
MASALAH kesehatan paru menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah, terutama bagi jemaah asal Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Pascasarjana Universitas YARSI sekaligus Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI Tjandra Yoga Aditama.
Menurut Tjandra, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan pneumonia merupakan dua penyakit utama yang kerap menyerang para jemaah. “Sekitar 90% jamaah haji dari berbagai negara ternyata mengalami masalah kesehatan paru dan pernapasan, dalam berbagai bentuknya,” ujarnya, Sabtu (19/4).
Faktor risiko penyebab tingginya gangguan pernapasan ini antara lain adalah kerumunan yang padat, paparan debu dan polusi udara, serta menurunnya daya tahan tubuh akibat aktivitas fisik yang berat dan kelelahan selama beribadah. Selain itu, data dari Indonesia juga menunjukkan bahwa ARDS (Adult/Acute Respiratory Distress Syndrome) menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat gangguan paru di kalangan jemaah haji.
Lebih jauh, Tjandra juga mengingatkan pentingnya mewaspadai penyakit menular tertentu yang khas di kawasan Timur Tengah, seperti MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus) yang ditularkan oleh unta berpunuk satu. “Selain pneumonia karena bakteri dan virus, maka perlu juga diwaspadai penyakit khusus seperti MERS CoV yang memang bermula dari jazirah Arab,” jelasnya.
Tak hanya penyakit infeksi, jemaah juga perlu memperhatikan kondisi paru non-infeksius seperti asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang bisa kambuh akibat perubahan lingkungan dan kondisi fisik selama perjalanan ibadah.
Dalam kesempatan tersebut, Tjandra menekankan pentingnya upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh para jemaah dan petugas kesehatan, mulai dari menjaga perilaku hidup sehat, memakai masker, hingga mendapatkan vaksinasi yang dianjurkan. Ia juga mengapresiasi pelatihan yang diselenggarakan bagi para dokter haji, karena kompetensi mereka sangat menentukan keberhasilan penanganan kasus-kasus pernapasan di lapangan.
“Pengetahuan dan kemampuan penanganan kesehatan paru oleh para dokter dan petugas kesehatan yang melayani jemaah haji dan umrah kita – seperti yang didapat pada pelatihan ini – tentu juga memegang peranan penting dalam pengendalian masalah kesehatan paru pada jamaah kita,” ungkapnya.
“Semoga jemaah umrah kita, dan juga jemaah Haji yang akan mulai berangkat pada awal Mei beberapa minggu lagi akan dapat menjalankan ibadahnya dengan khusyuk, mendapat haji dan umrah yang mabrur, dan terhindar dari masalah penyakit paru dan pernapasan yang serius,” pungkasnya. (H-2)