
ASOSIASI Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) melayangkan kritik terhadap kebijakan baru PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang memperbolehkan setiap klub peserta Super League (Liga 1) merekrut hingga 11 pemain asing. Menurut APPI, kebijakan itu berpotensi besar menyisihkan para pemain lokal dan membahayakan keberlangsungan karier mereka.
APPI mengakui kehadiran pemain asing dapat meningkatkan kualitas liga dan memberi nilai tambah lewat transfer ilmu kepada pemain lokal. Namun, APPI menilai kebijakan itu justru kontraproduktif jika tidak diimbangi dengan perlindungan terhadap jam bermain pesepak bola lokal Indonesia.
Menurut APPI, hasil survei internal menunjukkan mayoritas pemain Liga 1 menyatakan keberatan terhadap kebijakan tersebut karena dikhawatirkan akan memangkas secara drastis menit bermain mereka, terlebih karena saat ini hanya ada satu kompetisi profesional aktif di Indonesia.
APPI memperingatkan bahwa jika seluruh klub memaksimalkan kuota 11 pemain asing, akan ada sekitar 198 pemain lokal Super League yang kehilangan tempat dan potensial terpaksa turun ke kasta Championship atau Liga 2.
Efek domino pun dikhawatirkan terjadi karena perpindahan itu jika terjadi juga akan membuat 198 pemain di Championship kehilangan pekerjaan atau tersingkir ke Liga 3 yang bersifat amatir.
“Sebagai asosiasi yang menaungi pemain lokal dan juga asing, APPI tidak mempermasalahkan berapapun kuota pemain asing yang ada. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana dengan jam terbang talenta lokal di Indonesia," kata Presiden APPI, Andritany Ardhiyasa, melalui pernyataan resmi APPI, Selasa (8/7).
"Jika muara dari kompetisi yang lebih berkualitas adalah prestasi tim nasional, maka regulasi ini tentu sangat kontradiktif dengan pernyataan dari pelatih timnas Indonesia, Patrick Kluivert, yang pernah menyatakan bahwa jika para pemain tidak punya menit bermain di klub, maka kamu tidak bisa dapat kesempatan," imbuhnya.
Menurut APPI, kompetisi yang lebih berkualitas seharusnya dibangun secara menyeluruh, dimulai dari sistem pembinaan, infrastruktur, hingga ekosistem sepakbola yang adil dan berdaya saing. Jika tujuannya peningkatan prestasi tim nasional, APPI menilai regulasi itu justru bertentangan.
Menurut APPI, persaingan sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan kualitas pemain. Namun, APPI menilai persaingan tersebut juga semestinya dibuat secara adil, yang dimulai dari fasilitas, infrastruktur dan ekosistem yang berkualitas, seperti negara-negara yang memang industri sepak bolanya telah berjalan dengan baik.
"Kami sangat berharap regulasi ini dapat ditinjau kembali sesuai dengan situasi sepak bola nasional saat ini," tukasnya.