
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuka pintu bagi Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk mencapai kesepakatan dagang. Inisiatif itu datang dari Trump karena Tiongkok tidak ingin terlihat kalah di mata dunia setelah kedua negara saling menjatuhkan tarif.
"Kita bisa menetapkan tarif atau kita bisa melakukannya dengan sejumlah cara yang berbeda, tetapi itu tampaknya tepat dan mereka dapat membayarnya dan atau menegosiasikannya, atau mereka tidak dapat membayar." ujar Trump.
Ia menambahkan, hubungannya dengan Xi Jinping sangat baik sehingga bisa menghadirkan sesuatu yang positif dalam waktu dekat untuk kedua negara raksasa ekonomi dunia itu. Sejauh ini, Trump telah menjatuhkan tarif hingga 145% untuk Tiongkok.
"Saya selalu berhubungan baik dengan Presiden Xi, kami memiliki hubungan baik. Sangat baik. Saya pikir sesuatu yang positif akan datang." kata dia.
Sementara itu, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS memberikan pengecualian dari tarif resiprokal yang tinggi kepada telepon pintar (smartphone), komputer, dan beberapa barang elektronik lainnya yang sebagian besar diimpor dari Tiongkok.
Dikutip dari AsiaOne, CBP AS mencantumkan pengecualian untuk 20 kategori produk, termasuk kode umum 8471 yang memberikan keringanan besar kepada perusahaan teknologi yang bergantung pada produk impor seperti Apple, Dell Technologies, dan banyak importir lainnya.
Berbeda dengan Trump, ekonom AS dan profesor Universitas Columbia, Jeffrey Sachs mengatakan Tiongkok menjadi pemenang dalam perang dagang dengan AS. "Dalam perang dagang antara AS dan Tiongkok, Tiongkok menang. Tiongkok tidak terlalu bergantung pada pasar AS," kata Sachs.
Berbicara dalam Forum Diplomatik Antalya, Sachs pun berpendapat penghentian perdagangan antara kedua negara tersebut akan mengakibatkan kerugian bersama, bukan hasil yang menguntungkan kedua belah pihak.
Di sisi lain, Komisi Tarif Dewan Negara Tiongkok pada Jumat (11/4) mengumumkan penerapan tarif impor untuk barang-barang AS menjadi 125%, atau naik dari tadinya 84% sebagaimana diumumkan dalam laman Kementerian Keuangan Tiongkok.
Tindakan tersebut merupakan respon dari penerapan tarif timbal balik yang disampaikan oleh pemerintah AS pada Kamis (10/4) yang mengenakan pungutan 125% atas barang-barang asal Tiongkok.
"Pada tingkat tarif seperti saat ini, kemungkinan tidak ada lagi pasar yang menerima barang-barang AS yang diekspor ke Tiongkok, jika pemerintah AS terus menaikkan tarif atas barang Tiongkok, kami akan mengabaikannya," demikian pernyataan Kementerian Keuangan Tiongkok.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian mengatakan, pihaknya tetap membuka opsi dialog dengan azas kesetaraan sekalipun telah menetapkan tarif impor sebesar 125% atas barang-barang asal AS. Pasalnya, tidak ada pemenang dalam perang dagang.
"Perang tarif dan perdagangan tidak mengenal pemenang, Tiongkok tidak ingin berperang dalam hal ini, tetapi tidak takut. Agar dialog dapat terjadi, dialog harus didasarkan pada kesetaraan, rasa hormat dan saling menguntungkan," kata Lin Jian di Beijing pada Jumat (11/4).
Berdasarkan laman Perwakilan Dagang AS, total nilai perdagangan AS dan Tiongkok pada 2024 mencapai 582,4 miliar dolar AS. Ekspor barang AS ke Tiongkok mencapai 143,5 miliar dolar AS sedangkan ekspor Tiongkok ke AS mencapai 438,9 miliar dolar AS sehingga AS mengalami defisit perdagangan barang dengan Tiongkok mencapai 295,4 miliar dolar AS.
Sementara itu, Uni Eropa (EU) memprioritaskan negosiasi dengan Washington, seraya merencanakan tindakan balasan terhadap AS jika tawar-menawar tarif itu tidak memuaskan melalui pembalasan dan diversifikasi perdagangan. Kebijakan agresif Trump telah melemahkan persepsi aliansi bersama.
Proteksionisme Presiden AS Donald Trump dan pendekatan "America First" menyebabkan keretakan antara EU dan AS. Kedua pihak memiliki hubungan perdagangan dan investasi terbesar di dunia dengan volume tahunan lebih dari 1,7 triliun dolar (Rp28.554 triliun).
Menurut data yang dikumpulkan oleh Anadolu, ekspor EU ke AS berjumlah 605,8 miliar dolar (Rp10.175,6 triliun) dan impor AS ke blok tersebut mencapai 379,9 miliar dolar (Rp6.381,1 triliun) tahun lalu. EU memiliki surplus sebesar 225,8 miliar dolar (Rp3.792,7 triliun).
Presiden Komisi EU Ursula von der Leyen mengatakan blok tersebut akan mendiversifikasi mitra dagangnya dengan melibatkan negara-negara lain, yang menyumbang 87% perdagangan global sambil mempercepat upaya untuk menghilangkan hambatan di pasar blok tersebut.
Upaya Jepang
Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang Ryosei Akazawa, seorang pembantu dekat Perdana Menteri Shigeru Ishiba, diharapkan bisa mengejar kesepakatan yang luas dengan meletakkan hambatan nontarif, investasi dan kerja sama energi dengan AS.
Seorang sumber yang dekat dengan isu tersebut mengatakan, Jepang dan AS berencana mengadakan pembicaraan tingkat menteri pada Kamis (17/4) depan mengenai tarif yang diberlakukan oleh Donald Trump.
Pada Selasa, (8/4), Ishiba menunjuk Akazawa untuk memimpin pembicaraan tarif dengan AS. Akazawa diharapkan untuk bertemu dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, yang ditugaskan Trump untuk peran tersebut.
Bessent mengeklaim Jepang mempertahankan hambatan nontarif yang tinggi dan menyarankan bahwa nilai tukar dan subsidi pemerintah juga dapat menjadi agenda. (Ant/I-1)