
STUNTING, lebih dari sekadar hambatan pertumbuhan anak, telah menjadi ancaman serius terhadap pembangunan bangsa. Di Indonesia, angka stunting yang tinggi tidak hanya menciptakan generasi yang rentan, tetapi juga berdampak pada produktivitas bangsa, memperlambat pencapaian cita-cita besar Indonesia Emas 2045.
Tanpa penurunan yang signifikan, Indonesia akan kesulitan mewujudkan visi tersebut.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan angka stunting melalui target ambisius dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, yang menargetkan penurunan prevalensi stunting menjadi 14,2% pada 2029. Mewujudkan hal ini memerlukan sinergi kuat dari semua level pemerintahan, mulai dari desa hingga provinsi, untuk bertindak lebih cepat, kolaboratif, dan strategis.
Kemajuan Signifikan di Jawa Tengah
Salah satu contoh sukses dalam penurunan stunting dapat ditemukan di Provinsi Jawa Tengah. Dalam empat tahun terakhir, prevalensi stunting di provinsi ini berhasil turun drastis dari 31,2% pada 2018 menjadi 20,7% pada 2023. Capaian ini tidak hanya menunjukkan efektivitas strategi yang dijalankan, tetapi juga memperlihatkan pentingnya kolaborasi lintas sektor.
Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan dalam menurunkan angka stunting, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Tanoto Foundation dan Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) menyelenggarakan Lokakarya Diseminasi Praktik Baik bertajuk "Inovasi untuk Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting" di Semarang pada 15 April. Acara ini bertujuan untuk berbagi hasil kerja sama antara pemerintah daerah, Tanoto Foundation, dan sektor swasta, serta menyusun strategi lebih adaptif untuk percepatan penurunan stunting.
Dalam sambutannya, Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mencapai tujuan penurunan stunting.
“Angka stunting di Jateng memang sudah turun, namun kita harus terus melanjutkan upaya ini. Kolaborasi yang baik dengan Tanoto Foundation sangat membantu dalam mendampingi penurunan stunting di daerah kami,” ujar Sumarno. Ia juga menekankan bahwa penurunan stunting di Jawa Tengah akan semakin cepat dengan adanya kerja sama yang erat antar pemangku kepentingan.
Sejak 2022, kerja sama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Semarang, Banyumas, Tegal, Brebes, Tanoto Foundation, dan RAPP telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Mitra lokal seperti Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata (YKKS) turut mendukung program-program yang telah dilaksanakan, seperti penguatan komunikasi perubahan perilaku, pendampingan kepada Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), serta pengembangan Pusat Operasi Penurunan Stunting (POPS).
Beberapa capaian nyata dari program-program tersebut antara lain pelatihan untuk 150 tenaga kesehatan, pendampingan 380 TPPS dan TPK, penguatan kapasitas 900 remaja, pelatihan 1.289 kader TPK, serta pemberian manfaat kepada 9.644 balita dan 60.307 keluarga. Integrasi program Rumah Anak SIGAP dengan layanan daycare Rumah Pelita di Semarang Utara juga menjadi contoh konkret kolaborasi yang meningkatkan pengasuhan anak dan mencegah stunting.
Gubernur Jawa Tengah melalui Sumarno menyatakan harapannya agar inovasi dan kolaborasi yang telah terbentuk ini dapat mempercepat penurunan stunting di daerah lain di Jateng. “Kolaborasi yang sudah terjalin dengan Tanoto Foundation di empat kota/kabupaten ini sangat membantu mempercepat penurunan stunting, dan kami berharap lebih banyak lagi kolaborasi serupa yang dapat menjangkau lebih banyak daerah di Jawa Tengah,” tutupnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ari, Head of Learning Environment Tanoto Foundation, juga menekankan pentingnya komitmen bersama dalam menghadapi tantangan penanganan stunting yang semakin kompleks. “Kami mengajak seluruh elemen bangsa—pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat sipil—untuk memperkuat kolaborasi dalam memastikan anak-anak Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, bebas dari stunting dan siap menjadi bagian dari generasi emas Indonesia 2045,” katanya.
Lokakarya ini diakhiri dengan penyerahan laporan akhir program percepatan penurunan stunting oleh Tanoto Foundation kepada Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota mitra. Kegiatan ini juga dihadiri oleh sejumlah narasumber dari pemerintah daerah, Tanoto Foundation, serta praktisi lapangan yang membagikan pengalaman dari program-program inovatif, termasuk Pusat Operasi Penurunan Stunting (POPS) di Desa Kluwut dan Rumah Anak SIGAP di Desa Tuwel.
Dengan komitmen dan kolaborasi yang terus diperkuat, Indonesia dapat berharap untuk melihat penurunan stunting yang signifikan, menuju Indonesia Emas 2045 yang lebih sehat dan produktif. (Z-10)