
BERDASARKAN rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta pada Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 2,00% (mtm), setelah bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar -0,29% (mtm).
Inflasi Maret 2025 tersebut terutama bersumber dari kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya.
Sementara itu, deflasi terjadi pada kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya. Dengan perkembangan tersebut, Inflasi Jakarta pada Maret 2025 secara tahunan tetap terjaga yaitu sebesar 1,02% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan Nasional (1,03%; yoy).
Inflasi juga terjadi pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar 8,22% (mtm), setelah pada bulan lalu deflasi sebesar -1,39% (mtm).
"Inflasi pada kelompok ini utamanya disebabkan oleh normalisasi tarif listrik pascaberakhirnya kebijakan diskon tarif listrik khususnya untuk kategori pelanggan prabayar. Meskipun demikian, inflasi lebih lanjut pada kelompok ini tertahan oleh penurunan harga bahan bakar rumah tangga," ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Arlyana Abubakar dalam keterangan resminya, Selasa (8/4).
Inflasi pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 1,70% (mtm) turut mendorong inflasi Jakarta pada Maret 2025, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,65% (mtm).
Inflasi pada kelompok ini utamanya disebabkan oleh peningkatan harga bawang merah, daging ayam ras, dan cabai merah seiring tingginya permintaan selama periode Ramadan-Idulfitri 2025 dan adanya gangguan produksi bawang merah serta terhambatnya aktivitas petik cabai akibat cuaca buruk di daerah sentra. Namun demikian, terdapat komoditas pada kelompok ini yang mengalami deflasi, yakni alpukat.
Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya juga turut mendorong inflasi Jakarta pada Maret 2025. Inflasi pada Kelompok ini sebesar 0,87% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu (0,83%; mtm).
Arlyana menjelaskan, tekanan inflasi pada kelompok ini masih didorong oleh peningkatan harga emas perhiasan yang sejalan dengan tren peningkatan harga emas global imbas dari masih tingginya ketidakpastian global yang mendorong semakin tingginya permintaan terhadap emas sebagai safe haven.
Inflasi Jakarta yang tetap terjaga selama periode HBKN tidak terlepas dari hasil sinergi, kolaborasi, serta koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta. Selama Maret 2025, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi, antara lain penyelenggaraan program Pasar Murah dan Program Pangan Bersubsidi, fasilitasi distribusi pangan dalam rangka mendukung kegiatan Pasar Murah oleh BUMD pangan selama HBKN di berbagai wilayah, termasuk Kepulauan Seribu, rapat High Level Meeting TPID DKI Jakarta yang dipimpin oleh Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dalam rangka persiapan HBKN; serta penayangan iklan layanan masyarakat hasil kolaborasi antara Wakil Gubernur DKI Jakarta dan Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta dengan tema 'Bijak Belanja, Berkah Ramadan Terjaga'.
Ke depan, Pemerintah Daerah bersama Bank Indonesia serta seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID DKI Jakarta terus berkomitmen untuk mewujudkan pengendalian inflasi Jakarta yang lebih terintergasi, masif, dan berdampak luas. Implementasi strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) diharapkan dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga inflasi Jakarta stabil dalam rentang sasaran 2,5±1% di tahun 2025. (E-4)