
PARA demonstran berkumpul di Times Square, Kota New York pada Sabtu (12/4) malam untuk menuntut pembebasan Mahmoud Khalil, mahasiswa pascasarjana Universitas Columbia yang telah ditahan. Hujan yang membasahi New York tidak menyurutkan semangat pengunjuk rasa.
Seperti diberitakan New York Post, para demonstran dengan lantang meneriakkan slogan-slogan serta membawa plakat bertuliskan seperti "Bebaskan Mahmoud Khalil Sekarang!", "Jangan Sentuh Mahasiswa Kami," dan masih banyak lagi.
Aktivis Linda Sarsour, yang dikenal karena kritiknya yang blak-blakan terhadap Israel, berbicara kepada para demonstran dan mendorong solidaritas untuk Khalil.
Mahmoud Khalil, seorang penduduk tetap yang sah dan pemegang green card (kartu hijau), ditangkap oleh petugas Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS pada 8 Maret di perumahan Universitas Columbia di New York City setelah berpartisipasi dalam aksi protes pro-Palestina
Sebelumnya, Khalil bergabung dengan para pelajar di seluruh AS--baik warga negara maupun bukan warga negara--untuk berdemonstrasi dan berbicara menentang perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 50.900 orang sejak 7 Oktober 2023.
Marc Van Der Hout, salah seorang pengacara Khalil, mengkritik kasus yang ditetapkan pemerintah AS. Ia menekankan kasus tersebut tidak memiliki bukti pendukung dan menargetkan aktivitas terkait Amendemen Pertama, salah satunya kebebasan berpendapat.
Pengacara Khalil mengatakan pemerintah gagal membuktikan tuduhan Khalil salah memahami informasi pada aplikasi green card. Namun, hakim imigrasi AS Jamee Comans pada Jumat (11/4) memutuskan Khalil dapat dideportasi berdasarkan keputusan Menteri Luar Negeri Marco Rubio.
Menlu Rubio menyatakan bahwa kehadiran Khalil "akan membahayakan kepentingan kebijakan luar negeri AS yang mendesak." Hakim Comans memberi waktu kepada tim hukum Khalil hingga 23 April untuk mengajukan banding.
Jika mereka gagal memenuhi tenggat waktu, beberapa laporan menunjukkan bahwa perintah deportasi oleh hakim akan dikeluarkan untuk mengusir Khalil ke Suriah atau Aljazair.
Sementara itu, lebih dari 250 mantan pejabat badan intelijen Israel Mossad menerbitkan petisi baru pada Minggu (13/4) malam menyerukan segara diakhirinya perang di Gaza serta memfasilitasi pembebasan para sandera, menurut media Israel.
Petisi tersebut menambah gelombang penolakan publik yang terus berkembang di kalangan lembaga keamanan Israel. Menurut harian Yedioth Ahronoth, ini petisi kedua dalam 24 jam yang ditandatangani mantan dan anggota aktif pasukan keamanan Israel.
Surat terbaru yang diinisiasi mantan anggota Mossad Gail Shorsh tersebut, memiliki tanda tangan tiga mantan pemimpin Mossad yaitu Danny Yatom, Ephraim Halevy dan Tamir Pardo, serta puluhan kepala departemen dan wakil kepala departemen lembaga itu.
Sejak Kamis, sedikitnya enam petisi telah ditandatangani oleh pasukan cadangan, perwira militer yang telah pensiun, serta para veteran dari berbagai cabang militer Israel. Pada Minggu, sekitar 200 dokter cadangan militer aktif juga menandatangani petisi yang menuntut diakhirinya perang dan pengembalian para sandera yang ditawan di Gaza.
Pelarangan Israel
Otoritas Israel melarang umat Kristiani Palestina dari Tepi Barat, Palestina, memasuki Jerusalem pada Minggu (13/4) untuk mengikuti kebaktian Minggu Palma. Kebaktian itu menandai dimulainya Pekan Suci menjelang Paskah.
Minggu Palma, yang memperingati masuknya Yesus Kristus ke Jerusalem, dirayakan oleh gereja-gereja Kristen Timur dan Barat dengan doa dan prosesi.
Kantor berita WAFA melaporkan, akses ke Kota Suci Jerusalem sangat dibatasi bagi umat Kristen dari Tepi Barat karena pembatasan Israel. Pasukan Israel memberlakukan tindakan militer yang ketat di pos-pos pemeriksaan di sekitar kota dan area Kota Tua.
Hanya sejumlah kecil umat, sebagian besar penduduk Jerusalem dan warga Palestina di Israel, yang dapat menghadiri kebaktian di Gereja Makam Suci di Kota Tua.
Menurut Vikaris Perwalian Tanah Suci, Pastor Ibrahim Faltas, hanya 6.000 izin yang dikeluarkan tahun ini untuk umat Kristiani Tepi Barat dari sekitar 50 ribu populasi umat di daerah tersebut.
Memaksa masuk
Sebaliknya, ratusan pemukim ilegal Israel memaksa masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Jerusalem Timur kemarin untuk merayakan hari kedua libur Paskah Yahudi.
Dalam sebuah pernyataan, Departemen Wakaf Islam di Jerusalem mengatakan 765 pemukim ilegal memasuki lokasi titik api secara berkelompok di bawah perlindungan polisi Israel melalui area Gerbang Al-Mugharbah, sebelah barat masjid suci.
Badan tersebut mengatakan hampir 500 pemukim ilegal menyerbu masjid tersebut pada hari pertama Paskah, Minggu (13/4). Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Umat Yahudi menyebut area itu "Temple Mount," dan mengeklaim bahwa di sana terdapat dua kuil Yahudi pada zaman dahulu.
Paskah, yang memperingati keluarnya bangsa Israel dari Mesir pada masa Nabi Musa, dianggap sebagai salah satu hari raya terpenting dalam kalender agama Yahudi. Paskah juga menjadi hari raya suci Umat Kristiani untuk memperingati bangkitnya Tuhan Yesus Kristus.
Menurut Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina, pemukim ilegal menyerbu masjid tersebut sebanyak 21 kali bulan lalu, ketika umat Islam merayakan bulan suci Ramadan.
Angka yang dirilis oleh gubernur Jerusalem menunjukkan bahwa 13.064 pemukim ilegal menyerbu masjid tersebut pada kuartal pertama tahun 2025. Sejak tahun 2003, Israel telah mengizinkan pemukim ilegal memasuki kompleks titik api hampir setiap hari kecuali hari Jumat dan Sabtu. (Anadolu/I-1)