Tim Reaksi Cepat Dibentuk Cegah Ancaman Kesehatan Pelaksanaan MBG di Sikka

2 hours ago 1
Tim Reaksi Cepat Dibentuk Cegah Ancaman Kesehatan Pelaksanaan MBG di Sikka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Petrus Herlemus.(MI/Alexander P Taum)

DINAS Kesehatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, membentuk Tim Reaksi Cepat guna mengantisipasi potensi masalah kesehatan dalam pelaksanaan program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Tim Reaksi Cepat tersebut akan bekerja selama 1X24 jam apabila para penerima manfaat mengalami masalah setelah mengonsumsi MBG.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Sikka Petrus Herlemus mengatakan, timnya memastikan program MBG di Kabupaten Sikka berjalan dengan aman. Ia tidak ingin masalah-masalah seperti siswa-siswi yang keracunan makanan hingga dilarikan ke rumah sakit terjadi di Kabupaten Sikka.

“Kita mesti mengantisipasi hal tersebut sejak dini agar tidak terjadi di Sikka. Anak-anak harus bisa mengonsumsi makanan dengan baik dan sehat dan juga pemenuhan gizi dapat terwujud,” kata Petrus Herlemus kepada Media Indonesia, Jumat (19/9).

Buka Call Center hingga Sebar Angket Penilaian MBG

Herlemus mengungkapkan timnya membuat aplikasi Goggle Form untuk disebarkan ke setiap sekolah penerima manfaat dengan harapan agar mereka dapat memberikan penilaian harian mengenai makanan yang disajikan.

“Sehingga jika terjadi kendala makanan seperti apa mereka bisa isi. Dari dasar itu kita bisa panggil Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) untuk bisa dievaluasi bersama-sama. Selain itu, kita juga menyediakan layanan call center atau pengaduan melalui WhatsApp. Kalau ada kendala bisa langsung diadukan sehingga satgas bisa segera melakukan tindakan,” terang Herlemus.

Terkait potensi keracunan MBG di SMK Negeri 1 Maumere dan SMK Yohanes XXIII, Dinas Kesehatan telah melakukan investigasi epidemiologi dan surveilans serta pengambilan sampel makanan untuk di uji di laboratorium. Dari hasil lab, kata dia, semua makanan dalam kondisi baik.

“Saya sudah panggil pemiliknya dan sudah menyampaikan untuk menghindari olahan makanan santan dan minyak berlebihan. Tim surveilans dan lingkungan pun turun memeriksa kehigienisannya, kalau ada yang kurang kita bisa evaluasi,” kata Herlemus.

Kualitas Sumber Air

Selain itu, timnya juga turut memastikan sumber air  dalam pengelolaan MBG harus sesuai dengan rekomendasi demi kesehatan para penerima manfaat.

Guru Berhak Menolak

“Ada beberapa kondisi tertentu yang menjadi tugas para guru dan SPPG. Gurunya berhak menolak andai makanan tersebut tidak siap untuk disantap," imbuhnya.

Herlemus menegaskan, makanan bergizi bukan soal enak dan tidak enak, kenyang atau tidak kenyang, melainkan pemenuhan gizi. Maka pemerintah menempatkan ahli gizi di setiap dapur gizi. Kalau terjadi hal-hal seperti itu maka tim dapur gizi, ahli gizi dan SPPG harus segera melakukan evaluasi.

Dinkes Beri Pelatihan bagi Pemilik Dapur Gizi

Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka mengambil peran dalam pengendalian dan pengawasan kualitas makanan telah melatih enam pemilik dapur gizi  dan penjamah makanan masing-masing 47 orang. Mereka dilatih untuk memastikan higienitas makanan siap saji serta industri rumah tangga pangan.

“Dari pemeriksaan itu, layak dan tidak layak kita akan nilai, kemudian seluruh penjamah makanan, pemilik dapur gizi dan pengelolah diperiksa kesehatannya di laboratorium kesehatan daerah,” jelas Herlemus.

Perhatikan Kondisi Karyawan Dapur MBG

Ia menegaskan, jika ditemukan penyakit tertentu yang ada dalam penjamu makanan, maka pemilik dan pengelolah makanan akan dipanggil. Kondisi karyawan yang memiliki riwayat penyakit menular bisa dipindahkan ke bagian lain atau jangan langsung menjamah makanan.

“Kita merekomendasikan penjamu makanan harus benar-benar sehat, terutama yang berpotensi menular harus kita awasi agar kita benar-benar menyukseskan MBG di Kabupaten Sikka.”

Herlemus menerangkan, di Sikka terdapat enam dapur gizi dan potensi bertambah 12 pada tahun ini karena ada permohonan untuk pelatihan-pelatihan  dan pemeriksaan kesehatan. (PT/E-4)

Read Entire Article
Global Food