
DIDAMPINGI istri tercinta, Maman Suparman, 46, terlihat bugar. Tidak sedikit pun rasa sakit yang terlihat di wajahnya.
“Sampai sekarang saya tidak ada keluhan apa pun. Pusing juga tidak. Biasa saja, tidak ada rasa sakit,” tutur Maman, yang juga kuwu (kepala desa) Cidenok, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka.
Maman merupakan salah satu dari 100 warga Majalengka yang melakukan vasektomi di klinik Kodim 0616 Kabupaten Majalengka, Senin (21/4).
vasektomi merupakan jenis kontrasepsi dengan memotong dan mengikat saluran sperma pada kiri dan kanan laki-laki. Operasi itu membuat sperma tidak bisa bercampur dengan air mani atau cairan semen untuk mencegah kehamilan.
Maman mengaku mencontoh ayahnya, yang sebelumnya juga menjabat sebagai kuwu di desa yang sama yang menjalani KB dengan cara vasektomi.
“Sampai sekarang ayah saya masih kuat. Kerja berat juga tidak masalah,” ungkapnya.
Memiliki empat orang anak dan menyayangi istrinya, membuat sang ayah memutuskan untuk mengikuti KB dengan cara vasektomi.
Bahkan tidak hanya ayahnya, paman Maman pun ikut melakukan KB dengan cara vasektomi. Hingga kini keduanya yang sudah tua pun masih terlihat segar bugar, masih kerja di sawah.
Melihat contoh sang ayah, ditambah bentuk cinta dan sayangnya kepada sang istri yang umurnya cukup rawan untuk hamil lagi, membuat Maman akhirnya memutuskan untuk mengikuti KB dengan cara vasektomi mengikuti sang ayah.
“Barusan saya ikut, Alhamdulillah sekarang sehat-sehat saja,” tutur ayah dari dua anak ini.
Usai menjalani proses vasektomi yang membutuhkan waktu di bawah 10 menit, Maman pun diberi sejumlah obat dan kondom untuk beberapa hari ke depan.
“Saya juga ingin menjadi contoh untuk warga desa saya, kalau menjalani proses vasektomi itu aman. Tidak ada kesehatan yang terganggu. Stamina pun tetap baik dan sehat,” papar Maman.
Sementara sang istri, Rini, 46, mengaku sudah mengikuti KB implant hingga tiga kali. “Saya sudah punya dua anak. Keguguran juga dua kali."
Dia bersyukur karena suaminya mau mengikuti vasektomi setelah mereka melakukan diskusi. “Dua anak cukup. Saya juga lega suami saya mau ikut serta dalam proses KB ini."
Berdasarkan data dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), prevalensi pengguna kontrasepsi MOP hanya 0,13%. Angka ini paling rendah dibandingkan alat kontrasepsi lainnya.
Rekor MURI
Sementara itu, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, yang menyaksikan langsung pelaksanaan vasektomi di Majalengka mengungkapkan rasa bangganya kepada suami yang mengikuti KB dengan cara melakukan vasektomi. “Saya angkat tangan kepada bapak-bapak yang hari ini ikut metode kontrasepsi vasektomi.'
Dia menjelaskan kontrasepsi (KB) dengan Metode Operasi Pria (MOP) vasektomi merupakan bingkisan dari para laki-laki untuk seluruh wanita di Indonesia dalam rangka memperingati Hari Kartini. Kabupaten Majalengka menjadi salah satu daerah untuk pelaksanaan vasektomi serentak.
"Hari ini kita memecahkan rekor MURI, ada 2.000 orang yang melakukan metode operasi pria atau vasektomi. Ini termasuk salah satu hadiah emansipasi dari para pria kepada seluruh perempuan di Indonesia di Hari Kartini," jelasnya.
Menurut Wihaji, kegiatan yang dilakukan serentak di sejumlah daerah dalam dua hari itu untuk meningkatkan cakupan MOP sebanyak-banyaknya. Selama ini, masih ada beberapa anggapan bahwa warga yang menjalani vasektomi akan merasa kesakitan hingga tidak lagi perkasa.
”Padahal, vasektomi ini sudah ada sejak dulu dan orang-orang yang melakukannya baik-baik saja,” ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya akan menggencarkan edukasi terkait vasektomi di masyarakat.