Selular.id – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) akan mengumumkan pemenang lelang frekuensi 1,4 GHz besok, Rabu (15/10/2025).
Tiga perusahaan telekomunikasi yaitu Telkom, Telemedia Komunikasi Pratama (anak usaha Surge), dan Eka Mas Republik (MyRepublic) masih bertarung memperebutkan blok kosong di pita frekuensi tersebut.
Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi, Wayan Toni Supriyanto, mengonfirmasi bahwa proses lelang telah berlangsung sejak hari Senin (13/10/2025).
“Pemenangnya ketahuan besok, hari ini masih berproses,” ujar Wayan, yang Selular kutip Rabu (15/10/2025).
Mengenai jumlah pemenang yang akan ditetapkan, Wayan menjelaskan bahwa hal tersebut tergantung dari penawar tertinggi yang diberikan ketiga perusahaan telekomunikasi.
“Siapa penawar tertinggi itu pemenangnya untuk ketiga regional yang ada. Jadi, besok baru ketahuan,” tambahnya menegaskan.
Ketiga perusahaan tersebut memperebutkan lebar pita 80 MHz di frekuensi 1,4 GHz yang diharapkan dapat mendukung operasional perusahaan di layanan fixed broadband.
Spektrum frekuensi ini telah dibagi Komdigi ke dalam tiga regional dan 15 zona, dengan penggunaan yang nantinya diberikan dalam bentuk Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR).
Mekanisme Lelang dan Penggunaan Frekuensi
Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR) akan diberikan kepada penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet switched dengan wilayah layanan berdasarkan regional.
Mode frekuensi yang digunakan adalah time division duplex (TDD) dengan masa berlaku IPFR selama 10 tahun.
Pengaturan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menata penggunaan spektrum frekuensi secara lebih terstruktur dan berkelanjutan.
Seleksi spektrum ini menjadi cara pemerintah untuk meningkatkan kecepatan internet tetap (fixed broadband) hingga mencapai 100 Mbps dan menghadirkan tarif layanan yang terjangkau bagi masyarakat.
Rencana kebijakan untuk internet tetap murah ini akan fokus pada wilayah dengan tingkat penetrasi layanan internet yang masih terbatas atau bahkan yang belum ada penetrasi sama sekali.
Pelanggan dari layanan internet murah ini ditujukan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah dengan daya beli terbatas.
Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurangi kesenjangan digital dan meningkatkan akses internet bagi seluruh lapisan masyarakat.
Kebangkitan BWA dan Pelajaran Masa Lalu
Komdigi menyebutkan bahwa pita frekuensi 1,4 GHz dimaksudkan untuk menghidupkan kembali broadband wireless access (BWA) yang sebelumnya sempat mati sejak masuknya era 4G.
Kegagalan BWA di masa lalu telah dievaluasi agar bisnis tersebut tidak mengalami kejadian serupa di masa mendatang.
Beberapa operator BWA yang pernah eksis di masa lalu antara lain Bolt, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Jasnita Telekomindo (Jasnita) dan PT Berca Hardayaperkasa.
Karena pertimbangan bisnis saat itu, mereka menutup layanannya dan mengembalikan spektrum ke negara.
Namun, terdapat perbedaan mendasar dalam penggunaan frekuensi 1,4 GHz kali ini. Seperti diungkapkan Ismail dalam acara ‘Building a Resilent Digital Indonesia’ di Jakarta, Kamis (26/6/2025).
“Kalau BWA yang dulu mereka mencoba untuk menjadi mobile. Kalau ini nggak bisa. (Frekuensi 1,4 GHz) Memang didesain hanya untuk fixed. Dari awal sampai akhir sudah dibatasi, nggak ada nomornya, nggak ada kemampuan untuk handover, itu nggak ada. Ini murni fixed.”
Pernyataan ini menegaskan bahwa penggunaan frekuensi 1,4 GHz kali ini benar-benar difokuskan untuk layanan fixed broadband, berbeda dengan pendekatan sebelumnya yang mencoba mengombinasikan dengan layanan mobile.
Pembatasan ini diharapkan dapat membuat bisnis fixed broadband lebih sustainable dan terfokus.
Proses lelang frekuensi 1,4 GHz ini telah melalui beberapa tahap sebelumnya, termasuk adanya perusahaan yang memilih mundur dari proses lelang.
Seperti yang terjadi dengan XL Smart yang memutuskan tidak melanjutkan partisipasinya dalam lelang ini.
Sementara itu, di pasar modal, respons terhadap lelang frekuensi 1,4 GHz cukup beragam. Beberapa emiten telekomunikasi menunjukkan performa yang positif, meskipun tidak semua perusahaan memilih untuk berpartisipasi dalam lelang ini.
Pengumuman pemenang lelang besok akan menjadi penentu arah pengembangan fixed broadband di Indonesia untuk sepuluh tahun ke depan.
Hasil lelang ini tidak hanya penting bagi ketiga perusahaan peserta, tetapi juga bagi perkembangan infrastruktur digital nasional secara keseluruhan.