Peringatan dari Pesepeda Superfit: Kanker Paru-Paru Bisa Menyerang Siapa Saja, Termasuk Non-Perokok

1 week ago 12
Situs Info Live 24 Jam Tepat Terpercaya
 Kanker Paru-Paru Bisa Menyerang Siapa Saja, Termasuk Non-Perokok Chad Dunbar, pesepeda tangguh berusia 45 tahun, didiagnosis menderita kanker paru-paru stadium lanjut meski tidak pernah merokok, dengan gejala sakit di betis.(TikTok)

PESEPEDA superfit, Chad Dunbar, 45 didiagnosis mengalami kanker paru-paru stadium lanjutan dengan gejala sakit di kaki. Padahal ia tidak pernah merokok. 

Eksekutif perusahaan teknologi ini diberitahu hanya memiliki peluang hidup lima tahun sebesar 5%. Pasalnya kanker paru-parunya sudah menyebar ke otak, hati, tulang, dan kelenjar getah bening di dekat jantungnya.

Dalam sebuah video yang dibagikan organisasi amal The Young Lung Cancer Initiative, Dunbar, mengatakan satu-satunya gejala yang dirasakan hanya sakit dan bengkak di betis kirinya. Ia berpikir akibat ototnya yang lelah usai bersepedah sejauh 4.800 km. 

Serangkaian tes kemudian menunjukkan rasa sakit itu merupakan tanda dari sesuatu yang jauh lebih serius. Dunbar terkejut saat mendengar diagnosis. 

“Saya langsung berpikir, tidak mungkin. Saya bersepeda sejauh 3.000 mil setiap musim dan paru-paru saya pasti bagian tubuh paling sehat yang saya punya,” ujar Dunbar.

Ia mengaku reaksinya saat itu penuh penyangkalan dan kemarahan. “Saya marah, saya banyak bertanya: bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa saya?” tuturnya.

Kini, ia mengajak orang lain untuk tetap waspada terhadap tanda-tanda halus dari penyakit ini, sambil menegaskan bahwa “siapa pun yang punya paru-paru bisa terkena kanker paru-paru.”

Meski gejala paling umum dari kanker paru-paru adalah batuk yang tak kunjung hilang, infeksi dada berulang, dan sesak napas yang terus-menerus, ada juga gejala-gejala lain yang kurang dikenal, terutama ketika kanker sudah menyebar.

Kanker bisa menyebabkan pembengkakan di anggota tubuh jika sudah menyebar ke kelenjar getah bening, sekumpulan kelenjar yang membantu membuang limbah dari tubuh. Jika kelenjar ini meradang akibat tumor, maka bisa terjadi penumpukan cairan yang disebut limfedema.

Tumor yang tumbuh juga bisa menekan pembuluh darah, menghambat aliran darah dan menyebabkan penumpukan cairan. Hal itu mengganggu fungsi organ vital seperti jantung dan paru-paru yang semuanya dapat menimbulkan pembengkakan di bagian tubuh lain.

Kanker paru-paru yang diderita Dunbar memiliki mutasi genetik yang disebut RET mutation, kesalahan dalam kode genetik sel-sel tubuhnya yang menyebabkan sel-sel tersebut tumbuh dan berkembang tak terkendali.

Mutasi RET menyumbang sekitar satu dari 50 kasus kanker paru-paru yang berkembang di saluran pernapasan dan kantung udara paru-paru, serta cukup umum ditemukan pada pasien muda yang tidak pernah merokok.

Awalnya, Dunbar sempat menunjukkan respons positif terhadap pengobatan, termasuk penggunaan obat-obatan khusus yang menargetkan mutasi serta kemoterapi standar. “Pemindaian pada bulan Juli menunjukkan perbaikan besar,” katanya.

“Enam titik di otak menyusut jadi dua, tiga titik di tulang rusuk hilang, titik di hati juga mengecil, dan tumor utama di paru-paru juga terus menyusut,” lanjutnya.

Pada pembaruan di bulan Maret 2024, dokter menyampaikan tumor di otak dan hati kembali membesar yang sangat mengurangi harapan hidupnya. “Dokter memberi saya peluang hidup lima persen untuk bertahan lebih dari lima tahun,” katanya.

Setelah sempat merasa terpuruk, Dunbar yang bekerja di bidang teknologi memutuskan untuk terus berjuang. “Saya pikir, tahu nggak? Lima persen itu tetap peluang. Saya akan ambil itu,” ungkapnya.

Sekarang, Dunbar bertekad untuk menikmati setiap momen yang ia miliki bersama kedua putranya, Walker dan Noah, serta istrinya, Allyson.

Dalam tulisan yang menyertai rilis videonya, ia menambahkan, “Keinginan saya untuk hidup lebih besar daripada ketakutan saya akan kematian. Jadi saya tetap berharap kami bisa melewati ini dan menjadi lebih baik karenanya.”

Sejak video itu dipublikasikan, Dunbar mengikuti uji klinis pengobatan eksperimental yang mengharuskannya terbang ke California setiap dua minggu sekali.

Meskipun merokok masih menjadi penyebab sekitar 70% kasus kanker paru-paru, para ahli mencatat adanya peningkatan misterius jumlah pasien yang tidak pernah merokok. Awal tahun ini, para ilmuwan menemukan jumlah penderita kanker paru-paru nonperokok melebihi jumlah penderita yang memiliki riwayat merokok.

Meski penyebab pastinya masih diteliti, para ahli menduga paparan polusi udara yang semakin tinggi bisa jadi penyebab utama.

Kanker paru-paru merenggut sekitar 35.000 nyawa di Inggris setiap tahun sekitar empat orang per jam menjadikannya penyebab kematian akibat kanker paling tinggi di negara tersebut.

Gejala kanker paru-paru yang umum antara lain batuk yang tak kunjung sembuh selama lebih dari tiga minggu, infeksi dada berulang, batuk berdarah, nyeri saat bernapas, sesak napas yang terus-menerus, kelelahan, serta penurunan berat badan tanpa sebab. Gejala lain yang lebih jarang meliputi perubahan bentuk jari, sulit atau sakit saat menelan, suara mengi, perubahan suara, serta pembengkakan di wajah atau leher.

Siapa pun yang mengalami gejala-gejala ini sangat dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. (Daily Mail/Z-2)

Read Entire Article
Global Food