Robot-Robot Peledak Guncang Gaza, Suaranya hingga ke Pusat Israel

2 hours ago 1
Robot-Robot Peledak Guncang Gaza, Suaranya hingga ke Pusat Israel Kota Gaza.(Al Jazeera)

MILITER Israel sedang bersiap mengerahkan sejumlah kendaraan kendali jarak jauh bermuatan bahan peledak dalam jumlah yang belum pernah terjadi ke Kota Gaza. Ini menurut kantor berita Walla.⁠

Dikenal di Gaza sebagai robot jebakan, kendaraan-kendaraan ini ialah pengangkut personel lapis baja (APC) yang telah dinonaktifkan, dilengkapi dengan bahan peledak, dan dioperasikan dari jarak jauh oleh pasukan Israel.⁠

Mereka dikerahkan jauh ke dalam wilayah perkotaan sebelum diledakkan, menyebabkan ledakan besar dan kerusakan yang meluas.⁠ Praktik ini disebut oleh militer Israel sebagai APC bunuh diri.⁠

Kantor berita Israel, Walla, melaporkan pada Selasa (16/9) bahwa militer menempatkan sejumlah besar APC usang ini di sepanjang perbatasan Gaza, mengubahnya menjadi bahan peledak mega untuk digunakan dalam serangan daratnya, yang katanya dimulai pada Selasa.⁠

Menurut media Israel, ledakannya begitu dahsyat sehingga beberapa terdengar hingga ke pusat kota Israel.⁠

Palestina mengatakan ledakan itu mengguncang bumi dan menyebabkan teror serta kehancuran yang meluas.⁠

Komunikasi Lumpuh

Pasukan dan tank Israel semakin dalam memasuki Kota Gaza pada Rabu (17/9), mendorong ribuan warga mengungsi dari wilayah yang porak-poranda. 

Serangan udara yang berlangsung serentak memutus layanan telepon dan internet, menyulitkan warga Palestina untuk menghubungi ambulans maupun meminta bantuan.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban tewas akibat perang Israel-Hamas telah menembus 65.000 jiwa.

Serangan Darat dan Udara

Militer Israel menyebut angkatan udara dan artileri telah melancarkan lebih dari 150 serangan dalam beberapa hari terakhir, menghancurkan menara-menara tinggi di kawasan padat kamp pengungsi. Israel mengklaim bangunan tersebut digunakan Hamas untuk mengawasi pasukan.

Pemutusan jaringan komunikasi membuat warga kesulitan mengoordinasikan evakuasi maupun berbagi informasi mengenai serangan yang dimulai sejak Senin, dengan tujuan menguasai penuh Kota Gaza.

Serangan udara terbaru menewaskan sedikitnya 16 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, menurut laporan rumah sakit setempat.

Anak-Anak dan Lansia Jadi Korban

Lebih dari separuh korban serangan semalam berada di Kota Gaza, termasuk seorang ibu dan anaknya di kamp pengungsi Shati. Di Gaza tengah, serangan menghantam rumah di kamp Nuseirat dan menewaskan tiga orang, termasuk seorang wanita hamil. 

Sementara di Khan Younis, sebuah serangan menargetkan tenda pengungsi dan merenggut nyawa pasangan suami istri serta anak mereka.

Militer Israel menyatakan telah berupaya meminimalisasi korban sipil namun tetap menargetkan organisasi teroris di Gaza.

Rumah Sakit Jadi Sasaran

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan Rumah Sakit Anak Rantisi terkena tiga kali serangan pada Selasa malam. 

Akibatnya, sekitar separuh dari 80 pasien harus dievakuasi. Namun, 40 pasien, termasuk anak-anak di ruang perawatan intensif dan bayi prematur, masih bertahan bersama tenaga medis.

"Serangan ini kembali membuktikan bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza dari genosida Israel," kata Fikr Shalltoot, direktur Gaza untuk organisasi Bantuan Medis untuk Palestina.

Militer Israel mengaku sedang menyelidiki serangan tersebut dan menegaskan Hamas kerap memanfaatkan infrastruktur sipil sebagai basis militer.

Jalur Evakuasi dan Krisis Komunikasi

Juru bicara militer Israel Kolonel Avichay Adraee menyatakan koridor baru ke selatan dibuka selama dua hari untuk warga yang ingin mengungsi. Namun, banyak penduduk utara tetap terputus dari dunia luar setelah jaringan komunikasi dihantam serangan.

Para jurnalis mencoba menghubungi sejumlah warga Gaza, tetapi gagal akibat terputusnya layanan internet dan telepon.

Sebelum peringatan evakuasi, diperkirakan 1 juta warga tinggal di Kota Gaza. Militer Israel memperkirakan 350.000 orang telah meninggalkan kota, sementara PBB mencatat lebih dari 238.000 orang mengungsi dari Gaza utara dalam sebulan terakhir. Namun, ratusan ribu lainnya masih bertahan di wilayah tersebut. (MEE/Arab News/I-2)

Read Entire Article
Global Food