia muda juga rentan mengalami gangguan irama jantung. Dengan pola hidup sehat, manajemen stres, dan deteksi dini, risiko komplikasi serius dapat ditekan sejak awal.

2 hours ago
2
















































