Selular.id – Microsoft secara resmi mengakhiri dukungan untuk sistem operasi Windows 10 pada 14 Oktober 2025, menandai babak akhir bagi salah satu OS paling populer yang telah melayani miliaran perangkat global.
Penghentian dukungan ini berarti tidak akan ada lagi pembaruan keamanan, perbaikan bug, atau dukungan teknis resmi dari Microsoft, meninggalkan pengguna dengan pilihan terbatas antara upgrade ke Windows 11 atau bertahan dengan risiko kerentanan keamanan yang semakin meningkat.
Keputusan ini berdampak langsung pada ratusan juta perangkat di seluruh dunia, termasuk Indonesia, di mana Windows 10 masih menjadi sistem operasi dominan di berbagai sektor.
Microsoft menegaskan bahwa setelah tanggal tersebut, komputer yang masih menjalankan Windows 10 tidak akan menerima pembaruan keamanan yang sangat krusial untuk melindungi dari ancaman siber terbaru.
Perusahaan menyatakan transisi ini sebagai bagian dari siklus hidup produk yang wajar, mengikuti pola yang sebelumnya diterapkan pada Windows 7 dan versi Windows lainnya.
Bagi pengguna rumahan dan bisnis, situasi ini menciptakan dilema signifikan. Di satu sisi, upgrade ke Windows 11 memerlukan persyaratan hardware yang lebih tinggi yang tidak dapat dipenuhi oleh banyak perangkat lama.
Di sisi lain, tetap menggunakan Windows 10 tanpa dukungan keamanan membuka celah bagi serangan malware dan exploit yang dapat membahayakan data pribadi maupun korporat.
Microsoft telah mengingatkan pengguna melalui berbagai kanal komunikasi selama berbulan-bulan tentang batas waktu ini, mendorong migrasi ke platform yang lebih modern.
Transisi dari Windows 10 mengingatkan pada akhir era layanan dial-up AOL yang berakhir setelah 34 tahun, di mana teknologi yang pernah mendominasi harus mengakhiri siklus hidupnya seiring evolusi digital.
Perbedaan utamanya terletak pada skala dampak – sementara dial-up terutama mempengaruhi konektivitas internet, akhir dukungan Windows 10 mempengaruhi sistem operasi inti yang menjadi fondasi operasional komputer personal dan bisnis.
Bagi para gamer, situasi ini menjadi lebih kompleks. Banyak game PC legacy dan periferal gaming yang dioptimalkan khusus untuk Windows 10, menciptakan kekhawatiran tentang kompatibilitas saat beralih ke Windows 11.
Beberapa pengembang game telah mengonfirmasi bahwa mereka akan fokus pada pengembangan untuk Windows 11 ke depan, sementara dukungan untuk Windows 10 akan dihentikan secara bertahap. Ini menciptakan pilihan sulit bagi komunitas PC gamer yang harus mempertimbangkan antara keamanan sistem dan pengalaman gaming yang optimal.
Dampak pada Ekosistem Perangkat dan Solusi Alternatif
Ekosistem perangkat computing menghadapi perubahan signifikan pasca penghentian dukungan Windows 10. Produsen PC dan laptop telah beralih ke Windows 11 sebagai sistem operasi default untuk perangkat baru mereka selama beberapa tahun terakhir.
Namun, pasar perangkat bekas dan komputer lama yang tidak memenuhi persyaratan sistem Windows 11 diperkirakan akan mengalami penurunan nilai secara signifikan.
Microsoft menawarkan beberapa jalur solusi bagi pengguna yang terpengaruh. Opsi utama adalah upgrade ke Windows 11 bagi perangkat yang memenuhi spesifikasi minimum, termasuk prosesor generasi ke-8 Intel atau lebih baru, AMD Ryzen 2000 series atau lebih baru, TPM 2.0, dan setidaknya 4GB RAM.
Bagi perangkat yang tidak memenuhi persyaratan, Microsoft merekomendasikan pembelian perangkat baru yang sudah dilengkapi Windows 11 atau beralih ke solusi cloud melalui Windows 365.
Beberapa organisasi enterprise mempertimbangkan alternatif lain seperti Linux untuk penggunaan tertentu, meskipun transisi ini memerlukan pelatihan ulang pengguna dan adaptasi aplikasi bisnis.
Sektor pendidikan dan pemerintahan, yang sering mengoperasikan perangkat dengan siklus hidup lebih panjang, menjadi yang paling terdampak oleh perubahan ini.
Mereka harus mengalokasikan anggaran tambahan untuk modernisasi infrastruktur TI atau menerima risiko keamanan yang meningkat.
Masa Depan Komputasi Pasca Windows 10
Penghentian dukungan Windows 10 menandai pergeseran fundamental dalam lanskap komputasi personal. Microsoft semakin fokus pada pengembangan Windows 11 dan platform komputasi awan, mencerminkan transformasi digital yang lebih luas di industri teknologi.
Tren ini sejalan dengan strategi Microsoft menggabungkan ekosistem Xbox dan Windows untuk menciptakan pengalaman yang lebih terintegrasi antar perangkat.
Industri teknologi melihat akhir dukungan Windows 10 sebagai momentum percepatan adopsi teknologi yang lebih modern. Ini termasuk komputasi awan, keamanan berbasis AI, dan arsitektur chip yang lebih efisien.
Persaingan di pasar prosesor juga ikut terdampak, dengan perusahaan seperti AMD dan Intel bersaing ketat menyediakan platform yang optimal untuk Windows 11, situasi yang mengingatkan pada persaingan sengit antara Intel dan Nvidia di segmen komputasi AI.
Bagi pengguna di Indonesia, transisi ini memerlukan perencanaan matang. Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengeluarkan imbauan kepada pelaku usaha dan instansi pemerintah untuk mempersiapkan migrasi sistem secara bertahap.
Asosiasi pengusaha komputer juga menggalakkan sosialisasi tentang pentingnya beralih ke sistem yang masih mendapat dukungan keamanan reguler.
Ke depan, evolusi sistem operasi diperkirakan akan semakin terintegrasi dengan teknologi cloud dan AI.
Microsoft telah mengindikasikan bahwa Windows 11 akan menjadi fondasi untuk pengalaman komputasi yang lebih cerdas dan terpersonalisasi, dengan pembaruan besar yang dijadwalkan rutin setiap tahun.
Penghentian Windows 10 bukan akhir dari perjalanan, tetapi awal babak baru dalam evolusi komputasi personal yang terus beradaptasi dengan kebutuhan digital masa depan.