
PADA situasi normal, tidak semua orang dapat pergi ke rumah sakit, terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan terpencil dan jauh dari pusat kesehatan. Apalagi pada kondisi abnormal saat bencana melanda. Makanya, dibutuhkan upaya berlipat ganda untuk menyuguhkan layanan medis yang prima.
Inilah yang dihadapi tim kemanusiaan Rumah Sehat Baznas (RSB) Republik Indonesia. Mereka rela menempuh perjalanan jauh yang amat melelahkan, demi memberikan pertolongan untuk para penyintas gempa yang meluluhlantakkan Myanmar pada Jumat (28/3/2025).
Kamis, 3 April 2025, dokter dan perawat dari Badan Amil Zakat Nasional bergabung dengan Satgas Kemanusiaan Pemerintah RI untuk Gempa Myanmar. Mereka dilepas oleh Menko PMK, Pratikno; Menteri Luar Negeri, Sugiono; Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf Kalla; dan Ketua BAZNAS RI, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA, serta sejumlah menteri Kabinet Merah Putih dan pejabat negara lain, di Lanud Halim Perdanakusuma.
Tim medis yang diturunkan berasal dari RSB Jakarta, RSB Makassar, dan RSB Batam, yang memiliki pengalaman respons layanan kesehatan di wilayah bencana. Sebelum berangkat, dengan spirit humanisme universal, tim ini memetakan solusi untuk mengatasi berbagai kendala yang akan dihadapi, seperti masalah akses yang sulit akibat kondisi yang tidak menentu pascabencana.
Mereka membawa perlengkapan medis dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk menangani korban luka-luka serta memberikan bantuan psikologis kepada mereka yang terguncang sebagai dampak musibah. "Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh tim medis adalah bukan hanya luka fisik, tetapi juga trauma psikologis yang biasa dialami oleh para penyintas," ujar Kepala RSB Jakarta, dr. Faza.
Sebagai contoh, tutur dia, saat menemukan anak-anak yang terluka, tim medis tidak hanya memberikan pertolongan pertama, tetapi juga berbicara dengan mereka, mencoba menenangkan dan meredakan ketakutan serta memberikan kenyamanan dalam masa yang penuh kekacauan tersebut. "Para dokter dan perawat yang terlibat dalam misi ini harus berempati pada mereka, ikut merasakan kepedihan yang mendalam," kata dia.
Termasuk merespons momen yang paling menyentuh ketika ada orangtua yang kehilangan anak mereka. "Dalam situasi tersebut, tim medis akan ikut merasakan betapa dalam kesedihan sang ayah atau ibu tersebut, dan bersama-sama mereka menghadapinya dengan penuh empati." Tim medis, tutur dr. Faza, tidak hanya memberikan pertolongan fisik, tetapi juga merangkul para korban dengan kelembutan hati yang menyentuh.
Pemulihan berkelanjutan
Selain memberikan bantuan medis dan psikologis, dr. Faza menjelaskan, Rumah Sehat BAZNAS juga akan bekerja sama dengan tim lain di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan tim medis setempat untuk memastikan proses pemulihan yang lebih berkelanjutan. "Tim medis mengawasi perawatan yang sustainable untuk korban yang membutuhkan rawat inap serta memberikan konseling bagi mereka yang masih dilanda trauma akibat bencana."
Melalui berbagai upaya ini, Rumah Sehat BAZNAS berharap dapat meringankan beban yang dihadapi oleh masyarakat Myanmar pascagempa. "Dengan kerja keras tim medis dan dukungan dari banyak pihak, kami ikut berusaha mengembalikan harapan dan memberikan kekuatan kepada para penyintas musibah untuk bangkit dari tragedi kemanusiaan ini," ucap dr. Faza.
Misi humanis ini, imbuh dia, tidak hanya tentang memberikan pertolongan medis, tetapi juga menghadirkan harapan di tengah kesulitan. "Para tenaga medis Rumah Sehat BAZNAS tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memberikan ketenangan dan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan oleh mereka yang mengalami penderitaan luar biasa," ujar dia.
Sebagai bagian dari Satgas Kemanusiaan Pemerintah RI, Rumah Sehat BAZNAS terus berkomitmen memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan di mana pun dan kapan pun bencana terjadi. "Tim medis ini menjadi bukti bahwa dalam setiap peristiwa sulit, ada harapan, ada kasih sayang, dan ada semangat untuk saling menolong," kata dr. Faza.
Gempa yang mengguncang Myanmar, lanjut dia, adalah tragedi besar yang menambah daftar panjang bencana alam di dunia. Namun, dalam setiap tragedi, selalu ada kisah kemanusiaan yang membawa harapan. Tim medis Rumah Sehat BAZNAS, tambah dr. Faza, terus berupaya memberikan respons cepat, penuh empati, dan solidaritas sehingga dapat mengurangi penderitaan dan mengembalikan kebahagiaan para penyintas gempa. (RO/I-2)