Bahu Laweyan, Mitos Jawa yang Jadi Ruh Film Perempuan Pembawa Sial

3 hours ago 1
Bahu Laweyan, Mitos Jawa yang Jadi Ruh Film Perempuan Pembawa Sial Poster film Perempuan Pembawa Sial.(Istimewa)

SEBUAH legenda kelam dari tanah Jawa akan segera hadir di layar lebar yang menggabungkan kisah cinta, kutukan, dan karma menjadi sebuah horor penuh misteri. 

Perempuan Pembawa Sial, film terbaru sutradara Fajar Nugros, yang kembali menggarap horor setelah sukses dengan Inang (2022), mengangkat mitos kuno Bahu Laweyan, sebuah kutukan mematikan yang jarang diangkat dalam perfilman Indonesia. 

Kutukan Bahu Laweyan: Antara Cinta dan Kematian

Dalam cerita rakyat Jawa, Bahu Laweyan adalah tanda lahir sebesar koin di bahu kiri seorang perempuan. Tanda ini bukan sembarang tanda, melainkan sebuah simbol kutukan. 

Perempuan yang memilikinya akan selalu diikuti kesialan, seperti setiap laki-laki yang menikahinya akan mati dengan tragis. Konon, dengan menikah sebanyak tujuh kali akan menghilangkan kutukan itu. Asal-usulnya pun tak kalah kelam.

Pada abad ke-18, Raja Keraton Hadiningrat, Pakubuwono II, murka ketika seorang perempuan perajin batik dari Laweyan menolak permintaannya untuk meminjamkan kuda dan tinggal di wilayah kerajaan. 

Sebagai balas dendam, sang raja mengutuk seluruh perempuan di Laweyan agar setiap suami mereka mati secara mengenaskan. Sutradara Fajar Nugros mengatakan bahwa film ini mengambil inspirasi dari masa kecilnya.

"Segala ketakutan yang ada dalam film ini diambil dari ketakutan-ketakutan masa kecil saya, termasuk keputusan saya mengajak Eyang Didik Nini Thowok untuk berperan dalam film ini,” ujar Fajar, melalui keterangan resmi, Selasa (16/9)

Mirah: Perempuan yang Dihantui Masa Lalu 

Dalam Perempuan Pembawa Sial, penonton akan diajak mengikuti kisah Mirah (diperankan oleh Raihaanun), seorang perempuan yang baru menikah, namun hidupnya berubah menjadi mimpi buruk ketika sang suami mati tragis tak lama setelah mereka menikah. Warga mengusirnya, melabelinya sebagai pembawa sial, dan memusuhinya tanpa ampun. 

Namun, Mirah mulai curiga bahwa semua ini bukan sekadar kebetulan. Ia yakin dirinya menjadi korban Bahu Laweyan, kutukan yang mungkin diturunkan dari masa lalu yang gelap.  

Dalam perjalanannya, Mirah bertemu Bana (Morgan Oey), pemilik warung makan sederhana yang menerima dirinya tanpa rasa takut. Perlahan, cinta mulai tumbuh di antara keduanya, tapi setiap sentuhan bisa berarti kematian.

Pertanyaannya, akankah cinta mereka sanggup menantang kutukan? Atau justru menjadi korban berikutnya? Pemeran utama Raihaanun berkomentar soal karakter yang dimainkan dalam film ini. 

“Yang menarik dari karakter ini adalah selain menarik inspirasi dari kisah rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih, adalah bagaimana misteri di balik karakter Mirah ini dikupas perlahan-lahan, seperti kita mengupas bawang,” jelas Fajar.

Horor dengan Akar Budaya 

Perempuan Pembawa Sial bukan sekadar film horor biasa. Dengan riset mendalam terhadap cerita rakyat Jawa, Fajar Nugros menghadirkan film yang memadukan atmosfer mencekam, drama emosional, dan filosofi karma dalam satu kemasan sinematik yang memikat.

Visual yang memukau dan narasi yang berlapis membuat film ini tidak hanya menakutkan, tetapi juga meninggalkan jejak di hati penonton. 

Menambah aura mistis lokal dalam film, sutradara Fajar Nugros juga mengajak penari tradisional legendaris Didik Nini Thowok yang berpersan sebagai dukun manten, Mbah Warso, di film ini.

Sang maestro tari yang berpengalaman di dunia nyata sebagai dukun manten tersebut mengungkapkan keterjutannya terhadap tema film ini.

“Jadi dulu salah satu teman saya juga pernah terkena kutukan Bahu Laweyan ini, dan saat itu harus menggunakan berbagai ritual dan mantra untuk melepasnya. Jadi saya kaget juga saat dengar kutukan ini akan difilmkan, karena ini nyata dan bukan cuma mitos,” papar Fajar. 

Menggelar gala premiere pada 10 September lalu, Perempuan Pembawa Sial telah berhasil menuai berbagai pujian dari para penonton yang menyaksikan kengerian comeback horror dari Fajar Nugros ini. 

“Takut banget, dari awal udah enggak dikasih nafas,” ujar seorang penonton, Amanda Rawles.

Sementara itu, aktor Derby Romero turut memuji dinamika kisah Bawang Putih dan Bawang Merah yang dibawa dalam film ini, “Persoalan dua kakak beradik ini juga menurut gue sangat menarik,” ujar Derby.

Bagi penikmat horor berkualitas dan pencinta kisah misteri dengan nuansa budaya lokal, Perempuan Pembawa Sial siap menghantui layar lebar mulai 18 September 2025 di seluruh bioskop Indonesia.

Bagi penonton yang tidak sabar menyaksikan aksi Didik Nini Thowok dalam film ini, hadir juga promo Buy One Get One Free (BOGOF) untuk Advanced Ticket Sales yang dapat dibeli melalui aplikasi TIX ID, M-Tix, CGV, dan Cinepolis sampai  17 September untuk penayangan hari pertama. (JI/E-4)

Read Entire Article
Global Food