Kasus dan Kematian Akibat Leptospirosis di Kota Yogyakarta Cukup Tinggi

6 hours ago 2
Kasus dan Kematian Akibat Leptospirosis di Kota Yogyakarta Cukup Tinggi Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah (kiri) dan Kabid Perikanan dan Kehewanan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sri Panggarti (kanan)(MI/Ardi Teristi)

KEPALA Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, menyampaikan, kenaikan kasus Leptospirosis cukup memprihatinkan dan kasus kematian pun cukup tinggi.

"Leptospirosis ini ditularkan dari hewan, terutama tikus, ke manusia melalui luka terbuka,” kata dia, Kamis (11/7).

Hingga Rabu (9/7), pihaknya mencatat 19 kasus leptospirosis dengan 6 di antaranya meninggal dunia. Angka tersebut menunjukkan case fatality rate (CFR) sebesar 31%. Padahal, pada 2024, kasus Leptospirosis tercatat 10 kasus dengan 2 kematian, CFR nya sebesar 20%. Dinas Kesehatan telah melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) pada kasus yang menyebabkan kematian serta melakukan disinfeksi lingkungan bersama Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta.

Banyak kasus terjadi disebabkan lingkungan rumah yang masih ada sampah terbuka serta kondisi rumah kurang layak. Untuk itu, Dinas Kesehatan akan menggandeng Dinas Lingkungan Hidup dan dinas terkait lainnya agar penyakit yang ditularkan oleh tikus ini bisa ditekan.

Lana menambahkan, beberapa upaya konkret yang telah dilakukan pemerintah meliputi sosialisasi bahaya leptospirosis serta pemasangan alat perangkap tikus pada lingkungan yang terdapat penderita Leptospirosis. Peningkatan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat juga telah dilakukan, terutama kepada kelompok berisiko seperti petani, dan pekerja perkebunan, petugas kebersihan, aktivitas lain yang berhubungan dengan genangan air dan rekreasi air.

Guna menindaklanjuti Surat Gubernur DIY Nomor B/400.7.9.3/564/D13 Tahun 2025 terkait Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis dan Hantavirus, Pemerintah Kota Yogyakarta juga telah menerbitkan Surat Edaran Wali Kota Nomor 100.3.4 / 2407 Tahun 2025 Tentang Kewaspadaan Kejadian Leptospirosis dan Hantavirus, sebagai bentuk penguatan kewaspadaan dan pengendalian penyakit tersebut.

Jika mengalami gejala seperti demam lebih dari 38 derajat Celcius dan disertai sakit kepala, nyeri otot, sesak nafas serta tubuh terasa lesu/lemas, masyarakat diimbau segera ke fasilitas kesehatan terdekat. Pemkot Yogyakarta juga mewaspadai Hantavirus. Gejala penyakit ini mirip dengan Leptospirosis, seperti demam dan gangguan pernapasan. Hantavirus ditularkan melalui debu atau kontak dengan kotoran hewan terinfeksi.

"Penggunaan masker dan menjaga kebersihan menjadi langkah pencegahan utama,” tutur Lana.

Kepala Bidang Perikanan dan Kehewanan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sri Panggarti, menambahkan, pengendalian penyebaran leptospirosis harus dilakukan dengan menjaga kesehatan warga dari ancaman penyakit zoonosis. Selain itu, hewan-hewan peliharaan juga harus dijaga kesehatannya. Hewan peliharaan, seperti anjing, sapi, kambing, bahkan domba, harus dijaga kesehatannya.

"Jika menunjukkan gejala demam dan kuning, segera bawa ke dokter hewan,” tukas dia.

Ia juga menekankan, pentingnya menggunakan alat pelindung saat berkegiatan di area basah atau becek, serta mencuci tangan dan kaki dengan sabun setelah beraktivitas. Vaksinasi leptospirosis untuk hewan peliharaan juga dianjurkan sebagai langkah pencegahan.

“Kami berharap seluruh warga meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jika mengalami gejala seperti demam, nyeri otot, atau mata menguning, segera periksa ke fasilitas kesehatan. Penanganan cepat bisa menyelamatkan nyawa,” ucap Sri.(M-2)

Read Entire Article
Global Food