
EL Salvador tidak akan memulangkan Kilmar Ábrego García, seorang warga negara El Salvador yang secara keliru dideportasi pemerintah Amerika Serikat (AS). Hal itu dikemukakan Presiden Nayib Bukele dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.
Mahkamah Agung AS memutuskan pemerintahan Trump harus “memfasilitasi” pemulangan Ábrego García, yang tinggal di Maryland bersama keluarganya. Ábrego García memperoleh perlindungan dari deportasi oleh pengadilan pada 2019.
Namun, pemerintahan Trump menyatakan tidak bisa memulangkannya. Jaksa Agung Pam Bondi mengatakan hal tersebut "tergantung pada El Salvador apakah mereka ingin mengembalikannya atau tidak."
Trump memuji Bukele atas kemitraan baru yang memungkinkan AS mendeportasi orang-orang yang dituduh sebagai anggota geng ke negara Amerika Tengah tersebut. García, yang menurut pengacaranya bukan anggota geng, termasuk di antara 238 warga Venezuela dan 23 warga El Salvador yang dideportasi pemerintahan Trump ke Pusat Penahanan Terorisme (Cecot) milik El Salvador.
Pada Minggu (13/4), Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan 10 orang lagi yang diduga anggota geng telah dikirim ke sana, meskipun ada tantangan hukum terkait deportasi sebelumnya. AS menganggap mereka sebagai anggota geng MS-13 dan Tren de Aragua, yang diklasifikasikan sebagai “organisasi teroris asing” oleh Trump.
Menanggapi putusan awal Mahkamah Agung AS yang menyatakan pemerintahan harus memfasilitasi pemulangan García ke AS, para pengacara menulis pada Minggu bahwa masalah tersebut adalah urusan kebijakan luar negeri—di luar kewenangan pengadilan.
Trump mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa jika Mahkamah Agung mengatakan “kembalikan seseorang, saya akan melakukannya.”
Pemerintah mengakui bahwa García dideportasi karena “kesalahan administratif,” meskipun mereka mengklaim ia adalah anggota geng MS-13—sesuatu yang dibantah oleh pengacaranya.
Pejabat diminta memberikan pembaruan harian mengenai langkah-langkah yang diambil untuk memulangkan García ke AS.
Hubungan antara Trump dan Bukele semakin erat sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari, setelah Bukele menyetujui untuk menerima deportan dari AS, yang membantu Trump dalam janji kampanyenya untuk melakukan deportasi massal.
Dalam unggahan di platform X, Rubio mengatakan aliansi ini merupakan “contoh bagi keamanan dan kemakmuran di belahan bumi kita.”
Menjelang kunjungan Bukele ke Washington, Trump memuji rekannya tersebut, yang dikenal sebagai pemimpin otoriter yang keras terhadap kejahatan.
Trump mengatakan bahwa Bukele melakukan “pekerjaan luar biasa” dengan memenjarakan beberapa “orang sangat jahat... yang seharusnya tidak pernah diizinkan masuk ke negara kita.”
Tim Trump sejauh ini telah mengirim lebih dari 200 migran ke El Salvador, yang dituduh sebagai anggota geng. Banyak dari mereka dideportasi menggunakan undang-undang yang berasal dari tahun 1798.
Seorang wanita di Venezuela, Myrelis Casique López, baru-baru ini mengatakan kepada BBC Mundo, ia yakin putranya termasuk di antara para tahanan setelah melihat fotonya saat dibawa ke Cecot. Ia menduga putranya menjadi target pihak berwenang AS karena tatonya. (BBC/Z-2)