Tahun Milik Paris Saint Germain

6 hours ago 1
Tahun Milik Paris Saint Germain Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

BEBERAPA saat sebelum mengakhiri karier di Paris Saint Germain (PSG), Kylian Mbappe dipanggil Luis Enrique untuk masuk ruangan kerjanya. Pelatih baru PSG itu mempertanyakan lagi keputusan bintang sepak bola Prancis tersebut untuk pindah ke Real Madrid. Pasalnya, Enrique yakin PSG akan menjadi kekuatan sepak bola yang menakutkan.

Mbappe yang berkeinginan untuk mengangkat Piala Champions tidak terlalu memedulikan ucapan pelatih PSG itu. Ia sudah berketetapan hati untuk pindah ke Madrid karena yakin klub para bintang asal Spanyol itulah yang akan membawa dirinya memenangi Piala Champions.

Ternyata ucapan Enrique yang terbukti benar. Musim lalu bukan Real Madrid yang mengangkat piala. PSG-lah yang mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di Eropa dan untuk pertama kalinya mengangkat Piala Champions.

Bahkan ucapan Enrique semakin benar bahwa PSG menjadi kekuatan sepak bola yang menakutkan sekarang ini. Di semifinal Kejuaraan Dunia Antarklub 2025, tidak tanggung-tanggung PSG mengempaskan Real Madrid dengan skor telak 4-0. PSG kini menjelma menjadi mesin gol yang sangat menakutkan. Di final Piala Champions yang lalu, Marquinhos dan kawan-kawan menghajar Internazionale Milan lima gol tanpa balas.

Mbappe hanya bisa menyaksikan bagaimana klub yang membesarkan dirinya menjadi sebuah kekuatan besar saat ia tidak lagi berada di sana. Bahkan klub barunya, Real Madrid, yang dibayangkan akan semakin membesarkan dirinya, tidak berdaya menghadapi bekas klubnya itu.

Jalan pulang tidak mungkin lagi Mbappe lakukan. Ia hanya bisa melihat kenyataan bahwa Enrique benar. Pelatih asal Spanyol itu membawa PSG mencapai puncak kejayaan dan sulit untuk bisa ditahan oleh siapa pun.

SULIT DITAHAN

Melihat bagaimana anak-anak asuhan Enrique menaklukkan Real Madrid, PSG memang sulit untuk ditahan. Tahun ini tidak bisa dimungkiri menjadi tahun milik klub kebanggaan masyarakat Paris itu. PSG tampil dengan satu kesatuan tim yang begitu utuh. Apalagi semua pemain memiliki teknik sepak bola yang tinggi sehingga tim sekelas Real Madrid pun tidak mampu mengimbangi mereka.

Bayamgkan, bek kanan PSG Achraf Hakimi bisa bebas masuk ke daerah berbahaya Real Madrid hanya dengan satu sentuhan. Ketika Antonio Rudiger mencoba untuk memotong gerakannya, pemain asal Maroko itu sudah mengoper bola ke Fabian Ruiz yang sudah menunggu bebas di depan gawang Thibaut Courtois.

Pressing football yang diterapkan PSG benar-benar membuat Real Madrid seperti klub kemarin sore. Ujung tombak Ousmane Dembele bisa mencuri bola dari kaki center-back sekelas Rudiger di daerah permainan Real Madrid sehingga langsung berhadapan dengan kiper Courtois.

Puncak dari ketidakberdayaan Real Madrid terjadi saat PSG mencetak gol keempat. Goncalo Ramos bisa membuat empat pemain belakang Real Madrid jatuh bangun untuk menghentikan gocekannya. Ketika pemain lawan sudah terjatuh, penyerang asal Portugal itu dengan tenang bisa menceploskan bola ke gawang Courtois.

Mbappe pantas tertampar melihat kedigdayaan bekas klubnya itu. Klub yang dulu sepertinya sangat bergantung pada dirinya, kini menjadi klub yang begitu matang dan tanpa cela.

Pelatih Xabi Alonso harus berpikir keras untuk membangun kembali Real Madrid. Nama-nama besar yang ada di dalam timnya bukan jaminan bahwa mereka adalah Los Galacticos yang masih harus disegani. Dengan penampilan seperti itu akan sulit bagi Real Madrid untuk mencetak prestasi besar di musim mendatang. Jangankan untuk memenangi Piala Champions, bahkan untuk menjuarai La Liga pun berat karena harus bersaing dengan Barcelona.

TUGAS BERAT CHELSEA

Chelsea yang akan menjadi lawan PSG di final Kejuaraan Dunia Antarklub Minggu besok menghadapi uji yang mahaberat. Enzo Fernandez dan kawan-kawan harus bisa menaikkan kualitas permainan mereka dua kali di atas penampilan saat menyingkirkan Fluminense 2-0 di semifinal, Selasa lalu.

Pelatih Enzo Maresca harus berpikir keras untuk menyusun strategi yang jitu untuk meredam permainan PSG. Pesta gol yang diperlihatkan PSG saat menyingkirkan Inter 5-0 dan Real Madrid 4-0 menggambarkan haus golnya para pemain klub Prancis itu.

Tantangan terberat dari PSG ialah semua pemainnya memiliki naluri untuk mencetak gol. Bahkan Hakimi bisa menjadi eksekutor untuk menjebol gawang lawan.

Hal kedua yang perlu menjadi perhatian ialah kemampuan pemain PSG untuk langsung menekan lawan ketika kehilangan bola. Pressing football anak asuhan Enrique mengagetkan para pemain Inter Milan yang dikenal dengan pertahanan gerendelnya.

Pilihan terbaik yang bisa dilakukan Maresca ialah menerapkan pola 'double-six' yang dulu pernah diperkenalkan pelatih asal Jerman, Thomas Tuechel. Recce James bisa menjadi pilihan untuk mendampingi Moises Caicedo menjadi gelandang bertahan. Dengan pengalaman bermain sebagai pemain belakang, James bisa menjadi orang yang mampu mengawasi pergerakan playmaker PSG Vitinha sekaligus gelandang serang Ruiz. Dengan begitu, Caicedo bisa memiliki pendamping yang bisa diandalkan untuk mengendalikan lapangan tengah.

Konsekuensinya, Maresca harus mengistirahatkan Christopher Nkunku agar Cole Palmer bisa tampil sebagai starter. Kehadiran dua penyerang, Joao Pedro dan Pedro Neto, memberikan daya dobrak yang lebih meyakinkan dari Chelsea. Skenario penyerang itu hanya bisa berjalan apabila pemain gelandang dan belakang dapat meredam tekanan para pemain PSG. Apabila pengendalian serangan PSG gagal dilakukan, semua pemain harus turun untuk mengamankan gawang the Blues.

Variasi serangan yang dilakukan PSG membuat mereka sulit diantisipasi. Bukan hanya memiliki dua penyerang sayap, Desire Doue dan Khvicha Kvaratskhelia, yang sangat cepat, PSG juga memiliki Vitinha yang amat kreatif merancang serangan serta Joao Neves dan Ruiz yang tidak mengenal lelah.

Chelsea harus mencetak gol terlebih dahulu apabila tidak mau nasibnya sama seperti Inter Milan maupun Real Madrid. Akan tetapi, menjebol gawang PSG tidak mudah karena mereka memiliki kiper Gianluigi Donnarumma yang sangat tangguh dan empat pemain belakang yang sangat taktis dalam bermain.

Read Entire Article
Global Food