Nasa Siapkan Tiga Satelit Baru untuk Tangkal Badai Matahari

2 hours ago 3
Nasa Siapkan Tiga Satelit Baru untuk Tangkal Badai Matahari Observatorium Dinamika Surya NASA menangkap gambar suar matahari ini pada 2 Oktober 2014. Semburan material matahari yang meletus ke luar angkasa dapat dilihat tepat di sebelah kanannya.(Doc NASA)

RISIKO badai matahari diperkirakan akan semakin meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Fenomena ini dapat mengancam astronot, satelit, jaringan listrik, hingga koneksi internet di seluruh dunia. Menanggapi ancaman tersebut, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) akan meluncurkan tiga satelit cuaca antariksa baru untuk memberikan peringatan dini terhadap ledakan matahari yang paling berbahaya.

Ketiga satelit ini akan diluncurkan pada Selasa mendatang. Setelah menempuh perjalanan menuju orbit yang sejajar dengan posisi Matahari dan Bumi, satelit-satelit tersebut akan mampu mendeteksi partikel bermuatan yang bergerak menuju atmosfer Bumi.

Data yang dikumpulkan diharapkan dapat memberi peringatan sekitar 30 menit sebelum badai matahari menghantam, memberi waktu bagi jaringan listrik dan sistem komunikasi di Bumi untuk melakukan langkah darurat.

“Seiring masyarakat semakin bergantung pada teknologi, kita juga menjadi lebih rentan terhadap cuaca antariksa,” ujar Tim Horbury, profesor fisika dari Imperial College London yang terlibat dalam proyek ini. “Semakin banyak sistem kita yang terdampak — mulai dari satelit, komunikasi, hingga navigasi. Perlindungan terhadap badai matahari kini menjadi krusial, terutama bagi keselamatan astronot.”

Matahari secara alami mengalami fluktuasi aktivitas dalam siklus 11 tahunan, yang terlihat dari jumlah bintik matahari di permukaannya. Sejak mencapai titik terendah pada tahun 2008, aktivitas matahari terus meningkat. NASA memperingatkan bahwa Bumi kemungkinan akan mengalami lebih banyak badai geomagnetik besar seiring puncak aktivitas ini mendekat.

Badai geomagnetik besar dapat menimbulkan arus listrik kuat di permukaan Bumi, menyebabkan pemadaman dan gangguan besar pada infrastruktur modern. Pada tahun 1989, misalnya, badai matahari menyebabkan pemadaman listrik selama sembilan jam yang memengaruhi enam juta orang di Quebec, Kanada.

Bahkan, peristiwa paling dahsyat yang pernah tercatat Carrington Event tahun 1859 melumpuhkan jaringan telegraf di seluruh dunia. Jika peristiwa serupa terjadi hari ini, para ahli memperkirakan kerugiannya bisa mencapai sekitar £2 triliun.

Tahun lalu, gangguan GPS akibat badai matahari sempat menimbulkan kekacauan bagi para petani di Kanada dan Amerika Serikat. Traktor-traktor pintar yang bergantung pada navigasi satelit tidak dapat menanam dan memanen di posisi yang tepat, menunjukkan betapa rentannya sistem modern terhadap cuaca antariksa ekstrem.

Salah satu dari tiga satelit baru itu, Interstellar Mapping and Acceleration Probe (IMAP), membawa instrumen penting buatan tim Horbury: dua magnetometer yang sangat sensitif, mampu mendeteksi partikel bermuatan dari jarak lebih dari 90 juta mil dari Matahari. Pembuatan alat ini merupakan tantangan besar karena pengujiannya di Bumi dapat terganggu oleh medan elektromagnetik sekecil apa pun, bahkan dari aki mobil di jalan terdekat.

Untuk melindungi keakuratannya, magnetometer dipasang di lengan panjang yang menjorok keluar dari badan satelit agar terhindar dari medan magnet yang dihasilkan oleh perangkat elektronik di dalamnya. Perangkat ini mampu mendeteksi perubahan sekecil pintu yang terbuka dan tertutup di fasilitas pengujian.

Selain memberikan peringatan dini, IMAP juga akan membantu para ilmuwan memahami proses terbentuknya angin surya aliran partikel bermuatan yang terus dipancarkan oleh Matahari. Meski berbahaya bagi teknologi dan kehidupan, partikel-partikel ini juga membentuk heliosfer, lapisan pelindung alami yang menyelimuti tata surya dan menjaga planet-planet dari radiasi kosmik yang lebih ekstrem.

Selain IMAP, dua satelit lainnya SWFO-L1 (Space Weather Follow-On Lagrange 1) dan Carruthers Geocorona Observatory akan melengkapi misi pengamatan. SWFO-L1 akan bekerja berdampingan dengan IMAP untuk memantau aktivitas partikel bermuatan, sementara Carruthers Geocorona Observatory akan meneliti lapisan terluar atmosfer Bumi, tempat angin surya pertama kali bersentuhan dengan planet kita.

Setelah peluncuran, ketiga satelit ini akan menempuh perjalanan selama beberapa minggu menuju titik Lagrange, lokasi di mana gaya gravitasi antara Bumi dan Matahari berada dalam keseimbangan sempurna. Dari titik inilah mereka akan melakukan pemantauan konstan terhadap kondisi cuaca antariksa.

Misi ini bukan akhir dari upaya manusia untuk memahami dan melindungi diri dari cuaca antariksa. NASA dan Imperial College London kini tengah menyiapkan proyek lanjutan bernama HelioSwarm, konstelasi sembilan satelit yang akan mempelajari turbulensi angin surya lebih detail. Peluncurannya dijadwalkan pada tahun 2028.

Dengan sistem pemantauan baru ini, NASA berharap dunia akan lebih siap menghadapi badai matahari besar berikutnya, fenomena alam yang tak terhindarkan, namun kini dapat diantisipasi lebih baik sebelum menyebabkan kekacauan global.

Sumber: The Observer UK

Read Entire Article
Global Food