
RIBUAN petani dikerahkan untuk melakukan aksi penggeropyokan hama tikus di lima kecamatan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Minggu (20/4), sebanyak 4.325 ekor tikus berhasil ditangkap dan dibunuh.
Pemantauan Media Indonesia Minggu (20/4) sejak pagi jelang siang ribuan petani bergerak turun ke sawah di lima kecamatan yakni Tuntang, Banyubiru, Ambarawa, Jambu dan Bawen, Kabupaten Semarang, tidak untuk melakukan panen raya tetapi kegiatan ini khusus untuk menggerooyok hama tikus yang telah berbulan-bulan menyerang lahan pertanian mereka.
Dengan penuh kebahagiaan dan keringat tertangkap membanjiri tubuh, tidak hanya lelaki dan perempuan dewasa, anak-anak juga turun ke sawah mencari lubang persembunyian tempat bersarang hama tikus dan memasukan asap hingga tikus keluar sarang kemudian secara beramai-ramai mengejar dan memukul hingga tewas.
"Hingga petang ini, sebanyak 4.325 ekor hama tikus yang selama ini merusak tanaman pangan petani di lima kecamatan berhasil ditangkap dan dibunuh," kata Bupati Semarang Ngesti Nugraha saat ikut dalam kegiatan penggeropyokan hama tikus tersebut.
Upaya dilakukan bersama ribuan petani ini, menurut Ngesti Nugraha, merupakan langkah alternatif yang paling cepat, karena akibat serangan hama tikus terjadi di lima kecamatan di Kabupaten Semarang ini ada puluhan bahkan ratusan hektare tanaman padi mengalami gagal panen.
Gerakan pengendalian hama tikus tersebut, ungkap Ngesti Nugraha, pemerintah daerah melibatkan total 2.049 orang meliputi unsur pemerintahan, TNI-Polri, petani dan lain-lain, bahkan turut hadir Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Rachmat, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah Supriyanto, Dandim 0714/Salatiga Letkol Inf Guvta Alugoro Koedoes, Kapolres Semarang Ajun Komisaris Besar Ratna Quratul Ainy.
Berdasarkan data hingga akhir catur wulan pertama 2025, lanjut Ngesti Nugraha, akibat serangan hama tikus ini terdapat 59 hektare tanaman padi mengalami puso yang tersebar di lima kecamatan. “Kami siapkan bantuan benih padi, pupuk, pestisida, 60 rumah burung hantu serta 200 hektare lahan untuk menanggulangi pelebaran serangan hama tikus," tambahnya.
Sementara itu Sinwan,60, petani di Desa Sraten, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang mengaku jengkel akibat serangan hama tikus yang terjadi di desanya, karena akibat dimangsa tikus itu satu hektare sawahnya gagal panen dengan menanggung kerugian hingga Rp10 juta karena kehilangan bibit, pupuk hingga biaya pengolahan.
"Saya dapat 72 ekor dalam gerakan pengendalian hama tikus tadi, semoga setelah ini serangan hama tikus dapat mereda," ujar Sinwan.
Hal serupa juga diungkapkan Parjo,58, petani di Desa Demakan, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang bahwa serangan hama tikus terjadi sejak beberapa bulan lalu, namun selama ini petani hanya bisa pasrah karena tidak tahu apa yang harus diperbuat. "Ketika kita kejar di sini tikus lari ke lahan lain, pembasmian serempak ini akan berbeda hasilnya," imbuhnya. (H-1)