Lestari Moerdijat: Tantangan Dampak Gejolak Ekonomi Global Harus Disikapi dengan Hati-Hati

7 hours ago 3
 Tantangan Dampak Gejolak Ekonomi Global Harus Disikapi dengan Hati-Hati Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat.(Dok. MI/Susanto)

WAKIL Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan butuh kehati-hatian dalam menentukan langkah yang tepat untuk menghadapi tantangan dampak gejolak ekonomi global.

"Tantangan dampak ekonomi global saat ini bukan merupakan hal yang mudah. Butuh kehati-hatian dalam menyikapi dinamika ekonomi yang terjadi, agar upaya memajukan kesejahteraan umum yang diamanatkan konstitusi bisa tetap direalisasikan," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam sambutan tertulis pada diskusi daring bertema BRICS dan Tarif Trump: Tantangan Baru Bagi Ekonomi Indonesia yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (16/7).

Menurut Lestari, bergabungnya Indonesia dengan organisasi negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) pada tahun lalu, merupakan langkah strategis yang harus mampu membuka sejumlah peluang yang bisa mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Rerie, sapaan akrab Lestari, berpendapat, penting untuk mewujudkan persatuan setiap anak bangsa dalam menyikapi tantangan dampak dinamika ekonomi global yang terjadi saat ini.

Berbagai potensi ekonomi lokal, tambah Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, juga harus dimanfaatkan sebagai bagian dari solusi menghadapi tantangan.

Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap, dampak gejolak ekonomi global dapat dihadapi dan dijawab dengan kekuatan bersama setiap anak bangsa dalam membangun ekosistem bisnis yang lebih baik.

BRICS untuk Atasi Hambatan Perdagangan

Analis Perdagangan Ahli Madya, Direktorat Pengamanan Perdagangan, Kementerian Perdagangan RI, Freddy Josep Pelawi mengungkapkan, bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS diharapkan mampu mengatasi sejumlah hambatan perdagangan dengan sejumlah negara anggota BRICS.

Karena, menurut Josep, saat ini Indonesia masih menghadapi kendala perdagangan dengan Brasil dalam bentuk pemberlakuan anti-dumping pada produk baja, dan produk Indonesia dikenakan bea masuk imbalan.

Sementara itu, tambah dia, produk-produk Indonesia masih menghadapi masalah standar kualitas produk untuk masuk ke pasar Rusia.

Menurut Josep, berdasarkan sejumlah sanksi  perdagangan yang dijatuhkan terhadap Iran oleh sejumlah negara, potensi peningkatan perdagangan Indonesia dengan Iran sangat terbuka.

Josep berpendapat, Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan sikap dan kebijakan untuk melakukan perdagangan terhadap sejumlah negara.

Program prioritas pemerintah saat ini, jelas Josep, melindungi pasar domestik dan berupaya memperluas ekspor ke wilayah yang baru, untuk meningkatkan volume perdagangan.

Tingkatkan Nilai Tawar

Guru Besar FEB Universitas Indonesia, Telisa Aulia Falianty berpendapat, keanggotaan Indonesia di BRICS mampu meningkatkan nilai tawar terhadap hegemoni negara-negara G7.

"Presiden Trump tidak suka dengan anggota BRICS karena akan mengganggu hegemoni AS terhadap sejumlah negara," ujar Telisa.

Menurut Telisa, Indonesia tidak bisa beralih sepenuhnya dari Amerika Serikat, karena masih tergantung dengan dolar AS.

Dalam bernegosiasi, tegas Telisa, sejatinya tidak hanya digali dari sisi perdagangan. Menurut dia, harus dipertimbangkan juga sektor investasi, tenaga kerja, dan arus uang, secara menyeluruh.

Telisa menyayangkan, negosiasi Indonesia dengan AS hanya mempertimbangkan sisi perdagangan saja. Padahal, tegas Telisa, AS saat ini untung besar di sektor teknologi dan jasa dalam melakukan perdagangan dengan Indonesia.

Menurut Telisa, pemberian 0 tarif untuk sejumlah produk AS oleh Indonesia, berpotensi diminta juga oleh negara lain. Sehingga, ujar dia, dampak tidak langsung kesepakatan tarif Indonesia-AS harus segera diantisipasi.

"Jangan panik dalam bernegosiasi, jangan sampai hasilnya malah mengorbankan kedaulatan bangsa," ujarnya. (H-3)

Read Entire Article
Global Food