Bocoran Percakapan Pejabat AS tentang Serangan Udara di Yaman: Apa yang Terungkap?

1 month ago 19
 Apa yang Terungkap? Majalah The Atlantic merilis percakapan pejabat keamanan AS dalam grup Signal, yang mengungkap informasi tentang serangan udara di Yaman.(Media Sosial X)

MAJALAH The Atlantic baru saja mempublikasikan secara penuh diskusi pejabat tinggi keamanan AS mengenai serangan udara di Yaman. Percakapan tersebut terjadi dalam grup obrolan di aplikasi Signal, yang secara tidak sengaja menyertakan Jeffrey Goldberg, Pemimpin Redaksi The Atlantic.

Awalnya, The Atlantic hanya menerbitkan sebagian isi percakapan tersebut. Namun, setelah pejabat senior AS menegaskan tidak ada informasi rahasia yang dibagikan, Goldberg memutuskan untuk merilis hampir seluruh isi obrolan agar publik dapat menilai sendiri.

"Tanggapan mereka membuat kami berpikir masyarakat berhak melihat teks ini secara langsung untuk menarik kesimpulan mereka sendiri," tulis Goldberg.

Namun, isi pesan ini membutuhkan analisis lebih lanjut. Berikut beberapa poin penting yang terungkap dalam percakapan tersebut:

Jadwal Serangan: Informasi Rahasia yang Diperdebatkan

Beberapa pesan dalam obrolan ini mengungkap detail rencana serangan militer AS di Yaman, termasuk jadwal peluncuran pesawat tempur F-18, waktu serangan, dan kemungkinan serangan berbasis "pemicu". Dalam konteks militer, "pemicu" merujuk pada parameter tertentu yang harus terpenuhi sebelum senjata digunakan, seperti titik referensi visual tertentu.

Menurut Glenn Gerstell, mantan penasihat hukum Badan Keamanan Nasional AS (NSA), informasi ini seharusnya diklasifikasikan sebagai rahasia pada saat dibagikan. "Tidak masuk akal jika informasi ini tidak diklasifikasikan pada waktu itu," ujarnya kepada BBC.

Philip Ingram, mantan perwira intelijen militer Inggris, juga menegaskan bahwa informasi semacam ini umumnya termasuk dalam kategori "rahasia tingkat tinggi". Namun, Gedung Putih dan pejabat AS lainnya membantah bahwa pesan-pesan ini dapat dianggap sebagai "rencana perang".

Serangan terhadap "Orang Rudal" di Rumah Pacarnya

Dalam salah satu pesan, Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz melaporkan hasil serangan udara, yang dalam istilah militer disebut Battle Damage Assessment (BDA).

Waltz menyebut bangunan target runtuh dan militer AS sebelumnya telah mengidentifikasi secara positif target utama—seorang anggota Houthi yang bertanggung jawab atas rudal—saat ia memasuki gedung tersebut, yang diyakini sebagai rumah pacarnya.

Pesan tersebut juga mencantumkan ucapan selamat kepada beberapa tokoh penting, termasuk Pete Hegseth, komunitas intelijen (IC), serta Jenderal Michael Kurilla yang memimpin Komando Pusat AS.

Hingga saat ini, tidak ada informasi mengenai bagaimana keberadaan target tersebut diketahui. Beberapa ahli militer memperkirakan pelacakan dilakukan melalui kombinasi pengawasan udara, teknologi pelacakan, serta intelijen manusia di lapangan.

Aktivitas CIA di Yaman

Salah satu pesan sensitif lainnya datang dari Joe Kent, mantan prajurit operasi khusus yang sebelumnya dicalonkan Donald Trump sebagai Direktur Pusat Kontraterorisme Nasional.

Kent menyebut Israel juga melakukan serangan udara terhadap Houthi di Yaman sebagai respons terhadap serangan drone dan rudal yang diluncurkan Houthi ke wilayah Israel sejak pecahnya perang di Gaza.

Lebih lanjut, Direktur CIA John Ratcliffe dalam percakapan tersebut menyatakan AS sedang "memobilisasi aset" untuk mendukung serangan, tetapi penundaan tidak akan berdampak negatif pada operasi CIA di Yaman. Ia menambahkan waktu tambahan dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi yang lebih baik dalam memantau kepemimpinan Houthi.

Pernyataan Ratcliffe ini memicu spekulasi bahwa CIA memiliki jaringan mata-mata atau teknologi pengawasan seperti drone untuk memantau pergerakan Houthi.

Mick Mulroy, mantan pejabat Departemen Pertahanan dan eks-perwira paramiliter CIA, menegaskan bahwa pesan ini tergolong sangat sensitif. "Kita tidak ingin informasi tentang fokus operasi CIA dibagikan begitu saja," ujarnya.
Saat berbicara di hadapan Kongres AS, Ratcliffe membantah ia telah membocorkan informasi rahasia.

Publikasi percakapan ini menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai keamanan informasi dan transparansi dalam pengambilan keputusan militer. Meskipun pemerintah AS berkeras tidak ada informasi rahasia yang dibocorkan, para pakar militer dan intelijen menilai beberapa bagian pesan ini seharusnya tetap dirahasiakan. (BBC/Z-2)

Read Entire Article
Global Food