Selular.ID – 5G berkembang pesat di Asia Tenggara, dengan beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand memimpin peluncurannya, sementara negara lain seperti Indonesia dan Filipina masih dalam tahap awal.
Meskipun pasar maju seperti Singapura telah berfokus pada kasus penggunaan perusahaan setelah mencapai cakupan yang luas, pasar berkembang menghadapi tantangan seperti keterbatasan spektrum dan masalah biaya.
Langganan 5G regional diperkirakan akan mencapai sekitar 620 juta pada 2028, menunjukkan ekspansi yang signifikan di luar pusat perkotaan.
Di Asia Tenggara, Singapura dan Malaysia memimpin dalam penetrasi 5G. Singapura telah mencapai cakupan 5G SA (Standalone) nasional dan tingkat adopsi yang tinggi, sementara Malaysia juga memiliki penggunaan 5G yang signifikan.
Negara-negara lain seperti Thailand dan Filipina juga menunjukkan kemajuan yang substansial. Di sisi lain, Indonesia masih tercecer, meski 5G sudah diluncurkan oleh tiga operator (Telkomsel, Indosat, XLSmart).
Rendahnya penetrasi 5G di Indonesia, diakui langsung oleh Wakil Menkomdigi Nezar Patria.
Nezar menyinggung adopsi 5G di Indonesia tertinggal jauh dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia.
Nezar mencontohkan, Malaysia telah mencapai sekitar 80% cakupan 5G, sementara Indonesia baru menyentuh kurang dari 10% sejak pertama kali diperkenalkan pertengahan 2021.
Kondisi ini, kata dia, menunjukkan masih banyak pekerjaan rumah dalam memperluas infrastruktur jaringan berkecepatan tinggi di Tanah Air.
Baca Juga: Pengamat Sebut Tantangan Spektrum Hambat Pengembangan 5G Indonesia
“Pemerintah menargetkan setidaknya 30% wilayah Indonesia sudah terjangkau jaringan 5G pada 2030. Ini tentu saja membutuhkan kolaborasi yang cukup kuat dari semua stakeholder di industri tersebut,” ujar Nezar di kantor Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), Jakarta, Senin (27/10).
Di sela-sela peluncuran buku putih “Empowering Indonesia Report 2025” bekerja sama dengan Twimbit untuk mendorong pengembangan kecerdasan buatan (AI) berdaulat di Indonesia.
Secara keseluruhan, adopsi 5G semakin cepat di seluruh kawasan, dengan jumlah total langganan 5G di Asia Tenggara diperkirakan mencapai sekitar 620 juta pada akhir tahun 2028, yang mencakup hampir separuh dari seluruh langganan seluler.
Namun, terdapat disparitas yang signifikan antarnegara dalam hal kesiapan jaringan, cakupan, dan penerimaan pelanggan.
Berikut rincian status 5G di negara-negara utama Asia Tenggara, dengan Singapura dan Malaysia berada di peringkat teratas.
Singapura
Penetrasi diproyeksikan sebesar 34% pada akhir 2025, namun telah mencapai lebih dari 95% cakupan populasi SA 5G nasional.
Ketiga penyedia layanan telah meluncurkan jaringan SA 5G, dengan fokus pada kasus penggunaan konsumen dan perusahaan.
Penetrasi yang tinggi ini didukung oleh jangkauan 5G yang hampir merata di negara ini, dengan operator yang berfokus pada perluasan dan peningkatan jaringan mereka, termasuk penerapan teknologi 5G SA.
Malaysia
Pada 2025, penetrasi 5G Malaysia diproyeksikan melampaui angka 50% dalam langganan, dengan cakupan lebih dari 80% di wilayah berpenduduk telah tercapai pada pertengahan 2025.
Pemerintah sedang mempercepat peluncurannya melalui jaringan grosir tunggal dan jaringan kedua yang baru, dengan tujuan konektivitas yang luas dan pada akhirnya mencapai langganan 5G yang melampaui 4G pada akhir 2025.
Lebih dari 50% populasi menggunakan 5G pada awal 2025 Ekspansi cepat dibantu oleh pendekatan jaringan grosir tunggal (SWN), peningkatan ketersediaan perangkat 5G yang terjangkau, dan meningkatnya permintaan konsumen.
Baca Juga: Tertinggal dari Malaysia, Komdigi Targetkan Penetrasi 5G 32% pada 2030
Thailand
Pada akhir 2025, penetrasi 5G Thailand diperkirakan mencapai sekitar 33%, menurut studi Bangkok Post 2019.
Data terbaru dari Opensignal menunjukkan bahwa salah satu operator besar telah mencapai 93% cakupan 5G nasional pada awal 2025, dengan rencana mencapai 98% pada akhir 2026.
Laporan lain menyatakan bahwa cakupan jaringan 5G telah melampaui 89% populasi, menjadikan negara ini indeks konektivitas 5G tertinggi kedua di ASEAN.
Padahal tingkat penetrasi baru mencapai 23% pada Q2 2024. Thailand merupakan salah satu yang pertama di kawasan ini yang meluncurkan 5G dan telah melihat adopsi awal yang kuat, dengan cakupan yang menjangkau lebih dari 80% populasi.
Filipina
Filipina sejatinya merupakan pioneer. Tahap awal evolusi 5G merupakan yang pertama di kawasan ini yang meluncurkan 5G FWA (Akses Nirkabel Tetap) pada 2019. Penyedia utama secara aktif meluncurkan jaringan, tetapi penetrasi secara keseluruhan masih berkembang.
Meskipun persentase penetrasi 5G secara keseluruhan untuk Filipina pada 2025 belum tersedia, persentase tersebut berkembang pesat berkat perluasan jaringan.
Pada awal 2025, Globe telah memiliki lebih dari 9,5 juta perangkat di jaringan 5G-nya, dan Smart serta DITO juga terus memperluas jangkauan mereka melalui lokasi selular dan teknologi baru seperti FWA 5G.
Indonesia
Penetrasi diproyeksikan baru mencapai 5% pada akhir 2025. Peluncuran ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk masalah ketersediaan spektrum, dan 5G sebagian besar masih terbatas di wilayah perkotaan besar.
Meski penetrasi 5G di Indonesia saat ini masih terbilang rendah, namun perkiraan basis pengguna bisa melebihi 100 juta pada akhir 2025.
Operator sedang memperluas jaringan 5G mereka, didukung oleh inisiatif pemerintah seperti lelang pita frekuensi 2,6 GHz yang akan datang untuk mempercepat peluncuran.
Selain kendala spektrum, tantangan seperti keterbatasan infrastruktur dan biaya perangkat bagi banyak konsumen masih memperlambat adopsi.
Di sisi lain, tingginya regulatory cost atau biaya regulasi juga menjadi beban bagi operator selular. Investasi 5G yang terbilang mahal belum tentu sebanding dengan pendapatan yang diraih operator.
Kondisi itu menyebabkan penetrasi 5G terbilang lambat. Operator masih fokus pada layanan 4G yang menjadi tulang punggung layanan berbasis mobile broadband.
Vietnam
Seperti halnya Indonesia, penetrasi 5G di Vietnam saat ini masih terbilang rendah. Meski demikian, pemerintah Vietnam mengusung target tinggi, yaitu perluasan yang pesat pada akhir 2025.
Pemerintah telah menetapkan target ambisius yaitu cakupan populasi sebesar 90% pada akhir tahun ini, dengan kecepatan rata-rata minimum 100 Mbps.
Sejak layanan komersial diluncurkan Oktober 2024, operator kini menawarkan beragam layanan, dengan fokus pada infrastruktur bersama untuk menyederhanakan investasi dan mencapai cakupan 4G/5G nasional.
Baca Juga: Penetrasi 5G di Indonesia Baru 4%, Komdigi Katakan Ini

14 hours ago
5






























