
BONVIE Haircare, sebuah perusahaan brand perawatan rambut asal Indonesia yang didirikan pada tahun 2020, punya cara berbeda saat merayakan hari jadinya.
Pada ulang tahun ke-5, Bonvie yang usahanya berfokus pada permasalahan kerontokan rambut dan kesehatan kulit kepala itu meluncurkan program sosial bertajuk “Tumbuh Bersama Bonvie”.
Sedikitnya ada 4 (empat) kegiatan dalam program tersebut. Pertama adalah merenovasi 5 sekolah dasar di yang tersebar di beberapa pelosok daerah. Kemudian kedua ada kegiatan sosial memberikan 50 beasiswa pendidikan untuk anak-anak SD.
Kegiatan sosial lainnya adalah menyalurkan bonus apresiasi untuk 500 guru yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Secara simbolis kegiatan tersebut digelar di SDN Pasir Angin 04, di Kecamatan Megamendung (Puncak), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (2/7).
Tak hanya itu, sebagai bagian dari perayaan, Bonvie juga mengajak hampir seluruh anggota tim internal atau karyawan-karyawatinya untuk turun langsung ke lapangan, mengajar di SDN 04 Pasir Angin.
Seperti dijelaskan Septio Sadikin, kegiatan ini menjadi simbol nyata dari semangat kolaborasi dan kontribusi yang ingin Bonvie bangun. Tdak hanya sebagai perusahaan, tetapi sebagai komunitas yang peduli.
"Dengan mengusung semangat 'Tumbuh Bersama Bonvie', perusahaan ini terus melangkah maju dengan menempatkan kebermanfaatan sosial sebagai bagian dari DNA merek. Bagi Bonvie, pertumbuhan tidak hanya soal bisnis, tetapi soal keberanian untuk tumbuh bersama masyarakat,"tutur Septio yang akrab disapa Tio itu.
Senada juga diungkapkan Angela Vernanda, Pendiri Bonvie Haircare, bahwa tahun ini, pihaknya ingin merayakan bukan hanya dengan pencapaian, tetapi dengan aksi nyata untuk pendidikan dan para guru di Indonesia.
“Cita-cita kami sederhana, ingin menjadi brand yang baik. Dan kami percaya bahwa menjadi baik dimulai dari keberanian untuk berbagi, bertumbuh, dan memberdayakan,” ujar Angela yang akrab disapa Lala.
Dia menjelaskan selain di SDN 04 Pasir Angin, pihaknya juga merenovasi beberapa sekolah lainnya seperti di Depok dan Batam.
Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Pasir Angin 04, Encep Saputra mengucapkan rasa syukur dan terimakasihnya kepada pihak Bonvie.
Karena dengan kegiatan itu pihaknya sangat terbantu mengingat kondisi fisik dari sekolah tersebut yang memang sudah tidak layak. Pihaknya pun mengaku selama ini cukup kesulitan mencari donatur.
Dia menjelaskan bahwa sejak berdiri pada tahun 1983, sekolahnya baru satu kali diperbaiki atau dirwnovasi yakni pada tahun 2012.
"Baru satu kali direnovasi dan itu sudah lama. Direnovasi pada tahun 2012, jadi sudah jauh, sudah lama. Jadi wajar saja sudah seperti ini,"kata Encep seraya menujukkan satu persatu titik-titik kerusakan bangunan sekolahnya.
Secara keseluruhan di SDN Pasing Angin 04 ada 167 siswa. Adapun jumlah pengajar di sekolah tersebut 3 diantaranya guru P3K dan 5 guru lainnya berstatus tenaga honorer. Untuk ASN (aparatur sipil negara) hanya 1 yakni kepala sekolah.
Untuk bangunan ada enam ruang kelas yang ukurannya kecil. Pun demikian dengan ruang guru yang letak bangunannya tidak sejajar, mengingat kontur tanah yang berupa tebingan.
Ada bebera fasilitas lainnya seperti toilet dan ruang kecil seukuran toilet yang dijadikan semacam gudang dan perpustakaan. Namun kondisinya pun sama dengan ruang guru dan ruang kelas. Bahkan unguk kamar mandi atau toilet tidak bisa difungsikan karena berada persis di pinggir tebing yang kondisi tanahnya retak dan bagian temboknya sudah retak.
"Kerusakan itu yang pertama atap bocor, plafon dan akhirnya berdampak pada sikakinya menjadi keropos dan itu sangat berbahaya buat kita, terutama anak -anak"terang Encep.
Sebenarnya kondisi tiga kelas di samping toilet pun cukup memprihatinkan dan membahayakan. Karena berada sejajar dengan toilet yang tanahnya retak dan di pinggir tebing sehingga rawan amblas.
Meski demikian karena tidak ada tempat lain. Ruang kelas yang bagian plafonnya sudah rusak, pintu dan atapnya pada bocor, ruang itu tetap digunakan. Pihaknya mensiasati dengan yang belajar di tiga ruangan itu tingkatan rendah yakni kelas 1,2 dan 3. Sebelnya sekolah tersebut digunakan untuk siswa kelas 4,5 dan 6.
"Kita tukar. Jadi yang belajar di situ yang tingkatan rendah, kelas 1 sampai kelas 3. Kalau kelas 4, 5 dan 6 badannya sudah besar-besar. Bebannya lebih berat. Kita khawatir," pungkas Encep. (H-2)