
PRESIDEN Prabowo Subianto bangga dan mengapresiasi capaian ketahanan pangan nasional yang menurutnya merupakan hasil dari kerja keras para petani serta sinergi lintas sektor. Ia juga menekankan keberhasilan tersebut bukan semata capaian teknis, melainkan juga keberhasilan moral dan sosial.
Data Kerangka Sampel Area (KSA), BPS mencatat potensi luas panen nasional mencapai 1.595.583 hektare pada April 2025, dengan estimasi produksi sebesar 8.631.204 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 4,97 juta ton beras. Secara kumulatif, produksi Januari-April 2025 tercatat 13.948.785 ton GKG, angka tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
"Saya ingin sampaikan terima kasih kepada seluruh unsur yang telah bekerja keras, para Menteri, Panglima TNI, Kapolri, jajaran pemerintah, dan tentu saja para petani. Saudara-saudara petani adalah tulang punggung bangsa. Tanpa pangan, tidak ada negara. Tanpa pangan, tidak ada NKRI,” tegas Prabowo dalam keterangan, Selasa (8/4/2025).
Ia juga menyatakan kebahagiaannya karena pada Ramadan dan Idul Fitri tahun ini, harga-harga pangan terkendali, stabil, dan terjangkau. Menurut dia, keberhasilan ini merupakan buah dari kerja nyata seluruh jajaran pemerintahan dan para petani di seluruh pelosok negeri.
“Banyak negara saat ini kekurangan beras, harga pangan menjulang. Bahkan di negara terkaya sekalipun, telur langka. Tapi kita, Alhamdulillah, sekarang ekspor telur dan harganya turun. Ini berkat kerja keras semua pihak. Ini hasil kebijakan yang masuk akal dan kesungguhan kita untuk membela rakyat,” ucapnya.
Beberapa hari setelah Idul Fitri, Prabowo memimpin langsung Panen Raya Nasional di Desa Randegan Wetan, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Kegiatan ini merupakan bagian dari panen serentak di 14 provinsi dan 157 kabupaten/kota, sebagai langkah strategis pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
Empat belas provinsi utama seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Yogyakarta, Sumatra Selatan, Aceh, Lampung, Sumut, Kalbar, Kalteng, Kalsel, NTB, dan Sulsel tercatat menyumbang hampir 91,42% produksi nasional bulan ini. Dengan luas panen 1,43 juta hektare dan produksi 7,89 juta ton GKG, wilayah ini menjadi tulang punggung produksi nasional. Jawa Timur menjadi penyumbang terbesar, disusul Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di luar Pulau Jawa, kontribusi tertinggi berasal dari Sulsel, Lampung, dan NTB.
Prabowo menegaskan pemerintah tidak akan berhenti pada capaian ini. Program strategis seperti cetak sawah, distribusi pupuk, teknologi pertanian, dan koperasi desa akan terus diperluas untuk mendorong kemandirian pangan.
“Saya ingin jadi Presiden yang berhasil menjaga harga pangan. Saya ingin rakyat kita menikmati protein yang cukup, harga yang terjangkau. Kita ingin desa punya gudang, cold storage, apotek murah, dan truk pengangkut hasil panen. Kita ingin petani hidup makmur,” ujarnya.
Prabowo menyampaikan rasa hormat dan kebanggaannya kepada seluruh petani Indonesia. Ia menyebut mereka sebagai pahlawan produksi, dan menegaskan bahwa pemerintahannya akan berdiri bersama mereka untuk membangun masa depan pangan Indonesia.
“Kami bangga mengabdi kepada rakyat. Tidak ada panggilan lebih mulia daripada membela petani. Karena itu, petani harus dimuliakan. Harus makmur. Dan kami akan buktikan itu bersama-sama,” tegas Prabowo.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan keberhasilan ini adalah hasil dari kebijakan yang tepat dan keberpihakan Presiden terhadap sektor pertanian.
“Terima kasih dari petani Indonesia. Harga gabah naik Rp6.500 per kilogram. Dan ini kebahagiaan petani seluruh Indonesia. Ada 100 juta petani yang berterima kasih kepada Bapak Presiden. Kemudian juga terima kasih atas kebijakan pupuk yang lebih sederhana. Tadi kami keliling, petani berterima kasih karena mendapatkan pupuk lebih mudah dibanding sebelumnya,” kata Amran.
Sebelumnya distribusi pupuk memerlukan tanda tangan dari 12 menteri, 38 gubernur, dan 500 wali kota/bupati. Namun kini, berkat Instruksi Presiden, pupuk dapat langsung disalurkan dari pabrik ke kelompok tani (Gapoktan).
“Ini betul-betul revolusi sektor pertanian, Bapak Presiden. Kemudian program pompanisasi telah meningkatkan produksi padi di Pulau Jawa sebesar 2,8 juta ton di saat krisis El Nino. Alhamdulillah produksi kita meningkat. Menurut data dari BPS, terjadi peningkatan produksi sebesar 52% pada Januari, Februari, dan Maret,” tutup Amran. (Ant/I-1)