Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Yosamartha(Dok BI DKI Jakarta)
PEREKONOMIAN DKI Jakarta tumbuh 4,96% secara tahunan (yoy) pada triwulan III 2025, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,18% (yoy), namun tetap menunjukkan kinerja ekonomi yang positif. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah, sementara dari sisi lapangan usaha, dorongan utama datang dari Informasi dan Komunikasi, Perdagangan, serta Jasa Perusahaan.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Yosamartha, menyampaikan bahwa meski laju pertumbuhan sedikit melambat, ekonomi Ibu Kota masih menunjukkan ketahanan di tengah dinamika global.
“Pertumbuhan ekonomi Jakarta tetap solid di tengah ketidakpastian global. Konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah menjadi motor utama dalam menjaga momentum pertumbuhan,” ujar Yosamartha dalam keterangan tertulis, Rabu (5/11).
Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01% (yoy), didorong oleh berbagai stimulus ekonomi pemerintah, seperti diskon transportasi, fasilitas PPN DTP untuk tiket pesawat, serta tambahan bantuan sosial dan subsidi upah. Namun, pertumbuhan konsumsi tertahan oleh normalisasi mobilitas masyarakat pascalibur sekolah dan minimnya hari libur nasional pada periode ini.
Sementara itu, investasi tumbuh 3,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (5,50%; yoy). Menurut Yosamartha, perlambatan ini tak lepas dari ketidakpastian ekonomi global yang membuat pelaku usaha lebih berhati-hati dalam ekspansi.
“Kami melihat investasi masih menunjukkan optimisme meski melambat, seiring berlanjutnya proyek-proyek strategis pemerintah dan swasta yang bersifat jangka panjang,” jelasnya.
Dari sisi fiskal, konsumsi pemerintah melonjak signifikan hingga 20,06% (yoy), terutama karena percepatan realisasi belanja barang, subsidi, dan bantuan sosial pada semester II 2025. Kebijakan tersebut menjadi bagian dari upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi global yang belum stabil.
Ekspor juga tercatat tumbuh 8,57% (yoy) dengan kontribusi utama dari komoditas logam mulia, perhiasan, serta minyak dan lemak nabati, meskipun ekspor kendaraan dan mesin mengalami penurunan. Di sisi lain, impor naik 7,92% (yoy), ditopang oleh impor barang modal, sementara impor konsumsi dan bahan baku mengalami kontraksi.
Secara sektoral, Lapangan Usaha (LU) Informasi dan Komunikasi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 6,72% (yoy) berkat meningkatnya penggunaan layanan internet dan paket data.
“Sektor informasi dan komunikasi terus menunjukkan kinerja yang kuat, mencerminkan transformasi digital yang semakin pesat di Jakarta,” tutur Yosamartha.
Selain itu, LU Perdagangan, Jasa Perusahaan, serta Akomodasi dan Makan Minum juga tumbuh positif, seiring meningkatnya aktivitas wisata, perjalanan ibadah Umroh, dan penyelenggaraan berbagai event dan MICE di Jakarta.
Menutup keterangannya, Yosamartha menegaskan komitmen Bank Indonesia untuk terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menjaga stabilitas ekonomi.
“Ke depan, Bank Indonesia bersama Pemprov DKI Jakarta akan terus memperkuat sinergi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” tegasnya. (E-4)

4 hours ago
1
















































