
Selama ini, ilmuwan percaya bahwa hewan dan tumbuhan di seluruh dunia tidak tersebar secara acak. Mereka diyakini mengikuti pola tertentu. Namun, membuktikan pola ini bukan perkara mudah. Karena butuh data dalam jumlah besar yang mencakup wilayah sangat luas. Untuk sebagian besar kelompok hewan dan tumbuhan, datanya masih terbatas. Namun, kondisi berbeda berlaku untuk bintang laut. Dalam penelitian terbaru, para peneliti menganalisis lebih dari 200.000 catatan bintang laut (Asteroidea) untuk memetakan sebaran mereka di lautan.
Dengan data seluas itu, Hugh Carter beserta timnya di Natural History Museum berhasil menyajikan gambaran paling lengkap tentang keragaman bintang laut, baik di permukaan laut maupun di kedalaman samudra.
Pola Keragaman
Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan menarik pada pola keragaman bintang laut, dari ekuator hingga kutub, serta dari perairan dangkal hingga laut dalam. Di perairan dangkal, keragaman spesies bintang laut lebih tinggi di daerah tropis dibandingkan kutub. Sesuai dengan teori umum dalam ekologi. Akan tetapi, semakin dalam ke laut, pola itu justru berbalik. Keragaman spesies di daerah tropis menurun. Sementara di zona beriklim sedang justru meningkat. Temuan ini mengejutkan karena bertolak belakang dengan salah satu konsep paling terkenal dalam ilmu biologi, yaitu gradien keragaman lintang.
Teori ini menyatakan bahwa jumlah spesies biasanya lebih tinggi di sekitar ekuator. Dan berkurang saat mendekati kutub. Contoh sederhananya dengan membandingkan kekayaan spesies di hutan hujan Amazon dengan yang ada di Kutub Utara.
Laut Dalam
Menurut Carter, gradien keragaman biasanya dipengaruhi suhu. Di perairan dangkal, semakin hangat perairannya, semakin tinggi pula keragamannya. Tetapi, laut dalam cenderung memiliki suhu seragam, sekitar 4°C di seluruh dunia. Dengan memanfaatkan data global dari berbagai sumber. Termasuk basis data GBIF, tim peneliti berhasil mencakup sekitar 92% dari seluruh spesies bintang laut yang diketahui.
Dari sinilah terungkap pergeseran keragaman menuju daerah kutub pada kedalaman tertentu. Meski begitu, pola ini tidak berlaku merata untuk semua keluarga bintang laut. Ada keluarga yang hanya hidup di perairan dangkal tropis. Sementara yang lain khusus menghuni laut dalam dengan pola keragaman berbeda. Salah satu dugaan kuat penyebab pergeseran ini adalah ketersediaan nutrisi. Meski tampak sepi kehidupan, perairan kutub sebenarnya sangat produktif.
Ditandai dengan ledakan populasi krill musiman yang bahkan menarik paus untuk bermigrasi ke sana. Nutrisi berlimpah itu kemudian tenggelam ke dasar laut. Mendukung kehidupan hewan-hewan di kedalaman, termasuk bintang laut.
Penemuan ini tak hanya membuka misteri tentang pola keragaman bintang laut, tapi juga memberi gambaran baru mengenai ekosistem laut dalam secara keseluruhan. Jika bintang laut bisa menunjukkan pola unik ini, kemungkinan besar hewan laut dalam lain juga mengalaminya. (phys org/E-3)