Tiga Wujud Gadget: Asisten, Parasit, atau Dedemit?

10 hours ago 2

Selular.id – Gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, namun penggunaannya yang berlebihan dapat mengubah perangkat ini dari asisten yang membantu menjadi parasit bahkan dedemit yang merugikan.

Rata-rata orang menghabiskan 6-8 jam per hari di depan layar, dengan sebagian besar waktu tersebut digunakan untuk scrolling media sosial yang dalam setahun bisa mencapai jarak 100 kilometer, setara dengan perjalanan bolak-balik menggunakan Commuterline dari Stasiun Jakarta Kota ke Stasiun Bogor.

Fenomena ini mengungkapkan bagaimana gadget dapat berubah wujud dari alat bantu menjadi pengganggu.

Dalam dokumenter The Social Dilemma (Netflix, 2020) diungkapkan bahwa jika pengguna tidak membayar untuk suatu produk, maka pengguna itulah yang menjadi produknya.

Perhatian pengguna, berupa kombinasi waktu dan engagement, menjadi komoditas utama yang diperjualbelikan oleh penyedia layanan digital.

Menurut analisis perilaku digital, setidaknya ada tiga wujud gadget yang perlu dipahami oleh pengguna.

Pemahaman ini penting untuk mengoptimalkan manfaat teknologi sekaligus menghindari dampak negatifnya terhadap produktivitas dan kesehatan mental.

Mengenal Tiga Wujud Gadget

Wujud pertama gadget adalah sebagai asisten yang berguna. Dalam bentuk ini, gadget berfungsi sesuai tujuan utamanya sebagai alat yang memudahkan kehidupan sehari-hari.

Fitur-fitur seperti alarm, pengingat jadwal, kamera, aplikasi pengirim pesan, dan editor video menunjukkan bagaimana gadget dapat menjadi pendukung produktivitas.

Seperti yang dijelaskan dalam artikel 6 Gadget Wajib Dimiliki Travel Vlogger Pemula, perangkat teknologi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dan kreativitas.

Wujud kedua adalah gadget sebagai parasit. Transisi ini terjadi ketika fitur-fitur hiburan dan tambahan yang seharusnya membantu justru tanpa disadari “menghisap” waktu dan emosi pengguna.

Mekanisme ini bekerja dengan memanfaatkan kecenderungan manusia untuk terus terlibat dengan konten yang disajikan.

Penyedia layanan berusaha membuat pengguna tetap “anteng melihat layar” dan tidak meninggalkan platform mereka.

Wujud ketiga yang paling berbahaya adalah gadget sebagai dedemit.

Bentuk ini muncul ketika rancangan aplikasi tertentu memanipulasi cara kerja otak hingga menyebabkan kecanduan.

Media sosial, pinjaman online (pinjol), dan judi online (judol) merupakan contoh platform yang dapat berubah menjadi dedemit jika tidak digunakan dengan bijak.

Mekanisme Parasit dan Dedemit Digital

Mekanisme parasit dalam dunia digital bekerja dengan memanfaatkan waktu dan perhatian pengguna.

Semakin lama seseorang menggunakan layanan tertentu, baik untuk mengonsumsi konten atau melakukan aktivitas seperti komentar, repost, dan klik Like, semakin besar keuntungan yang diperoleh penyedia layanan.

Pola ini tidak sepenuhnya buruk, namun memerlukan kesadaran pengguna untuk dapat mengendalikan penggunaan.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Andreas Budi Widyanta, mengungkapkan bahwa judol telah menjerat banyak orang tanpa disadari.

Sistem tersebut dibangun dengan gamifikasi yang menimbulkan rasa senang dan kenikmatan, membuat orang ingin terus bermain.

Iklan judol sering muncul di media sosial tanpa disadari pengguna, baik melalui aktivitas orang-orang di komentar, terutama saat livestreaming, maupun melalui logo dan nama layanan yang disematkan pada video-video lucu.

Mekanisme dedemit digital ini mengetuk alam bawah sadar pengguna sehingga mereka ingin terus kembali pada layanan yang sudah terasa akrab.

Belum lagi mekanisme judi sendiri yang memang dapat menyebabkan kecanduan.

Seperti yang terlihat dalam perbandingan gadget, penting untuk memilih perangkat yang mendukung produktivitas daripada distraksi.

Strategi Menghadapi Transformasi Gadget

Untungnya, terdapat beberapa strategi praktis yang dapat dilakukan untuk mencegah transformasi gadget menjadi parasit atau dedemit.

Pengaturan waktu penggunaan aplikasi merupakan langkah pertama yang efektif.

Hampir semua gadget modern memiliki fitur pembatasan jam penggunaan aplikasi tertentu, atau pengubahan layar menjadi hitam putih ketika memasuki jam tertentu.

Membuat “Hari Tanpa Gadget” juga dapat menjadi solusi. Aktivitas ini bisa dilakukan bersama teman, keluarga, atau orang terkasih dengan menjadwalkan 24 jam tanpa gadget untuk jalan-jalan, bermain board game, berolahraga, atau sekadar menikmati pemandangan dan makan tanpa harus difoto dan diposting.

Seperti yang dijelaskan dalam artikel Donna Agnesia: Menyeimbangkan Penggunaan Gadget dan Aktivitas Fisik, keseimbangan antara dunia digital dan fisik sangat penting untuk kesehatan mental.

Penggunaan alarm konvensional juga dapat membantu memutus ketergantungan pada gadget.

Dengan membeli alarm jadul dan meletakkannya di sisi tempat tidur, sementara gadget diisi ulang di ruangan yang berbeda atau tempat yang jauh dari kasur, gadget bukan lagi menjadi benda pertama yang disentuh setiap pagi.

Pendekatan ini sejalan dengan konsep penggunaan gadget yang bijak dalam aktivitas luar ruangan.

Pengembangan kesadaran digital ini menjadi semakin penting mengingat tren penggunaan layanan digital yang terus meningkat, termasuk layanan paylater selama periode tertentu.

Dengan memahami mekanisme di balik layanan digital, pengguna dapat lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi untuk keuntungan mereka sendiri, bukan sebaliknya.

Pengenalan terhadap tiga wujud gadget ini diharapkan dapat membantu pengguna membuat pilihan yang lebih sadar dalam berinteraksi dengan teknologi.

Dengan mengetahui apa yang dihadapi, pengguna dapat mengembangkan strategi pertahanan diri yang efektif terhadap potensi dampak negatif gadget, sambil tetap menikmati manfaat positif yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi digital.

Read Entire Article
Global Food