objek antarbintang 3I/ATLAS(Doc 3I/ATLAS inset image Chris Schur)
SEBUAH pengumuman resmi dari Minor Planet Center menyebutkan bahwa objek antarbintang 3I/ATLAS kini menjadi target utama dalam kampanye baru yang digagas oleh kelompok yang mendapat dukungan resmi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kampanye tersebut dipimpin oleh International Asteroid Warning Network (IAWN) jaringan kerja sama global yang berfokus pada pertahanan planet dengan mendeteksi, memantau, dan mengkaji objek luar angkasa yang berpotensi berbahaya bagi Bumi.
Dalam pernyataannya, IAWN menjelaskan tantangan besar dalam pengamatan komet. “Komet menghadirkan tantangan tersendiri untuk mendapatkan pengukuran posisi dan prediksi orbit yang akurat. Tubuh komet memiliki bentuk yang melebar dengan fitur-fitur seperti koma dan ekor, yang dapat menggeser titik pusat kecerahannya dari puncak cahaya utama, sehingga menyulitkan perkiraan lintasannya,” tulis mereka.
IAWN mengumumkan bahwa kampanye pengamatan komet akan berlangsung mulai 27 November 2025 hingga 27 Januari 2026. “Kampanye ini akan menargetkan komet 3I/ATLAS (C/2025 N1) untuk melatih kemampuan komunitas pengamat dalam memperoleh data astrometri yang akurat. Sebagai persiapan, kami akan mengadakan lokakarya tentang teknik pengukuran astrometri komet yang benar. Pendaftaran untuk lokakarya dibuka hingga 7 November, dan hanya peserta yang hadir dalam lokakarya yang dapat ikut serta dalam kampanye,” tulis IAWN lebih lanjut.
Menariknya, pengumuman ini muncul tak lama setelah fisikawan Harvard Avi Loeb, bersama Omer Eldadi dan Gershon Tenenbaum, menyerahkan sebuah White Paper kepada PBB pada 30 September 2025.
Dokumen tersebut menyerukan pentingnya koordinasi riset ilmiah global untuk memastikan pemantauan terbaik terhadap objek antarbintang seperti 3I/ATLAS, yang berpotensi membawa teknologi luar Bumi.
Loeb menegaskan, “Peristiwa ‘angsa hitam’ dengan kemungkinan kecil sekalipun harus dipertimbangkan secara serius jika dampaknya terhadap masa depan umat manusia bisa sangat besar.”
Hingga saat ini, 3I/ATLAS telah menunjukkan delapan karakteristik luar biasa yang membuatnya mendapatkan skor 4 dari 10 dalam Skala Loeb, yaitu ukuran tingkat kemungkinan bahwa sebuah objek memiliki asal-usul teknologi.
Beberapa di antaranya adalah lintasannya yang sejajar dengan bidang ekliptika planet, kandungan gas yang tidak biasa, hingga arah kedatangannya yang hampir bertepatan dengan sumber sinyal radio “Wow! Signal”.
“Jika semua probabilitas kecil ini dikalikan, hasil akhirnya menunjukkan kemungkinan kumulatif yang lebih rendah dari satu banding sepuluh kuadriliun (10¹⁶). Karena itu, masuk akal untuk menggunakan semua aset pengamatan yang tersedia di Bumi dan luar angkasa demi mengungkap sifat asli 3I/ATLAS, sebagaimana direncanakan oleh IAWN,” tulis Loeb.
Namun, Loeb mengungkapkan bahwa belum ada wahana antariksa yang dapat secara langsung meneliti objek ini. “Sayangnya, kita belum memiliki pesawat luar angkasa yang dapat mencegat 3I/ATLAS dan mempelajarinya dari dekat. Hal ini memerlukan perencanaan lebih awal dan deteksi dini agar ada cukup waktu bagi pesawat untuk memotong lintasannya,” ujarnya.
Dalam penelitiannya bersama Adam Hibberd dan Adam Crowl, Loeb menghitung bahwa pesawat antariksa Juno milik NASA sebenarnya berpotensi mencegat 3I/ATLAS jika masih memiliki bahan bakar awalnya.
“Kami menghitung bahwa jika pesawat Juno di dekat Jupiter masih memiliki pasokan bahan bakar awalnya, maka ia bisa mencegat 3I/ATLAS saat jarak terdekatnya dengan Jupiter pada 16 Maret 2026,” tulisnya.
Lebih lanjut, Loeb menyebut bahwa tanda paling jelas dari kemungkinan asal-usul teknologi pada 3I/ATLAS akan tampak jika terjadi aktivitas tertentu pada akhir Oktober ini. “Tanda teknologi paling jelas dari 3I/ATLAS adalah jika terjadi manuver atau pelepasan mini-probe saat perihelion pada 29 Oktober 2025,” tulisnya.
Ia menambahkan bahwa jika objek ini benar-benar merupakan pesawat induk atau mothership, maka kemungkinan besar 3I/ATLAS akan terus melanjutkan lintasannya keluar dari Tata Surya sambil melepaskan mini-probe yang mungkin memanfaatkan gaya gravitasi Matahari untuk bermanuver menuju planet, termasuk Bumi.
Karena itu, Loeb menugaskan tim Galileo Project Observatories untuk memantau aktivitas luar angkasa yang tidak biasa di sekitar Bumi dalam beberapa bulan ke depan.
Loeb menutup pernyataannya dengan kalimat yang bernada optimistis, “3I/ATLAS akan mencapai jarak terdekat dengan Bumi pada 19 Desember 2025. Semoga pada saat Natal nanti, kita sudah mengetahui lebih banyak tentang pasangan kencan antarbintang kita yang misterius ini.”
Kini, seluruh komunitas astronomi dunia menantikan momen tersebut berharap bahwa pengamatan mendalam terhadap 3I/ATLAS dapat membuka tabir baru tentang potensi keberadaan teknologi atau bahkan kehidupan di luar Tata Surya.
Sumber: medium.com

5 hours ago
3
















































