
DI tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi dan perubahan cara kerja pascapandemi covid-10, Indonesia muncul sebagai pasar kunci bagi ekspansi global IWG, perusahaan penyedia ruang kerja fleksibel terbesar di dunia. Menurut Lars Wittig, Senior Vice President IWG Asia Pacific, kunci keberhasilan perusahaan menembus pasar Indonesia terletak pada satu hal utama yaitu kemitraan lokal yang kuat.
"Untuk sukses di pasar seperti Indonesia, kita tidak bisa datang hanya dengan nama besar global. Kami harus benar-benar memahami budaya bisnis lokal dan bekerja bersama para mitra yang sudah mengenal ekosistemnya," ungkapnya saat meresmikan centre ke-44 di Wisma SSK, Jakarta baru-baru ini.
IWG pertama kali beroperasi di Indonesia pada tahun 2006 dengan membuka pusat pertama di Jakarta. Kini, jaringan perusahaan tersebut berkembang pesat dengan 44 pusat di berbagai kota, mulai dari Bandung, Surabaya, Semarang, Makassar, dan Balikpapan. Perusahaan menargetkan memiliki 60 pusat sebelum Tahun Baru Imlek mendatang.
Menurut Lars, pertumbuhan yang cepat ini tidak mungkin tercapai tanpa dukungan dari pengembang dan pengusaha lokal.
"Kami baru saja membuka pusat baru di luar kawasan CBD Jakarta bersama keluarga bisnis lokal yang memiliki banyak lini usaha, mulai dari logistik hingga kimia. Bekerja sama dengan mitra seperti mereka membuat kami bisa memahami kebutuhan daerah dan memberikan solusi yang tepat," terang Lars.
Model kemitraan ini, sambung dia, memungkinkan IWG memperluas jangkauan ke wilayah-wilayah yang sebelumnya belum tersentuh oleh operator ruang kerja internasional. Lars menyebut kolaborasi tersebut sebagai penerapan nyata dari prinsip 'think global, act local'.
"Globalisasi bukan berarti memaksakan satu model ke semua negara. Justru sebaliknya, kesuksesan kami datang dari kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika lokal. Kami belajar dari para mitra, dan bersama-sama menciptakan nilai baru untuk komunitas bisnis di setiap kota," sebutnya.
Selain membantu ekspansi IWG, kemitraan ini juga memberikan manfaat ekonomi bagi daerah. Kehadiran pusat kerja fleksibel di kota tier-2 membuka peluang bagi perusahaan besar maupun pelaku usaha kecil untuk beroperasi secara profesional tanpa harus pindah ke ibu kota.
"Setiap kali kami membuka pusat baru di sebuah provinsi, sekitar 85% pengguna kami adalah perusahaan yang untuk pertama kalinya berbisnis di wilayah itu. Artinya, kami bukan hanya membuka ruang kerja, tapi juga membantu menciptakan aktivitas ekonomi baru," cetus Lars.
Lars menambahkan, bagi para pemilik gedung dan pengembang lokal, kerja sama dengan IWG juga menjadi peluang baru untuk meningkatkan nilai properti mereka. Dengan menyertakan elemen ruang kerja fleksibel di dalam gedung, mereka dapat menarik lebih banyak penyewa dan memperluas segmen pasar.
"Bagi pengembang, bekerja sama dengan kami bukan hanya soal menyewakan ruang. Ini tentang menciptakan produk baru yang lebih relevan dengan cara kerja modern. Kami membantu mereka beradaptasi dengan perubahan, sehingga gedung mereka tetap kompetitif dalam jangka panjang," tambah Lars.
Melalui kemitraan strategis ini, IWG tidak hanya memperluas bisnisnya, tetapi juga membangun ekosistem kolaboratif yang menguntungkan banyak pihak. Lars menyebut model ini sebagai 'win-win partnership' yang menjadi ciri khas pendekatan IWG di Asia.
"Keberhasilan kami di Indonesia membuktikan bahwa kolaborasi lokal bukan hanya strategi, tapi kebutuhan. Kami membawa pengalaman global, tapi keberhasilan sejati datang dari kerja sama dengan orang-orang yang memahami Indonesia dari dalam," tandasnya.
Dalam konteks pembangunan daerah, strategi ini juga mendukung visi pemerataan ekonomi yang tengah digalakkan pemerintah. Dengan banyaknya proyek dan investasi di luar Jawa, termasuk pemindahan ibu kota ke IKN Nusantara, permintaan terhadap ruang kerja fleksibel terus meningkat.
"Di Balikpapan kami sudah punya satu pusat, tapi kami ingin menambah dua kali lipat karena kawasan itu berkembang sangat cepat. Kami mengikuti di mana ekonomi bergerak. Kalau ada pertumbuhan, kami akan hadir di sana," ungkap Putri Mulya, Country Head IWG Indonesia. (Fal/E-1)