Detail Baru Israel Perkuat Geng terkait ISIS di Gaza

1 week ago 10
Detail Baru Israel Perkuat Geng terkait ISIS di Gaza Warga Gaza.(Al Jazeera)

DETAIL baru tentang dukungan Israel terhadap kelompok pemberontak Palestina yang memiliki hubungan dengan ISIS dan sejarah penjarahan truk bantuan kemanusiaan untuk Gaza kembali diungkap. Sementara para negosiator berdebat tentang pihak yang akan memimpin Gaza setelah perang usai, Israel diam-diam membentuk realitas baru di lapangan.

Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa milisi suku menyatakan kesetiaan kepada Yasser Abu Shabab, kepala mantan geng penjarah, memosisikan diri sebagai pemerintahan masa depan Gaza.

Unit Data dan Forensik dari Sky News memantau Yasser Abu Shabab dan anak buahnya selama berbulan-bulan, melacak pergerakan, kendaraan, senjata, dan identitas mereka. Investigasi media asal Inggris itu menemukan bahwa milisi tersebut menerima makanan dari Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Padahal, organisasi bantuan yang didanai AS tersebut menyatakan netralitasnya.

Salah satu komandan senior Yasser Abu Shabab dan seorang tentara IDF yang bertugas di perbatasan Gaza merinci cara Israel membiarkan mereka menyelundupkan uang tunai, senjata, dan mobil ke Gaza. Para ahli mengatakan bahwa dukungan negeri zionis terhadap kelompok-kelompok semacam itu dimaksudkan untuk memecah belah dan menaklukkan Gaza.

Makanan melimpah

Jauh di dalam reruntuhan Gaza selatan, terdapat 50 hektare jalan perdesaan dan vila-vila mewah. Tidak seperti di wilayah lain Gaza, penduduk di sini memiliki persediaan makanan yang melimpah.

Fasilitas medis, sekolah, bahkan masjid didirikan dalam beberapa bulan terakhir. Di media sosial, penduduk memamerkan tumpukan uang tunai, ponsel pintar baru, dan sepeda motor trail impor.

Permukiman kecil itu merupakan markas Pasukan Populer. Bekas geng penjarah Yasser Abu Shabab itu kini dengan dukungan Israel berharap dapat merebut kendali Jalur Gaza dari Hamas

Seorang komandan senior Pasukan Populer, Hassan Abu Shabab, mengatakan bahwa sekitar 1.500 orang kini tinggal di pangkalan tersebut, termasuk 500-700 pejuang. Kerabat sekaligus teman masa kecil Yasser itu mengatakan bahwa perekrutan milisi baru dalam beberapa minggu terakhir menambah pasukan kelompok tersebut menjadi sekitar 3.000 orang.

Lokasi pangkalan tersebut sangat strategis terletak di sepanjang rute yang harus dilalui truk bantuan saat memasuki Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom. Rute ini oleh para petugas bantuan disebut Lorong Penjarah.

Laporan internal PBB, tertanggal November 2024, mengidentifikasi Yasser Abu Shabab dan gengnya sebagai kelompok paling berpengaruh di balik penjarahan konvoi yang sistematis dan masif. Ada video yang menunjukkan anggota kelompok tersebut sedang menurunkan karung-karung tepung Program Pangan Dunia (WFP) dari truk di kamp mereka.

Dokumen PBB tersebut mengidentifikasi sumber pendapatan utama mereka dari penyelundupan rokok, salah satu dari banyak barang yang secara resmi dilarang Israel untuk memasuki Gaza. Harga rokok per batang pernah mencapai US$20.

Seorang pekerja bantuan senior, yang bekerja di Gaza hingga awal tahun ini, mengatakan ia secara pribadi menyaksikan stafnya menegosiasikan jalur aman truk dengan Yasser Abu Shabab. "Abu Shabab diberdayakan oleh penyelundupan rokok," katanya. "Dalam lingkungan yang terbatas seperti itu, Anda akan bertemu Abu Shabab."

Hassan Abu Shabab mengakui bahwa kelompoknya terlibat dalam penjarahan truk dan penyelundupan rokok. Namun, ia mengatakan mereka hanya menargetkan truk komersial yang mereka yakini memasok Hamas.

"Hamas menuduh kami mencuri kiriman. Padahal sebenarnya, kami membawanya untuk keluarga kami dan mendistribusikannya," katanya.

Mekanisme khusus

"Ya, memang ada beberapa pelanggaran dengan beberapa orang yang menjual barang-barang. Tidak masalah. Situasinya memanas. Pasukan Hamas datang dan membunuh sepupu-sepupu saya. Lima puluh empat orang tewas dalam pembantaian itu."

Sky News tidak dapat memverifikasi klaim ini secara independen. Akan tetapi ada banyak laporan bentrokan mematikan antara pasukan Abu Shabab dan Hamas yang menyatakannya sebagai buronan.

Setelah bentrokan ini dimulai, kata Hassan, Israel mulai berkoordinasi dengan Yasser Abu Shabab untuk menyelundupkan uang tunai, makanan, senjata, dan kendaraan untuk digunakan dalam pertempurannya melawan Hamas. Agar pasokan ini dapat masuk ke Gaza, permintaan harus diajukan ke kantor koordinasi yang dikelola Otoritas Palestina kemudian berkoordinasi dengan Israel dan berbagai negara Arab untuk memastikan pasokan tersebut masuk ke Gaza. 

"Kantor ini pada dasarnya adalah ruang komunikasi dengan pihak keamanan Mesir, keamanan nasional Israel, keamanan nasional Yordania," kata Hassan. Mekanisme ini dibuat khusus untuk digunakan oleh Pasukan Populer. "Mekanisme ini menyediakan senjata dan uang bagi kami serta segala yang dibutuhkan rakyat dan pasukan kami."

Pemerintah Palestina, Mesir, dan Yordania tidak segera menanggapi permintaan komentar. Begitu pun Yasser Abu Shabab.

Makanan, kata Hassan, disediakan secara gratis oleh sejumlah donor, termasuk kelompok bantuan kontroversial yang didukung AS, GHF, dan diantar ke kamp mereka oleh para pedagang. Ia mengatakan Pasukan Populer kemudian menyimpan sebagian makanan untuk diri mereka sendiri dan mendistribusikan sisanya di Rafah.

Direktur UNRWA untuk Gaza, Sam Rose, mengatakan bahwa memberikan bantuan langsung kepada faksi bersenjata merupakan pelanggaran total prinsip-prinsip kemanusiaan. Bantuan harus diberikan berdasarkan kebutuhan dan tidak boleh memihak pihak mana pun dalam konflik.

Dituduh terlibat

Ada bukti video sejumlah palet makanan GHF di kamp Yasser Abu Shabab, termasuk beberapa yang masih terbungkus utuh. Saat dipaparkan dengan temuan itu, seorang juru bicara GHF mengatakan bahwa setiap warga Gaza berhak mendapatkan makanan yang bermartabat, termasuk mereka yang berada di wilayah yang dikuasai Pasukan Populer. "Inilah arti netralitas sejati," jawab GHF.

Namun, Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan berdasarkan Konvensi Jenewa, bantuan harus bersifat kemanusiaan dan tidak memihak. "Setelah disalurkan melalui kelompok bersenjata, bantuan tidak lagi memenuhi definisi tersebut," kata kelompok bantuan tersebut.

"Bantuan tersebut menjadi tidak dapat dibedakan dari dukungan kepada satu pihak dalam pertempuran dan dapat membuat lembaga-lembaga tersebut dituduh terlibat atau bertanggung jawab berdasarkan kerangka kerja kontraterorisme dan sanksi."

Seorang prajurit IDF yang masih bertugas, berbicara dari pangkalannya di dekat Kerem Shalom, mengonfirmasi bahwa Israel memfasilitasi pasokan makanan, senjata, dan uang tunai kepada Pasukan Populer. "Kerja sama (dengan Yasser Abu Shabab) terutama dilakukan melalui Shin Bet (dinas keamanan Israel) atau mekanisme resmi negara lain," kata Sami, nama samaran.

Kamp tersebut hanya beberapa menit berkendara dari Kerem Shalom. "Bantuan itu sampai langsung kepadanya di sana (di kamp Pasukan Populer) lalu ia membagi-bagikan makanan ke Khan Younis, Rafah, dan tempat-tempat lain," tambahnya.

Sky News menghubungi Sami setelah mengamati berbagai interaksi di TikTok antara anggota Pasukan Populer dan unitnya, Batalyon Pengintai Gurun. Lebih dikenal sebagai Unit 585, batalion ini biasanya ditempatkan di perlintasan perbatasan Kerem Shalom, perlintasan yang sama tempat perbekalan Yasser Abu Shabab diselundupkan.

"Salam untuk Abu Shabab dari 585," demikian bunyi salah satu komentar yang ditinggalkan seorang tantara disertai emoji hati.

Seperti kebanyakan tentara di Unit 585, Sami ialah seorang Badui Muslim. Keluarganya bertugas di IDF selama beberapa generasi dan ia bangga mengabdi kepada Israel.

Ia juga bangga dengan dukungan yang diberikan Israel kepada Yasser Abu Shabab dan para pengikutnya yang sebagian besar juga adalah Badui. "Israel membantunya, memberinya granat, memberinya uang, memberinya kendaraan, memberinya makanan, memberinya segala macam barang," ujarnya.

IDF menolak berkomentar mengenai temuan Sky. Shin Bet tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Mobil mewah

Sky News telah melacak kendaraan-kendaraan yang diperoleh Yasser Abu Shabab selama beberapa bulan terakhir, termasuk beberapa SUV dan sepeda motor mewah. Satu akun TikTok, yang memiliki hubungan dekat dengan anggota Pasukan Populer dan tentara di Unit 585, berulang kali mengunggah rekaman kendaraan-kendaraan berpelat Israel yang kemudian berakhir di kamp Pasukan Populer di Gaza.

Video yang diunggah pada 31 Juli menunjukkan mobil Toyota Land Cruiser tahun 2025 melaju di sepanjang jalan Israel dan memiliki pelat nomor Israel. Informasi yang terkait dengan pelat nomor tersebut mengonfirmasi bahwa mobil tersebut terakhir kali diuji pada 27 Juli dan dijual pada bulan yang sama.

Pada 5 Agustus, mobil tersebut tiba di Gaza muncul dalam foto berpose bersama Yasser Abu Shabab dan sembilan pejuang Pasukan Populer lain. Pelat nomornya telah dilepas.

Hassan Abu Shabab, komandan Pasukan Populer, mengonfirmasi bahwa kedua mobil tersebut sama. Ia memberi tahu kami bahwa akun TikTok ini milik seorang pedagang mobil Badui Israel yang menyelundupkan kendaraan ke Jalur Gaza untuk kelompok tersebut dan pembeli lain.

"Saya memberi tahu kantor koordinasi dan mereka mengatur koordinasi serta mengirimkan mobil itu kepada kami," jelasnya. "Ketika sampai di Kerem Shalom, pelat nomornya bisa dilepas."

Namun, tidak semua pelat nomor asing dilepas saat kendaraan tiba di Gaza. Setidaknya dalam dua kesempatan, komandan senior Ghassan Al Duhine difoto di kamp tersebut di samping Isuzu putih dengan pelat nomor terdaftar di UEA.

Logo CTS hampir identik dengan yang digunakan oleh kelompok Yaman yang didukung UEA dengan nama yang sama yang didirikan pada awal 2024.

Ketika ditanya mereka terlibat dalam memasok Yasser Abu Shabab dan kelompoknya, UEA tidak menerima tanggapan hingga saat artikel ini diterbitkan.

Militan ISIS

Tidak jelas kapan Yasser Abu Shabab berbalik melawan Hamas. Sky News memperoleh bukti bahwa ia pernah mencoba bergabung dengan badan keamanan yang ditakuti organisasi tersebut pada 2010. Salah satu komandan seniornya, Issam Nabahin, memiliki sejarah militansi yang lebih panjang.

Pada2015, Hamas mengidentifikasinya sebagai militan ISIS dan tersangka pengeboman kendaraan mereka. Tahun berikutnya, intelijen Mesir juga mengidentifikasinya sebagai pejuang ISIS.

"Setelah ia melepaskan diri dari terorisme, ia bergabung dengan Pasukan Populer," kata Hassan. "Kami baru mengenalnya ketika Pasukan Populer dibentuk."

Pada 9 Juni, media lokal melaporkan bahwa Issam telah ditangkap oleh Hamas. Namun, dua hari kemudian, satu media yang terkait dengan Hamas melaporkan bahwa sel tahanannya telah dibom oleh pesawat tak berawak Israel. Nasib Issam, lapor media tersebut, masih belum jelas.

"Di sinilah saya, hidup dan sehat dan sedang menuju ke selatan," kata Issam sambal mengumumkan dengan menantang dalam video yang diunggah ke Facebook pada 18 Juni. Dua bulan kemudian, ia mulai memposting lagi dari kamp Pasukan Populer di Rafah timur.

Hassan membantah bahwa Issam dipenjara lagi pada Juni. Ia juga membantah bahwa Pasukan Populer pernah berkoordinasi langsung dengan Angkatan Udara Israel.

Namun, Sky News menemukan bukti yang menunjukkan ada koordinasi dengan angkatan udara dalam setidaknya dua pertempuran yang dilakukan oleh Pasukan Populer.

Pada sore hari, 13 April 2025, satu unit Pasukan Populer disergap oleh Hamas saat menggeledah properti di selatan kamp mereka. Empat pejuang mereka tewas. Citra satelit menunjukkan bahwa keesokan pagi serangan udara Israel menghancurkan rumah tersebut.

Seorang saksi mata pertempuran lain, pada 9 Juni, juga memberi tahu bahwa Pasukan Populer telah menerima dukungan udara. "Bentrokan berlanjut selama setengah jam atau lebih sebelum angkatan udara turun tangan dan menargetkan kami," katanya.

Seiring negosiasi seputar Gaza terkait tata kelola pascaperang terus berlarut-larut, Israel bergerak untuk membentuk realitas di lapangan dan memastikan negeri zionis tetap memiliki pengaruh apa pun kesepakatan yang akhirnya disepakati.

Pada Juni, Pasukan Populer membantah bahwa Yasser Abu Shabab berniat membentuk pemerintahan dan mengatakan bahwa ia hanya berfokus pada penyediaan keamanan bagi konvoi bantuan dan warga Palestina. Namun, saat berbicara kepada Sky News, Hassan Abu Shabab tidak menunjukkan keinginan seperti itu. 

Ia berbicara tentang reformasi kurikulum sekolah dan mengadakan referendum untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. "Kami ingin menjalankan semuanya," katanya.

Terpecah belah

Analis senior di International Crisis Group, Amjad Iraqi, mengatakan bahwa penggunaan Pasukan Populer oleh Israel untuk melawan Hamas mencerminkan cara Israel sebelumnya mendukung Hamas melawan rival sekulernya, Fatah. "Idenya ialah semakin menyingkirkan hegemoni (faksi) tertentu, semakin sulit masyarakat melawan pendudukan," ujarnya.

Profesor Hukum Internasional di Queen Mary's, Neve Gordon, menggambarkan upaya Israel itu sebagai strategi untuk membagi dan menaklukkan. "Idenya yaitu mencoba mengubah Gaza menjadi wilayah yang dikuasai para panglima perang di berbagai wilayah, sehingga tidak ada persatuan di antara warga Palestina," katanya.

"Kita dapat melihat yang terjadi pada negara-negara yang terpecah belah oleh para panglima perang dan jenis pertikaian internal yang muncul dan sering kali berlangsung bertahun-tahun atau puluhan tahun," kata Prof. Gordon. (I-2)

Read Entire Article
Global Food