SKK Migas Angkat Peran Hulu Migas dalam Energi Nasional lewat Lomba Jurnalistik

3 hours ago 4
SKK Migas Angkat Peran Hulu Migas dalam Energi Nasional lewat Lomba Jurnalistik Lomba Karya Jurnalistik Hulu Migas SKK Migas-KKKS kembali digelar. Tahun ini, tema yang diusung adalah Industri Migas Sebagai Pilar Ketahanan Energi.(Dok. SKK Migas)

LOMBA Karya Jurnalistik Hulu Migas SKK Migas-KKKS kembali digelar. Tahun ini, tema yang diusung adalah Industri Migas Sebagai Pilar Ketahanan Energi.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Heru Setyadi menyampaikan, tema tersebut diangkat karena mencerminkan peran penting sektor hulu migas dalam menopang energi nasional. Di tengah dinamika transisi energi global, katanya, keberadaan industri hulu migas tetap menjadi pilar utama dalam memastikan ketersediaan energi bagi masyarakat dan dunia usaha.

"Industri hulu migas bukan hanya menghasilkan energi tetapi juga menghasilkan multiplier effect yaitu berupa pertumbuhan ekonomi, lapangan pekerjaan, dan memperkuat industri nasional lain. Karena itu tema yang kami pilih akan menjadi refleksi dan inspirasi bagi para jurnalis dalam mengangkat berbagai sisi kontribusi industri migas bagi bangsa Indonesia," ujarnya dalam acara coaching clinic lomba di Jakarta, Rabu (15/10).

Pengiriman karya jurnalistik SKK Migas-KKKS 2025 telah dibuka. Batas pengumpulan karya jurnalistik hingga 10 November 2025. Karya jurnalistik yang dilombakan adalah karya orisinal, ditulis dan dipublikasikan di media cetak atau media online dalam rentang waktu 10 Oktober-10 November 2025. Total hadiahnya mencapai Rp132 juta.

"Melalui lomba ini, kami ingin memberikan ruang kepada jurnalis untuk menggali lebih dalam, menulis, menyebarkan informasi positif mengenai peran industri hulu migas dalam upaya mendukung ketahanan energi nasional dan pertumbuhan ekonomi," kata Heru.

SKK Migas juga menyelenggarakan coaching clinic pada Rabu (15/10) secara luring dan daring. Heru mengatakan coaching ini diselenggarakan sebagai wadah pembekalan, berbagi pengalaman di antara para jurnalis maupun pihak penyelenggara.

"Diharapkan teman-teman media dapat menghasilkan karya yang lebih mendalam, berbasis data, dan memberikan perspektif yang konstruktif tentang tantangan dan kontribusi industri hulu migas nasional," paparnya.

Dosen Prodi Ekonomi Universitas Pertamina Rinto Pudyantoro yang merupakan salah satu juri, mengharapkan penguatan literasi masyarakat terkait sektor hulu migas melalui lomba ini.

Rinto juga menekankan pentingnya pemahaman dan penyajian data yang baik dalam konten tulisan. "Mengkritik tidak apa-apa, asal pertama benar dulu datanya," ujarnya.

"Kalau sudah jadi berita, kemudian ada yang salah, untuk membuat benar lagi sulit sekali. Berita negatif yang kemudian membuat investor semakin tidak percaya, memicu kebijakan yang reaktif, dan mengganggu hubungan sosial, sulitnya minta ampun untuk mengubah jadi bagus lagi. Kalau dampaknya positif, itu akan membuat investor semakin yakin, secara keseluruhan mempermudah kegiatan hulu migas," paparnya.

Juri lainnya, Kepala Divisi Produksi Tempo Media Ali Nur Yasin mengatakan, dalam meliput industri migas ataupun energi, memang dibutuhkan pengetahuan yang spesifik. Hal itu tidak sama misalnya dengan ekonomi makro atau ekonomi bursa.

"Misal bagaimana kita bisa menerjemahkan bahwa cost recovery masih dibutuhkan, memang. Tapi pemahaman cost recovery itu sebetulnya seperti apa? Kenapa konsep ini diadopsi oleh Petronas, yang menjadikan Petronas lebih besar dari Pertamina? Pemahaman-pemahaman ini sebetulnya yang mungkin sebagian publik belum tersampaikan dengan baik," tuturnya.

Sementara itu, Pemimpin Redaksi Katadata Yura Syahrul menekankan kreativitas konten seiring dengan beragamnya platform yang ada.

"Media itu wadahnya terus berubah. Setelah cetak, online, lalu multimedia, ke media sosial. Ketika kita sebagai jurnalis membuat konten, kita harus terus menyesuaikan dengan platform atau channel di mana audiens sering mengakses," kata Yura.

"Mungkin sekarang lebih banyak visual, orang baca teks yang panjang-panjang sudah malas, apalagi kalau pakai istilah teknis, atau angkanya terlalu panjang. Itu bisa disederhanakan dengan tulisan yang lebih ringkas, lebih banyak bermain visual," ujarnya. (Ifa/E-1)

Read Entire Article
Global Food