
PELBAGAI sumber ekonomi baru berbasis kebudayaan perlu ditingkatkan. Pun potensi museum sebagai lembaga kebudayaan juga sangat potensial menjadi sumber ekonomi baru.
Demikian penegasan Menteri Kebudayaan Fadli Zon di sela acara Forum Alumni HMI Wati (Forhati) Nasional bertajuk 'Lestari berbudaya, Bangga Berbahasa: Kiprah Forhati untuk Indonesia. Kegiatan itu digelar dalam rangka memperingati Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia 2025.
Fadli menyoroti tentang perkembangan kebudayaan Indonesia baik dalam konteks nasional maupun dalam percaturan budaya global, terutama yang relevan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pandangan itu disampaikannya di hadapan 300 undangan dari berbagai unsur baik perwakilan pemerintah, tokoh nasional, budayawan, senior alumni HMI, para peserta dari Forhati dan Kohati wilayah seluruh Indonesia, serta utusan ormas perempuan se-Indonesia.
"Jumlah museum di Indonesia ada 454 per September 2025. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) tersebut menunjukkan bahwa Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta, masih menjadi wilayah dengan konsentrasi museum terbanyak," kata Fadli, Senin (6/10).
Pihaknya pun melihat potensi Forhati dengan jaringan yang luas di Tanah Air sangat mungkin untuk diajak membangun kerja sama strategis dalam memberdayakan museum sebagai sumber ekonomi baru. "Saya mempersilakan Ibu Jamilah sebagai pimpinan Forhati untuk bekerja sama memberdayakan museum sebagai pusat-pusat ekonomi baru," katanya.
Sementara itu, Koordinator Presidium Forhati Nasional Jamilah Abdul Gani menyatakan siap menerima tawaran tersebut. "Itu tawaran yang bagus untuk membangun sinergi meneguhkan dan mengembangkan budaya bangsa. Forhati memang bertekad untuk membantu pemerintah melalui berbagai skema kerja sama yang konstruktif," ujarnya.
Politikus Gerindra yang juga anggota DPRD DKI, itu berharap Forhati bisa lebih progresif dan proaktif dalam merespons berbagai dinamika kebangsaan, khususnya dalam perkembagan kebudayaan dengan menyuguhkan karya-karya terbaiknya, sebagai kontribusi nyata dalam membangun peradaban bamgsa.
Pada kesempatan tersebut, Forhati Nasional juga meluncurkan dua buah buku kolaboratif, yaitu kumpulan esai para peserta lomba dengan judul Forhati untuk Indonesia: Refleksi 80 Tahun Indonesia Merdeka, dan antologi puisi berjudul Perempuan Penyulam Doa.
Buku tersebut merupakan karya para penulis Forhati dan Kohati dari seluruh wilayah Indonesia yang menyoroti perjalanan kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia dari beragam perpektif baik sosial, ekonomi, politik, hukum dan isu-isu terkait perempuan.
Jamilah juga mengapresiasi antusiasme para peserta, dukungan para senior KAHMI dan Forhati, serta kekompakan para panitia dalam upaya terbitnya kedua buku tersebut, terutama atas hadirnya Presidium Majelis Nasional KAHMI Romo Syafi'i sekaligus Wakil Menteri Agama.
"Saya berharap karya ini dapat menjadi legacy yang positif dalam membangun dan merawat karakter dan budaya intelektualitas para kader dan alumni HMI. Di antaranya menjadi tambahan pilihan referensi suara perempuan Muslimah untuk kemajuan negeri. Semoga dapat diimplementasikan menjadi kontribusi nyata dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat," tandasnya. (P-2)