Selular.ID – Debut iPhone Air, smartphone tertipis dalam lini iPhone 17 Series telah mendorong operator telekomunikasi China untuk akhirnya merangkul e-SIM.
Tiga operator besar di negara itu, masing-masing China Unicom, China Telecom dan China Mobile, telah mendapatkan lisensi komersial dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) pada minggu sebelumnya, sehingga pada akhir pekan lalu semuanya telah meluncurkan layanan eSIM.
Lonjakan aktivitas setelah pembekuan eSIM selama dua tahun sebelumnya, sekali lagi menunjukkan kekuatan pasar Apple di China.
Terbukti dengan animo pengguna yang tinggi. iPhone Air, yang pertama mendukung eSIM, terjual habis dalam hitungan menit setelah kali pertama dirilis pada Jumat (17/10).
Tak percuma CEO Apple Tim Cook menyambangi China guna memberi dukungan langsung terhadap peluncuran iPhone Air, seiring dimulainya uji coba komersial fungsi eSIM pada ponsel pintar oleh tiga operator jaringan telekomunikasi utama di negara tersebut.
Seiring dengan meningkatnya dukungan tiga operator seluler China untuk teknologi eSIM, Apple diperkirakan akan diuntungkan dari peralihan ini seiring dimulainya penjualan iPhone Air di Tiongkok daratan.
Dukungan regulasi untuk eSIM pada ponsel pintar menandai tonggak sejarah bagi industri ponsel pintar China.
Pasalnya, teknologi ini menggantikan kartu modul identitas pelanggan fisik sehingga produsen dapat merancang ponsel yang lebih tipis dan menyediakan cara yang aman untuk mengautentikasi perangkat di jaringan seluler.
Sejauh ini China Unicom menjadi yang terdepan. Hingga 15 Oktober, lebih dari 170.000 pelanggan Unicom telah memesan eSIM, lapor China Securities Journal.
China Unicom meluncurkan layanan eSIM pertama di China sejak 2018, segera diikuti oleh China Telecom dan China Mobile, meskipun hanya untuk perangkat wearable.
Namun semua operator menangguhkan layanan pada 2023, dengan alasan samar-samar bahwa mereka membutuhkan “pemeliharaan dan peningkatan.”
Kini mereka kembali ke pasar dengan layanan mereka sendiri dan memuji pertumbuhan pasar dan ekosistem yang lebih luas.
Chen Fengwei, Wakil Presiden Unit Ponsel China Unicom, Huasheng Communications, mengatakan tingginya penggunaan ponsel eSIM akan mendorong peningkatan investasi di seluruh rantai industri, termasuk perangkat wearable, perangkat IoT, dan juga laptop.
Baca Juga: Apple Tunda Peluncuran iPhone Air di Tiongkok Akibat Kendala eSIM
Dibayangi Isu Keamanan dan Disrupsi
Pejabat China Mobile dan China Telecom menyampaikan pernyataan serupa, mengisyaratkan investasi yang lebih besar dalam chip eSIM, OS, dan terminal aman.
Jadi, setelah mereka semua bergabung dengan eSIM, apa sebenarnya penyebab penundaan ini? Tampaknya ada dua faktor besar yang berperan.
Salah satunya adalah keamanan. Selama gelombang eSIM awal, penipu memanfaatkan celah keamanan untuk melakukan penipuan dalam jumlah besar.
Tidak banyak data mengenai hal ini, tetapi satu statistik yang dilaporkan menunjukkan jumlah kasus penipuan eSIM tahun lalu melonjak sebesar 38%.
Namun, celah keamanan semacam itu bukan hanya masalah kriminal. Di China yang sangat paranoid, SIM selular merupakan komponen penting keamanan nasional dan pilar sistem sensor dan pengawasan. Alasan lain untuk menghentikan penggunaan SIM selular.
Namun, aspek lainnya adalah potensi disrupsi. Bahkan saat ini, sebagian besar dominasi operator terletak pada jaringan distribusi mereka yang luas dan kemampuan untuk menjual kartu SIM fisik bahkan di desa terkecil sekalipun.
Kehadiran eSIM benar-benar merusak siklus pembelian kartu SIM lama dan membuat perpindahan operator menjadi mudah – berita terburuk yang mungkin terjadi bagi operator.
Namun dengan pemberlakukan eSIM, merek-merek ponsel China juga semakin gencar. Oppo adalah yang pertama meluncurkan ponsel berkemampuan eSIM, yang akan diluncurkan bulan depan
Brand lain, seperti Vivo diperkirakan akan segera menyusul. Begitu pun Honor dan Huawei yang diprediksi akan meluncurkan smartphone yang sudah eSIM enable pada tahun depan, menurut laporan media dan media sosial.
Di seluruh dunia, lebih dari 400 operator seluler mendukung teknologi eSIM dan hampir sepertiga pengguna 5G telah memilih layanan eSIM, menurut GSMA.
Meskipun transisi China ke eSIM di pasar ponsel pintar lebih lambat dibandingkan pasar utama lainnya, negara ini diperkirakan akan mengejar ketertinggalan dan mencapai sekitar seperlima dari koneksi ponsel pintar eSIM di seluruh dunia pada akhir tahun ini, menurut GSMA Intelligence.
Baca Juga: iPhone 17 Air Hanya Gunakan eSIM, Buang Slot SIM Fisik
Adopsi eSIM di Indonesia Baru Mencapai 5%
Sejatinya, dibandingkan China, Indonesia merupakan negara yang berada di barisan terdepan dalam adopsi eSIM.
Untuk diketahui, Indonesia pertama kali memiliki layanan eSIM pada 2019, yang diluncurkan oleh operator selular Smartfren (kini XLSmart pasca merger)
Layanan ini merupakan yang pertama di Indonesia dan memungkinkan pengguna untuk terhubung ke jaringan tanpa menggunakan kartu SIM fisik.
Sekedar diketahui, eSIM adalah teknologi terbaru yang memungkinkan pengguna untuk mengakses jaringan seluler tanpa menggunakan kartu SIM fisik.
Berbeda dengan kartu SIM biasa yang terbuat dari plastik serta harus dimasukkan ke dalam slot SIM, eSIM ini sifatnya digital dan tidak memerlukan slot fisik.
Langkah Smartfren dalam menawarkan eSIM kepada para penggunanya, pada akhirnya diikuti oleh semua operator lain pada tahun-tahun berikutnya.
Apalagi, Kementerian Komdigi juga sudah memberikan lampu hijau lewat aturan resmi yang menjadi payung bagi operator selular.
Komdigi menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital (Permenkomdigi) Nomor 7 Tahun 2025 tentang Pemanfaatan Teknologi Modul Identitas Pelanggan Melekat (embedded Subscriber Identity Module/eSIM) dalam Penyelenggaraan Telekomunikasi.
Menteri Komdigi Meutya Hafid pada 10 April 2025 yang menandatangani aturan ini dan menjadi dasar hukum pemanfaatan atau penggunaan teknologi eSIM di Indonesia.
Hal tersebut dipandang sebagai langkah penting dalam mendukung keamanan data, efisiensi industri telekomunikasi, serta pengembangan ekosistem Internet of Things (IoT) dan komunikasi antar mesin (machine to machine).
Meski telah diperkenalkan sejak 2019, penetrasi eSIM di Tanah Air masih terbilang lambat. Hingga pertengahan tahun ini, jumlah pengguna eSIM di Indonesia baru mencapai 5% dari total jumlah kartu operator selular yang beredar.
Saat ini di Indonesia terdapat 350 juta nomor SIM card yang beredar, namun populasi yang ada hanya 280 juta.
Sementara pada akhir 2025, sesuai laporan GSM Intelligence, diproyeksikan akan ada sekitar 1 miliar koneksi eSIM smartphone di seluruh dunia, dengan beberapa perkiraan memperkirakan total koneksi eSIM antara 2 dan 3 miliar di semua perangkat.
Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya adopsi perangkat konsumen seperti ponsel pintar dan perangkat wearable, serta didukung oleh kemajuan konektivitas IoT.
Baca Juga: eSIM di Indonesia: Solusi atau Tantangan Baru untuk Keamanan Digital?