Persahabatan Simpanse Betina Tingkatkan Peluang Hidup Anak hingga 95 Persen

9 hours ago 4
Persahabatan Simpanse Betina Tingkatkan Peluang Hidup Anak hingga 95 Persen Studi 30 tahun di Gombe, Tanzania, mengungkap persahabatan erat simpanse betina memiliki peluang lebih besar menjaga anaknya tetap hidup.(Madua Musa)

Persahabatan hangat antar betina simpanse ternyata berdampak besar bagi kelangsungan hidup anak-anak mereka. Studi selama lebih dari 30 tahun di Taman Nasional Gombe, Tanzania, menunjukkan induk simpanse betina yang memiliki hubungan sosial kuat dengan sesama betina memiliki peluang hingga 95% untuk menjaga bayinya tetap hidup selama tahun pertama, tanpa perlu dukungan dari kerabat dekat atau jantan pelindung.

Temuan ini diungkap dalam studi terbaru yang didanai pemerintah AS dan diterbitkan pada 18 Juni di jurnal iScience. Studi ini meneliti simpanse liar jenis Pan troglodytes schweinfurthii dan menjadi bukti penting bahwa hubungan sosial bukan hanya menyelamatkan hidup sang induk, tetapi juga anak-anak mereka.

Kekuatan Sosial Tanpa Ikatan Darah

Berbeda dari banyak spesies lain, simpanse betina biasanya meninggalkan kelompok asalnya saat mencapai kematangan seksual, dan menetap di komunitas baru yang tidak memiliki anggota keluarga. Ini membuat hubungan sosial mereka lebih bersifat pilihan, bukan berdasarkan kekerabatan.

“Pada spesies yang hidup bersama ibu dan saudara, manfaat hubungan sosial sudah banyak diketahui. Tapi simpanse betina tidak punya itu. Mereka bahkan cenderung lebih tertutup dibanding simpanse jantan,” ujar Joseph Feldblum, asisten profesor antropologi evolusioner di Duke University sekaligus penulis utama studi ini. “Jadi fakta bahwa koneksi sosial tetap berdampak sangat besar itu cukup mencengangkan.”

Persahabatan = Peluang Hidup Lebih Besar

Para peneliti menganalisis data perilaku dari 37 induk simpanse dan 110 anak mereka selama lebih dari tiga dekade. Mereka fokus pada frekuensi kebersamaan dan perilaku saling merawat (grooming) antar betina pada tahun sebelum melahirkan, agar tidak tercampur dengan perilaku sosial pasca kelahiran yang bisa dipengaruhi oleh kematian bayi.

Hasilnya mencolok: betina yang memiliki hubungan sosial di atas rata-rata komunitas memiliki kemungkinan 95% untuk menjaga bayinya hidup sampai usia satu tahun—periode paling rentan dalam hidup seekor anak simpanse. Sebaliknya, betina yang kurang bersosialisasi hanya memiliki peluang 75%. Dampak positif ini bahkan bertahan hingga anak mencapai usia lima tahun, saat mereka disapih.

Para peneliti juga memeriksa apakah keberadaan kerabat perempuan seperti ibu atau saudara perempuan berperan dalam peningkatan kelangsungan hidup anak. Ternyata tidak. Hubungan dengan simpanse jantan pun tidak terbukti berpengaruh signifikan. Yang paling penting adalah kedekatan dengan sesama betina, tanpa harus ada hubungan darah.

“Ini menunjukkan bahwa keberhasilan membesarkan anak tidak hanya bergantung pada keluarga, tapi juga pada jaringan sosial yang dibangun secara mandiri,” kata Feldblum.

Mengapa Hubungan Sosial Membantu?

Meskipun mekanisme pasti dari manfaat sosial ini belum sepenuhnya diketahui, para peneliti menduga ada beberapa faktor: betina yang bersosialisasi mungkin lebih sedikit mengalami gangguan dari individu lain, lebih terlindungi saat mencari makanan, atau bayinya lebih aman dari serangan sesama anggota kelompok. Hubungan sosial juga bisa membuat induk lebih sehat dan tidak terlalu stres selama kehamilan, sehingga memberi peluang lebih baik bagi anak yang dilahirkan.

Menariknya, hubungan sosial ini tidak berhenti setelah kelahiran. Betina yang sudah bersosialisasi sebelum melahirkan tetap mempertahankan hubungan tersebut setelah bayinya lahir, menunjukkan bahwa ini adalah ikatan jangka panjang, bukan hubungan sesaat.

“Kami memang belum bisa menyatakan hubungan sebab-akibat secara mutlak, tapi data ini menegaskan betapa pentingnya dikelilingi individu yang mendukung atau setidaknya menerima kehadiran Anda,” tambah Feldblum.

Petunjuk Evolusi Manusia

Temuan ini juga memberikan petunjuk penting tentang asal-usul kemampuan kolaborasi manusia. “Kita, manusia, sangat kolaboratif dan kooperatif—lebih dari spesies lain mana pun,” jelas Feldblum. “Perempuan manusia yang jauh dari keluarga, misalnya karena pindah ke kota atau desa baru, tetap bisa membangun jaringan sosial yang mendukung mereka. Studi tentang simpanse ini memberi wawasan tentang bagaimana kita berevolusi menjadi makhluk sosial seperti sekarang.” (Science Daily/Z-2)

Read Entire Article
Global Food