
ISTILAH “Functional Freeze” atau “Pembekuan Fungsional” kini banyak dibicarakan di media sosial, sebagian karena kata-kata ini mampu menangkap pengalaman yang dirasakan banyak orang tua. Seperti harus tetap menjalankan tugas sehari-hari secara lahiriah, namun di dalam hati merasa mati rasa atau “beku”. Fenomena ini cukup umum terjadi pada orang tua, mengingat tingginya beban kerja yang sering kali tak terlihat namun harus ditanggung oleh para pengasuh.
“Orang tua mungkin tidak menyadari mereka sedang mengalami kondisi pembekuan fungsi karena mereka masih harus memberi makan anak-anak mereka, mengantar ke tempat janji temu, dan memenuhi kebutuhan dasar,” kata Miranda Nadeau , PhD, psikolog berlisensi dan pemilik Panorama Therapy.
Namun, jika kondisi ini tidak ditangani, hal itu bisa berdampak negatif pada kesehatan mental orang tua. Di samping memengaruhi hubungan mereka dengan anak-anak dan orang-orang terdekat.
Apa itu “Pembekuan Fungsional”?
Pembekuan Fungsional menggambarkan respons tubuh jangka pendek di mana seseorang melambat atau merasa terdisosiasi, biasanya akibat rasa takut atau kewalahan, atau upaya mempertahankan diri. Kondisi ini menunjukkan kontradiksi antara perasaan “terbeku” secara internal dan tetap harus “berfungsi” secara eksternal, sebuah pengalaman yang dialami banyak orang tua.
Meski beberapa gejala pembekuan fungsional mirip dengan kelelahan atau depresi, ada perbedaan penting yang perlu diperhatikan. Orang tua yang mengalaminya tetap bisa menjalankan aktivitas sehari-hari, tetapi secara emosional sering merasa terputus, kewalahan, dan mengalami keraguan. Jika kondisi ini berlangsung selama terus-menerus, hal tersebut bisa menjadi tanda depresi klinis.
7 tanda munculnya “Pembekuan Fungsional” pada orang tua
1. Perawatan datar
Orang tua tetap menjalankan tugas sehari-hari untuk anak-anak mereka, tetapi secara emosional merasa terputus, yang bisa menimbulkan rasa bersalah, malu, atau frustrasi karena tidak bisa merasa terhubung atau puas.
2. Penarikan diri secara sosial dan emosional
Orang tua yang mengalami kebekuan fungsional sering menarik diri secara sosial dan emosional, sehingga aktivitas keluarga dan interaksi yang dulu menyenangkan terasa membebani.
3. Kelumpuhan Emosional
Orang tua yang mengalami kelumpuhan emosional sering kesulitan mengurus rumah tangga dan merawat diri sendiri, kehilangan motivasi dan ketidakmampuan bertindak meski sudah berusaha merencanakannya.
4. Kurangnya spontanitas
Rutinitas dapat membantu menstabilkan kehidupan sehari-hari, tetapi ketergantungan berlebihan dapat membuat orang tua kesulitan bersikap fleksibel.
5. Kewalahan dalam mengambil keputusan
Orang tua yang mengalami kelelahan emosional sering kesulitan mengambil keputusan, sehingga cenderung mengatakan “ya” untuk segala hal. Keraguan kronis dan rasa kewalahan tanpa alasan jelas menjadi gejala umum dari kondisi ini.
6. Penghindaran
Merasa tidak mampu menghadapi percakapan sulit atau konfrontasi, sehingga bisa menatap kosong, pergi tanpa bereaksi, atau tampak tenang tetapi kemudian menangis atau panik secara tiba-tiba.
7. Putusnya hubungan dengan kebahagiaan
Orang tua yang mengalami kebekuan fungsional bisa merasa takut atau enggan memulai hari, bahkan setelah cukup istirahat, dan mengalami perasaan datar.
Tanda-tanda kebekuan fungsional bisa jadi pertanda masalah lebih seriusm seperti depresi. Banyak orang tua mengalami hal ini tanpa menyadarinya. Karena depresi bisa muncul dengan cara dan penyebab yang berbeda-beda, penting bagi orang tua yang merasa “terhenti” seperti ini untuk konsultasi dengan tenaga kesehatan. (parents/Z-2)