
TERIK matahari di pagi hari tak menyurutkan semangat Indriati Roza, 54, warga Kelurahan Ganggo Mudiak untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) 001 di Kelurahan Ganggo Mudiak Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman. Dia dan warga lainnya datang ke bilik suara untuk menggunakan hak pilih mereka dalam pemungutan suara ulang (PSU) Pilkada Pasaman, Sabtu (19/4).
Semarak pesta demokrasi semakin terlihat saat warga keluar dari bilik suara di TPS yang berlokasi di Lembaga Pendidikan Subuh Al-Ikhlas. Mereka menunjukkan jari bertinta sebagai tanda telah menyalurkan hak pilih.
“Sangat luar biasa. Kalau saat sekarang ini sangat luar biasa. Banyak bedanya. Kalau pemilihan sebelum PSU, enggak begitu. Pemilihan ini hangat sekali, sangat hangat,” ucap Indriati dengan wajah semringah.
Indriati mengaku suasana pencoblosan ulang jauh lebih semarak ketimbang pemilihan pada Pilkada serentak sebelumnya pada 27 November 2024. Kali ini, setiap warga saling mengingatkan satu sama lain dan mengajak datang ke TPS.
“Ramai yang sekarang sih kayaknya. Soalnya kemarin kami arahkan untuk datang beramai-ramai ke TPS dalam acara pemilihan ulang,” paparnya.
Bagi Indriati, PSU bukan hanya sekadar pengulangan pemungutan suara, tapi juga momen menghidupkan kembali harapan para warga Pasaman.
Semangat Imam Bonjol
Sebagai warga Pasaman yang merupakan tanah kelahiran Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol, Indriari memaknai momentum PSU dari sudut pandang sejarah.
Ia berharap kepala daerah yang terpilih nantinya bisa berjuang memajukan wilayah Pasaman.
“Mudah-mudahan Pasaman bangkit, terutama di bidang infrastruktur, dan bantuan untuk masyarakat. Itu yang sangat kami harapkan,” ujar Indriati.
“Semangatnya harus kayak Tuanku Imam Bonjol. Di sini ada museumnya, ada objek wisatanya. Mudah-mudahan semangat beliau juga ada dalam kami,” tegas Indriati.
Tak hanya Indriati, Faiz juga merasakan hal yang sama, yakni semangat dan harapan warga Imam Bonjol untuk kemajuan Pasaman.
Di sisi lain, ia menyadari pasti adanya perbedaan pilihan di antara para warga.
Meski begitu, Faiz menyadari perbedaan pilihan merupakan hal yang biasa. Faiz menilai yang terpenting adalah menjaga kerukunan warga.
“Beda pilihan itu biasa. Tapi tentu kita mengharapkan pilihan kita menang. Saya pribadi tetap dengan pilihan saya sebelumnya,” tuturnya.
Faiz dan Indriati pun menyangkal di wilayahnya ada operasi serangan fajar atau politik uang.
Keduanya menyatakan bahwa tidak ada operasi penbagian uang kepada warga agar memilih salah satu pasangan calon.
“Alhamdulillah. sampai saya nyoblos enggak ada. Yang kayak main uang, amanin suara pakai uang, enggak ada. Semoga tetap begitu,” tandas Indriati.
Diketahui, pelaksanaan PSU pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pasaman ini telah sesuai dengan amanat dari Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang putusan sengketa pilkada yang dikeluarkan pada 24 Februari lalu.
PSU Pilkada Pasaman diikuti tiga pasangan calon (paslon), yaitu pasangan Welly Suhery-Parulian; Mara Ondak-Desrizal, dan Sabar AS-Sukardi. Pada saat pelaksanaan pilkada serentak yang lalu, pasangan Welly-Anggit meraih suara tertinggi, yaitu 51.828 suara atau 36,08 persen.
MK mengabulkan sebagian permohonan perselisihan hasil Pilkada perkara nomor 02/PHPU.BUP-XXIII/2024. Calon Wakil Bupati Pasaman nomor urut 1 Anggit Kurniawan Nasution didiskualifikasi.
Ketua MK Suhartoyo menyampaikan alasan mendiskualifikasi Anggit. Sebab, dinilai tidak jujur mengenai identitasnya sebagai mantan terpidana dalam tahap pencalonan.
(Ykb)