
TUDUHAN persekusi agama di Nigeria dinilai sebagai hal yang keliru dan tidak sejalan dengan kenyataan bahwa terorisme tidak mendiskriminasi berdasarkan agama atau suku. Penasihat Senior Presiden Amerika Serikat (AS) untuk Urusan Arab dan Afrika, Massad Boulos, menegaskan bahwa para korban berasal dari beragam latar belakang dan kekerasan berdampak pada semua komunitas.
"Terorisme di Nigeria memengaruhi individu dari semua agama dan etnis tanpa pandang bulu," kata Boulos sebagaimana dilansir Vanguard dan The Nation, Sabtu (18/10). Ia menegaskan kenyataan di lapangan jauh lebih kompleks.
"Mereka yang memahami situasi di lapangan tahu bahwa terorisme tidak memiliki warna, agama, atau suku. Umat dari semua keyakinan dan etnis menjadi korban aksi teror," imbuhnya.
Dalam keterangannya kepada wartawan di Roma usai bertemu Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, Boulos membantah klaim kekerasan di Nigeria semata-mata menargetkan komunitas Kristen. Ia menyebut kelompok ekstrem seperti Boko Haram dan ISIS justru telah menewaskan lebih banyak Muslim dibandingkan Kristen.
"Kami bahkan tahu bahwa Boko Haram dan ISIS membunuh lebih banyak Muslim dibandingkan Kristen. Ini bukan serangan yang diarahkan pada satu kelompok tertentu," ujar Boulos.
Kerukunan beragama
Menurutnya, pemerintah AS mengapresiasi langkah pemerintahan Presiden Tinubu dalam menangani masalah keamanan dan upaya menyelesaikan konflik antara petani dan penggembala di wilayah Nigeria Tengah. Baginya, Nigeria tetap menjadi teladan kerukunan antarumat beragama di Afrika. "Nigeria ialah wadah tempat umat Kristen dan Muslim hidup berdampingan selama berabad-abad," tambahnya.
Boulos memuji inisiatif keamanan Nigeria baru-baru ini di bawah Presiden Tinubu, termasuk peningkatan pengerahan sumber daya ke tempat-tempat bermasalah seperti Sabuk Tengah dan berjanji melanjutkan kerja sama dengan otoritas Nigeria dalam kontraterorisme dan keamanan regional. Ia mencatat dukungan berkelanjutan AS dalam pembagian intelijen, pelatihan, dan bantuan teknologi, menekankan pentingnya kemitraan dalam menangani masalah terorisme dan keamanan maritim di Teluk Guinea.
Ia menyoroti ancaman regional, seperti ketidakstabilan di Sahel dan Cekungan Danau Chad, dan menekankan bahwa situasi keamanan Nigeria merupakan bagian dari tantangan regional dan global yang lebih luas. AS tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan Nigeria guna memerangi terorisme, melindungi jalur perdagangan, dan meningkatkan stabilitas ekonomi.
Nigeria ialah negara yang dihuni berbagai macam kelompok dan agama, etnis, suku, dan kelompok lain. Mereka hidup berdampingan selama berabad-abad. Populasi Nigeria terbagi 50/50 antara Muslim dan Kristen, sehingga hal ini tidak pernah menjadi masalah agama yang serius dan seharusnya tidak demikian.
Pernyataan Boulos itu muncul setelah Senator Ted Cruz, tokoh konservatif Partai Republik, menuduh pemerintah Nigeria membiarkan pembantaian terhadap umat Kristen. Cruz mengeklaim sekitar 50.000 umat Kristen tewas sejak 2009 serta 2.000 sekolah dan 18.000 gereja dihancurkan oleh kelompok bersenjata Islamis.
Bantah tuduhan
Dia bahkan mengajukan rancangan undang-undang untuk menjatuhkan sanksi terhadap pejabat Nigeria yang dianggap menutup mata terhadap kekerasan tersebut. Namun, klaim Cruz tak disertai sumber data yang jelas.
Pemerintah Nigeria segera membantah tuduhan itu. Asosiasi Kristen Nigeria (CAN) pun menyatakan korban kekerasan tidak hanya berasal dari kalangan Kristen.
CAN menilai kelompok-kelompok luar mencoba memanfaatkan krisis keamanan untuk kepentingan politik. Nigeria saat ini menghadapi berbagai persoalan keamanan, mulai dari pemberontakan Boko Haram di timur laut, serangan geng bersenjata di barat laut, hingga bentrokan antarkelompok di wilayah tengah.
Sejak Tinubu menjabat pada Mei 2023, lebih dari 10.000 orang tewas dan ratusan lain diculik. PBB memperkirakan sekitar 3 juta orang terpaksa mengungsi akibat kekerasan tersebut.
Meski demikian, kubu konservatif di AS terus menggaungkan narasi genosida terhadap umat Kristen di Nigeria. Cruz bahkan memperkenalkan Nigeria Religious Freedom Accountability Act 2025 yang bertujuan menjatuhkan sanksi pada pejabat yang dianggap memfasilitasi kekerasan dan memberlakukan hukum penistaan agama. Ia juga mendesak agar Nigeria ditetapkan sebagai negara yang menjadi perhatian khusus oleh pemerintah AS.
Senada dengan Cruz, anggota Kongres Riley Moore menulis surat kepada Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio. Ia mendesak penetapan status serupa. Dalam suratnya, Moore menyebut 7.000 umat Kristen tewas hanya dalam setahun terakhir, tanpa menyebutkan sumber datanya.
Perebutan lahan
Fakta di lapangan menunjukkan situasi yang jauh lebih kompleks. Dilaporkan Al Jazeera, di wilayah sabuk tengah Nigeria bentrokan antara petani di luar suku Fulani yang mayoritas Kristen dan penggembala Fulani yang mayoritas Muslim telah berlangsung lama. Konflik tersebut dipicu perebutan lahan dan sumber air akibat perubahan iklim serta pertumbuhan penduduk, bukan murni karena perbedaan agama.
Pemerintah Nigeria mengategorikan konflik tersebut sebagai krisis lokal antara petani dan penggembala, bukan perang agama. Namun, sebagian komunitas Kristen menilai pemerintah terlalu enggan menyoroti dimensi etnis dan agama yang ikut memperburuk ketegangan.
Di timur laut, kelompok Boko Haram dan faksi pecahannya, ISWAP (Islamic State in West Africa Province), masih aktif melancarkan serangan. Cruz dan tokoh sayap kanan AS lainnya mungkin mengaitkan serangan-serangan tersebut dengan konflik-konflik terpisah di negara bagian timur laut Nigeria, termasuk Borno, Adamawa, dan Yobe.
Konflik itu diabadikan kelompok-kelompok ideologis, Boko Haram dan ISWAP. Baik umat Kristen maupun Muslim, gereja dan masjid, diserang di negara-negara bagian tersebut.
Umat Islam paling terdampak karena negara-negara bagian itu berpenduduk mayoritas Muslim. Kelompok-kelompok bersenjata ideologis ini berupaya mendirikan negara berdasarkan interpretasi mereka terhadap hukum Islam. (I-2)