
HAMAS menyambut baik komentar yang disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump bahwa warga Palestina tidak akan diusir dari Jalur Gaza.
Pernyataan Trump dan tanggapan Hamas dapat mengurangi sebagian ketegangan di saat perpanjangan gencatan senjata sedang dibahas antara Hamas dan Israel untuk membebaskan sandera Israel dengan imbalan tahanan Palestina.
Trump sebelumnya mengajukan usulan agar AS mengambil alih Gaza dengan penduduk Palestina dipindahkan terutama ke Mesir dan Yordania. Kemudian wilayah tersebut diubah menjadi ruang modern dan mewah sebagai Riviera Timur Tengah.
Kelompok Palestina dan organisasi internasional telah mengecam usulan tersebut sebagai pemindahan paksa dan pembersihan etnis. Para pemimpin Arab, termasuk Mesir dan Yordania, menolak usulan Trump.
"Tidak ada yang mengusir warga Palestina," kata Trump pada Rabu (12/3) dalam menanggapi pertanyaan wartawan tentang Gaza, setelah bertemu dengan Perdana Menteri Irlandia Micheál Martin di Gedung Putih.
Seorang juru bicara Hamas menyambut baik komentar tersebut.
"Jika pernyataan Presiden Trump merupakan kemunduran dari gagasan untuk mengusir penduduk Gaza, ini pernyataan yang disambut baik. Kami menyerukan agar posisi ini diikuti dengan memaksa pendudukan untuk melaksanakan seluruh perjanjian gencatan senjata," kata Hazem Qassem kepada Al-Jazeera pada Kamis (13/3).
AS, bersama dengan Mesir dan Qatar, memainkan peran kunci dalam memediasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Perjanjian gencatan senjata dicapai pada Januari dan mencakup beberapa tahap implementasi.
Tahap pertama, sandera Israel dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina, berakhir pada Maret. Ketegangan antara Israel dan Hamas meningkat kembali dalam beberapa minggu terakhir, sehingga memperkuat risiko kembalinya perang di Gaza yang telah hancur sejak Hamas melancarkan serangannya pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, "Israel telah dikepung seperti yang Anda lihat. Mereka harus melawan, 7 Oktober adalah hal yang mengerikan. Orang-orang tidak suka menyebutkannya, tetapi itu hari yang sangat, sangat mengerikan dalam kehidupan dunia. Saya belum pernah melihat yang seperti itu. Kami bekerja keras dengan Israel untuk melihat apakah kami dapat menyelesaikan masalah. Saya melihat para sandera dan mereka diperlakukan dengan buruk."
Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan, "Republik Arab Mesir menyampaikan penghargaannya atas pernyataan yang dibuat oleh Presiden AS Donald Trump mengenai keputusan untuk tidak meminta penduduk Gaza untuk pergi. Hal ini menegaskan bahwa posisi ini mencerminkan pemahaman tentang pentingnya menghindari situasi kemanusiaan yang lebih buruk di Jalur Gaza serta perlu bekerja untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan untuk masalah Palestina."
Setelah putaran negosiasi baru-baru ini di Qatar, pertanyaan utamanya sekarang yaitu Israel dan Hamas akan mencapai kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata atau tidak. (Newsweek/I-2)