Danau Kemiri Jadi Simbol Kemandirian Desa Berkat Aksi Kolaborasi

13 hours ago 1
Danau Kemiri Jadi Simbol Kemandirian Desa Berkat Aksi Kolaborasi Danau Kemiri(PGN)

Danau Kemiri di Desa Pagar Dewa, Kecamatan Lubai Ulu, Kabupaten Muara Enim, menjadi contoh nyata keberhasilan kolaborasi antara masyarakat, pemerintah desa, dan Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam mewujudkan kemandirian desa. Destinasi ini baru saja meraih Juara 1 dalam Kompetisi Desa dengan Potensi Pariwisata (Komdespar) 2025 yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kabupaten Muara Enim.

Kepala Desa Pagar Dewa, Tukino, menyampaikan rasa syukur atas penghargaan tersebut. Ia menegaskan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari kerja bersama seluruh elemen masyarakat serta dukungan dari mitra strategis.

“Capaian ini menunjukkan bahwa kolaborasi yang kuat antara warga, pemerintah desa, dan mitra pembangunan seperti PGN mampu membawa manfaat nyata bagi desa. Kami berkomitmen menjaga dan mengembangkan potensi Danau Kemiri ke depan,” ujarnya.

Awalnya, Danau Kemiri bukan dirancang sebagai objek wisata. Kawasan ini dibangun sebagai embung air untuk mitigasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sebelum embung dibangun, warga menghadapi kesulitan air ketika kebakaran terjadi. Sejak beroperasi, embung tersebut mampu menyediakan hingga 22.500 m³ air pada tahun 2024, yang sangat membantu pemadaman dan menjaga kesiapsiagaan lingkungan di wilayah Lubai Ulu.

Seiring berjalannya waktu, kawasan di sekitar embung berkembang menjadi ruang publik dan pusat kegiatan masyarakat. Sebuah aula sederhana berdiri sebagai tempat pelatihan, musyawarah desa, dan pertemuan kelompok binaan. Pada 2024, berkat kerja sama Kelompok Tani Siaga, pemerintah desa, dan dukungan PGN, kawasan ini resmi dibuka sebagai objek wisata Danau Kemiri. Dalam tahun yang sama, destinasi ini berhasil menarik sekitar 6.000 pengunjung.

Dampaknya terasa nyata pada perekonomian warga. Berdasarkan hasil penelitian berjudul “Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Embung Kemiri di Desa Pagar Dewa” (April 2025), pengelolaan wisata oleh Tani Siaga menghasilkan pendapatan rata-rata Rp26,1 juta per bulan sepanjang 2024. Sumber pendapatan berasal dari aktivitas wisata, usaha mikro warga, dan penyewaan fasilitas. Dari inisiatif inilah kemudian lahir Rumpun Kemiri (Ruang Usaha, Minat, dan Pelatihan Danau Kemiri) sebagai wadah ekonomi kreatif, pelatihan masyarakat, serta pelestarian seni dan budaya lokal.

Kini, Danau Kemiri bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga ruang ekonomi dan budaya bagi masyarakat. Warga menampilkan seni tradisi seperti pencak silat dan kesenian hasil akulturasi Jawa–Sumatera Selatan, sementara fasilitas edukatif dan ramah anak hasil kolaborasi dengan PGN menjadikan tempat ini semakin inklusif. Pendekatan berbasis partisipasi masyarakat membuat Danau Kemiri dikenal sebagai model desa wisata berkelanjutan yang tumbuh dari gotong royong.

Membangun Ekosistem Kolaboratif yang Berkelanjutan

Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman, mengapresiasi semangat masyarakat Pagar Dewa dalam menjaga dan mengembangkan Danau Kemiri. Ia menegaskan, peran perusahaan adalah sebagai mitra pemberdaya, bukan pengendali.

“Danau Kemiri menjadi bukti bahwa ketika masyarakat diberi ruang, kepercayaan, dan dukungan yang tepat, mereka mampu menciptakan perubahan yang membawa dampak luas bagi ekonomi, budaya, dan ketahanan lingkungan,” ungkapnya.

Fajriyah menambahkan, keberhasilan program bukan diukur dari seberapa besar kontribusi perusahaan, melainkan dari sejauh mana masyarakat mampu mengelola dan mempertahankan inisiatif tersebut secara mandiri dan berkelanjutan.

Ke depan, PGN berkomitmen memperkuat ekosistem kolaboratif yang menumbuhkan inovasi lokal berbasis kebutuhan masyarakat. Fokus utamanya adalah meningkatkan kapasitas warga, bukan sekadar membangun infrastruktur fisik.

“Fokus kami bukan berhenti di pembangunan fasilitas, tetapi memastikan masyarakat memiliki kemampuan, jejaring, dan rasa percaya diri untuk memimpin masa depan desanya. Kami percaya, kolaborasi yang menghargai kearifan lokal adalah fondasi pembangunan yang berdampak jangka panjang,” tutup Fajriyah. (E-3)

Read Entire Article
Global Food