
DI balik gemuruh suara wajan dan aroma rempah yang menggoda, para mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia berlomba mengolah bahan pangan lokal menjadi sajian kuliner inovatif. Kompetisi Foodnovation HOSPITOUR 2025 yang digelar di Universitas Pelita Harapan (UPH) menjadi panggung kreativitas generasi muda dalam mengangkat potensi pangan Nusantara.
Mengusung semangat “from local to global,” para peserta ditantang mengolah bahan seperti porang, jagung, dan singkong—komoditas lokal yang kini dilirik sebagai alternatif sehat pengganti nasi. Dalam waktu yang terbatas, mereka harus menyulap bahan-bahan tersebut menjadi sajian yang tak hanya lezat dan bergizi, tapi juga tampil menarik secara visual.
Ketegangan di Dapur, Inovasi di Atas Piring
Di tengah suasana kompetisi yang intens, tangan-tangan terampil mahasiswa bergerak lincah memadukan rempah-rempah khas Indonesia dengan teknik memasak modern. Suara diskusi dan aroma masakan menjadi latar harmoni kerja sama tim yang solid. Setiap langkah diperhitungkan matang, dari rasa hingga plating, karena penilaian juri mencakup cita rasa, kreativitas, dan presentasi.
Salah satu tim yang mencuri perhatian datang dari Universitas Pradita. Jeremy Clarment (semester 4) dan Philipus Willyas (semester 2) menyajikan menu yang memikat: crispy cassava rice with mayonnaise dan udang bakar Jimbaran dengan sambal dabu-dabu sebagai appetizer, serta bubur Manado risotto untuk main course. Perpaduan antara cita rasa lokal dan teknik kuliner internasional menjadi kekuatan utama tim ini.
“Kami ingin menunjukkan sisi modern dari kuliner Nusantara. Dengan menggabungkan teknik internasional dan bahan pangan lokal, kami berharap dapat menciptakan sesuatu yang baru,” ungkap Jeremy yang sudah beberapa kali mengikuti kompetisi kuliner. Sementara bagi Philipus, ini adalah pengalaman pertama yang langsung membuka wawasannya tentang potensi besar kuliner Indonesia di dunia gastronomi.
Pangan Lokal, Potensi Global
Tak hanya ajang adu keterampilan, kompetisi ini juga menjadi sarana edukasi mengenai pentingnya pangan lokal. Menurut Amar Ramdani, Vice President Marketing PT Hoki Distribusi Niaga, bahan seperti porang dan singkong memiliki nilai gizi tinggi dan dapat menjadi solusi pola makan sehat yang berkelanjutan. Ia mendorong agar lebih banyak pelaku industri kuliner mengembangkan dan memasarkan produk lokal ke tingkat global.
Senada dengan itu, Diena Mutiara Lemy, Dekan Fakultas Perhotelan dan Pariwisata UPH, menekankan pentingnya kompetisi ini dalam mendorong mahasiswa berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Dengan lebih dari 40 institusi pendidikan tinggi pariwisata dari seluruh Indonesia yang berpartisipasi, ajang ini menjadi bukti semangat kolektif untuk mengangkat derajat kuliner Indonesia.
Kompetis ini juga menjadi cerminan bagaimana generasi muda mulai memahami pentingnya inovasi dalam kuliner berbasis pangan lokal. Melalui tangan-tangan kreatif para mahasiswa, singkong bukan lagi sekadar bahan pangan tradisional, melainkan simbol semangat baru dalam menciptakan makanan sehat, lezat, dan penuh nilai budaya.
Acara ini menandai langkah besar menuju transformasi dunia kuliner Indonesia—membuka jalan bagi para chef muda untuk membawa warisan rasa Nusantara bersinar di panggung internasional. (Z-2)