
WARGA Kampung Padangenyang, Sukabumi, diguncang kabar duka.Raya, balita perempuan berusia empat tahun, meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan. Tubuhnya dipenuhi cacing, dengan berat parasit yang dikeluarkan selama perawatan mencapai hampir 1 kilogram. Bahkan hasil CT scan menunjukkan cacing dan telurnya telah menyebar hingga ke otak.
Raya berasal dari keluarga prasejahtera. Ayahnya terinfeksi TB paru dan ibunya mengalami gangguan kejiwaan. Mereka tinggal di rumah panggung dengan kondisi sangat tidak layak. Bagian bawah rumah dipenuhi kotoran ayam yang diduga menjadi sumber infeksi cacingan yang diderita anak tersebut.
Harus Jadi Pelajaran
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama, menilai kasus ini bukan sekadar tragedi pribadi, melainkan sinyal keras bagi sistem kesehatan masyarakat.
“Pertama, untuk analisa bagaimana keadaan klinik sebenarnya serta apa penyebab kematian, kita perlu menunggu penjelasan resmi dari pihak rumah sakit secara rinci dulu, sebelum mengambil kesimpulan yang jelas,” ujarnya, Rabu (20/8).
Prof. Tjandra menyebut ada tujuh poin penting sebagai pembelajaran dari kasus ini. Salah satunya adalah pentingnya menelusuri kondisi lingkungan tempat tinggal pasien.
“Lingkungan kumuh memungkinkan penularan cacing dari tanah atau air yang terkontaminasi. Anak-anak yang bermain di area tercemar tanpa mencuci tangan bisa dengan mudah menelan telur cacing,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa infeksi seperti ini dapat disebabkan berbagai jenis parasit seperti Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Necator americanus, dan Ancylostoma duodenale (cacing tambang), hingga Strongyloides stercoralis.
Anak Bergizi Buruk Rentan Terinfeksi
Faktor gizi juga berperan penting. Anak-anak dengan asupan gizi rendah, seperti Raya, termasuk kelompok yang sangat rentan terhadap infeksi parasit.
“Anak dengan gizi kurang menjadi kelompok paling rentan terinfeksi,” tegas Tjandra, yang kini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI sekaligus Adjunct Professor di Griffith University.
WHO telah merekomendasikan empat langkah utama dalam pengendalian penyakit cacingan, seperti pemberian obat cacing rutin, edukasi kesehatan, perbaikan sanitasi lingkungan, dan pengobatan massal menggunakan obat yang aman.
Indonesia, menurut Tjandra, perlu mengejar target pengendalian cacingan berbasis tanah (Soil-Transmitted Helminths) pada tahun 2030, sejalan dengan target WHO. Hal ini penting untuk mendukung visi besar Indonesia Emas 2045.
Ada Kegagalan Sistemik
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyoroti kasus ini dengan nada keras. Ia menilai kondisi lingkungan yang sangat buruk dan ketidakhadiran layanan kesehatan dasar seperti posyandu, PKK, dan bidan desa telah berkontribusi besar terhadap kasus ini.
Ia bahkan menyatakan akan mengevaluasi dan memberi sanksi pada aparat terkait yang lalai dalam menjalankan tugasnya.
“Lingkungan tempat tinggal yang kotor membuat Raya mengalami cacingan akut,” ujarnya.
Ia juga menyoroti lemahnya fungsi pengawasan dan pelayanan kesehatan tingkat desa yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam pencegahan kasus seperti ini.
Minimnya Akses Bantuan, Peran Negara Dipertanyakan
Sebelum meninggal, kondisi Raya sempat dilaporkan oleh para relawan sosial yang menemukannya dalam keadaan sangat kritis. Ia dibawa ke rumah sakit, namun keterbatasan biaya membuat proses perawatan tidak maksimal. Upaya keluarga dan relawan untuk mendapatkan bantuan dari lembaga pemerintah maupun sosial berakhir tanpa hasil.
Setelah kematiannya, pemerintah provinsi akhirnya mengevakuasi keluarga Raya untuk mendapatkan perawatan medis, karena diketahui menderita penyakit menular lain seperti TBC.
Jangan Ada Lagi Raya Berikutnya
Kasus Raya menjadi potret nyata bagaimana kemiskinan, gizi buruk, lingkungan tak sehat, dan kurangnya pelayanan kesehatan dasar dapat bersatu menjadi tragedi. Ini seharusnya menjadi pemicu gerakan besar dan konkret untuk perbaikan layanan kesehatan masyarakat, terutama di pelosok-pelosok negeri.
Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan ada Raya-Raya lain yang luput dari perhatian, hingga akhirnya terlambat ditolong. (Ant/E-4)