Pasar Smartphone Ultra Tipis Terancam Gagal Total

10 hours ago 1

Selular.id – Tren smartphone ultra tipis yang sempat digadang-gadang sebagai masa depan industri kini menghadapi ancaman serius. iPhone Air dan Samsung Galaxy S25 Edge, dua flagship ultra tipis yang diluncurkan tahun ini, sama-sama mencatatkan penjualan yang mengecewakan.

Kegagalan ini memicu reaksi berantai di kalangan produsen smartphone lainnya, dengan beberapa perusahaan bahkan menghentikan proyek pengembangan ponsel ultra tipis mereka.

Berdasarkan laporan terbaru, sebuah perusahaan smartphone asal China telah menangguhkan rencana peluncuran ponsel ultra tipis mereka yang sedianya akan dirilis tahun depan. Keputusan ini diambil setelah melihat performa penjualan iPhone Air yang jauh dari ekspektasi. Padahal, sebelumnya banyak produsen China yang dengan cepat mengikuti tren ini, seperti Tecno yang meluncurkan Tecno Slim sebagai ponsel paling tipis di dunia dengan layar melengkung.

Dinamika pasar smartphone ultra tipis ini menunjukkan betapa cepatnya industri berubah. Hanya dalam hitungan bulan sejak peluncuran, antusiasme terhadap ponsel ultra tipis langsung meredup. Padahal, sebelumnya banyak yang memprediksi tren ini akan menjadi arus utama, mengikuti jejak kesuksesan berbagai inovasi desain sebelumnya di industri smartphone.

Samsung Galaxy S25 Edge front and back

Samsung tampaknya sudah lebih dulu mengambil langkah strategis. Meski terdapat berbagai laporan yang bertentangan, sebagian besar pengamat industri yakin bahwa Galaxy S26 Edge telah dibatalkan. Keputusan ini diambil setelah generasi pertama produk tersebut tidak menunjukkan performa yang memuaskan di departemen penjualan. Jika Samsung benar-benar menghentikan lini ini, banyak produsen ponsel lain kemungkinan akan mengikuti.

Beberapa produsen China sebenarnya berusaha mengatasi kelemahan smartphone ultra tipis dengan teknologi baterai silikon yang menjanjikan daya tahan baterai lebih baik. Namun, tanpa dukungan dari pemain besar seperti Samsung dan kemungkinan Apple, masa depan ponsel ultra tipis memang terlihat suram. Banyak pembatalan proyek serupa diperkirakan akan menyusul jika kondisi tidak membaik untuk iPhone Air.

Pertanyaan besar kini tertuju pada Apple. Apakah perusahaan asal Cupertino ini akan mengikuti jejak Samsung dan menghentikan lini iPhone Air? Berbeda dengan Samsung, Apple memiliki track record yang berbeda dalam menghadapi produk yang kurang sukses. Perusahaan tersebut pernah mempertahankan iPhone mini dan iPhone Plus selama beberapa tahun sebelum akhirnya memutuskan bahwa kedua varian tersebut tidak layak dilanjutkan.

iPhone Air, meskipun menghadapi tantangan dengan baterai silikon, kemungkinan besar akan tetap dipertahankan setidaknya untuk beberapa generasi mendatang. Apple telah menginvestasikan terlalu banyak upaya untuk menjadikannya sebagai iPhone andalan, sehingga kecil kemungkinan perusahaan akan menyerah dalam waktu kurang dari setahun. Seperti yang terjadi dengan Apple Vision Pro, industri seringkali bergantung pada Apple untuk membuat langkah pertama.

Fenomena ini mengingatkan pada dinamika industri smartphone beberapa tahun lalu, dimana berbagai tren datang dan pergi dengan cepat. Keputusan produsen China untuk menghentikan proyek ponsel ultra tipis mereka menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap performa produk-produk flagship dari Apple dan Samsung. Dua raksasa ini masih menjadi penentu arah industri, meskipun banyak pemain baru yang muncul dengan inovasi-inovasi menarik.

Perkembangan terbaru ini juga berdampak pada strategi produk berbagai merek. Banyak perusahaan yang kini harus memikirkan ulang roadmap produk mereka untuk tahun-tahun mendatang. Beberapa mungkin beralih ke segmen lain yang lebih menjanjikan, sementara yang lain mungkin fokus pada penguatan fitur-fitur existing daripada mengejar tren desain baru.

Meskipun tren smartphone ultra tipis sedang mengalami tantangan, bukan berarti inovasi desain akan berhenti total. Industri terus bergerak, dan mungkin dalam waktu dekat kita akan melihat bentuk inovasi desain lainnya yang lebih diterima pasar. Beberapa analis memprediksi fokus mungkin beralih ke perangkat yang dapat dilipat atau bentuk faktor lainnya yang menawarkan nilai lebih bagi konsumen.

Bagi konsumen, perkembangan ini menunjukkan bahwa tidak semua tren teknologi bertahan lama. Seperti yang terjadi dengan berbagai inovasi sebelumnya di industri smartphone, hanya yang benar-benar memberikan nilai tambah yang akan bertahan dalam jangka panjang. Smartphone ultra tipis mungkin menarik dari segi estetika, namun ternyata tidak cukup untuk memenangkan hati konsumen dalam jumlah besar.

Ke depan, nasib smartphone ultra tipis sangat bergantung pada keputusan Apple. Jika Apple memutuskan untuk menghentikan iPhone Air, maka dapat dipastikan tren ini akan berakhir. Namun jika Apple bertahan dan berhasil mengatasi berbagai tantangan teknis, terutama terkait daya tahan baterai, mungkin masih ada harapan untuk kategori produk ini.

Sementara itu, berbagai merek lain kemungkinan akan mengambil posisi wait and see. Mereka akan mengamati perkembangan pasar dan keputusan Apple sebelum mengambil langkah lebih lanjut. Dalam beberapa bulan ke depan, kita mungkin akan melihat lebih banyak pengumuman mengenai penyesuaian strategi produk dari berbagai produsen smartphone.

Perkembangan terbaru di industri smartphone ini juga berkaitan dengan persiapan iPhone lipat pertama Apple yang sedang dalam persiapan. Pergeseran fokus ini mungkin menjadi indikasi bahwa Apple sedang mengalihkan sumber daya ke produk-produk yang dianggap lebih promising di masa depan.

Selain itu, persiapan untuk iPhone 18 dengan upgrade RAM 50% menunjukkan bahwa Apple lebih fokus pada peningkatan performa dan kemampuan AI daripada mengejar desain ultra tipis. Ini sejalan dengan berbagai pertimbangan praktis yang membuat konsumen memilih smartphone berdasarkan keseimbangan antara desain dan fungsionalitas.

Industri smartphone sekali lagi membuktikan bahwa tren datang dan pergi, namun yang bertahan adalah produk yang benar-benar memenuhi kebutuhan pengguna. Smartphone ultra tipis mungkin memiliki daya tarik visual yang kuat, namun tanpa dukungan performa dan fungsionalitas yang memadai, sulit untuk bertahan dalam persaingan pasar yang ketat.

Read Entire Article
Global Food