Perdagangan Internasional Terganggu, Semua Negara Garap Pasar Domestik

7 hours ago 3
Perdagangan Internasional Terganggu, Semua Negara Garap Pasar Domestik Foto udara aktivitas bongkar muat peti kemas di Dermaga Internasional PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS), Surabaya.(Dok. Antara)

DI saat perekonomian dunia masih diliputi serba ketidakpastian, banyak negara mengalihkan ketergantungan mereka terhadap perdagangan internasional menuju penguatan pasar domestik. Salah satunya Cina yang dalam rencana lima tahunan 2026-2030 memilih fokus pada peningkatan permintaan dalam negeri.

"Kini, Tiongkok mulai memperkuat pasar domestiknya karena selama ini struktur ekonomi mereka lebih banyak berorientasi (ke pasar dunia) sehingga rentan dengan guncangan global. Perdagangan dunia semakin tidak pasti dan amat volatil," kata Chief Economist BNI Leo Putera Rinaldy dalam diskusi bertema BNI Economic Perspective: Navigating Shifts, Building Resilience di Jakarta Jumat (24/10).

Bagaimana Indonesia? Beruntung Indonesia memiliki posisi relatif kuat karena lebih dari separuh perekonomian nasional ditopang konsumsi dalam negeri.

"Sekitar 54% dari kue perekonomian Indonesia ditujukan untuk memenuhi pasar domestik. Ini dalam jangka pendek. Jadi, kondisi awal kita sudah resilient terhadap guncangan global karena kita domestic driven economy," lanjut Leo.

Kendati demikian, menurut Leo, stimulus fiskal tetap menjadi kunci utama untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Kebijakan belanja pemerintah perlu diarahkan untuk mendorong konsumsi masyarakat.

Dari hasil survei teranyar Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sekitar 60% korporasi belum berencana untuk melakukan perluasan usaha mereka karena lesunya prospek permintaan domestik.

"Kalau konsumsi dalam negeri tidak bagus, perusahaan tidak melakukan ekspansi. Kalau tidak ada ekspansi usaha, pertumbuhan kredit juga melambat dan tidak ada lapangan kerja baru," jelas Leo.

Di sisi lain, kian membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi pada akhirnya berdampak positif terhadap nilai tukar karena akan menarik investasi asing ke dalam negeri.

"Pertumbuhan ekonomi harus terus dipacu serta memastikan pemerataan distribusi kue ekonomi kepada kelompok menengah ke bawah," ungkap Leo.

Kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dapat menciptakan ruang bagi BI untuk fokus pada stabilitas moneter. "Kalau fiskal sudah agresif, BI semakin memiliki ruang untuk fokus ke stabilitas," tandas Leo.

Sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo mengemukakan belanja pemerintah menyumbangkan kontribusi pada penguatan permintaan domestik dan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2025.

"Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong kinerja produksi pertanian, industri olahan, dan perdagangan yang tetap baik. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan membaik sejalan dengan implementasi proyek prioritas pemerintah terkait ketahanan pangan, energi, pertahanan keamanan, dan paket kebijakan ekonomi pemerintah 2025 termasuk bansos yang disalurkan di triwulan IV 2025," kata Perry seusai Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta Rabu (22/10).

Perry bilang bank sentral terus memperkuat bauran kebijakan melalui penguatan kebijakan moneter yang sinergis dengan stimulus fiskal pemerintah.

"Semua ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tahun ini pertumbuhan ekonomi sedikit di atas titik tengah kisaran 4,6%-5,4% dan meningkat pada tahun depan," tandas Perry. (H-3)

Read Entire Article
Global Food